"Tuan...hhh...saya lelah..." Lirih Ratih saat Shaka masih terus bergerak memasukinya. Ini sudah kali ketiga Shaka memasuki Ratih dan entah untuk keberapa kalinya Ratih mengalami orgasme. Lututnya sangat lemas begitu juga tubuhnya. Energinya benar-benar terkuras padahal ia hanya diam saja dan Shaka yang lebih banyak bergerak.
Shaka sendiri entah mendapat kekuatan dari mana, sejak tadi tidak bisa berhenti menyentuh Ratih. Bayangan meninggalkan Ratih selama tiga minggu sampai sebulan ke depan membuatnya merasa harus memuaskan diri karena nanti ia tidak bisa menyentuh Ratih.
Shaka bisa saja membawa Ratih pergi bersamanya, namun ia tidak mau rencananya gagal karena tidak bisa berhenti menyentuh Ratih dan lagi kasihan gadis itu kalau Shaka meninggalkannya di hotel sendirian tanpa ada yang bisa ia ajak bicara karena sekalipun Shaka mencarikan pelayan hotel untuk menemaninya, pastinya akan terkendala bahasa.
Hunjaman terakhir Shaka membuatnya melenguh dan menjatuhkan tubuhnya di atas tubuh Ratih yang sama-sama berkeringat.
"Tidurlah." Bisik Shaka meraih kepala Ratih dan memeluknya meskipun tubuh mereka sama-sama lengket oleh keringat. Ratih risih sebenarnya, tapi dia benar-benar merasa lelah untuk sekedar bangkit dan membersihkan diri. Jadi dia hanya menerima pelukan Shaka, menyandarkan kepalanya di dada bidang majikannya dan menutup mata mengikuti keinginan lelahnya.
Dua jam kemudian, Shaka membuka matanya dan merasakan Ratih masih terlelap berbantalkan lengannya. Dengan hati-hati Shaka melepas tangannya dan bangkit. Ia tidak tahu dimana pakaian yang tadi Ratih pilihkan dan tidak terlalu peduli. Ia memilih bergerak menuju kamar mandi, membersihkan diri dan keluar dengan menggunakan bathrobenya tanpa mengeringkan rambutnya.
Shaka turun ke lantai bawah dan memanggil Naraga. "Siapkan makanan malam lebih cepat." Perintah Shaka dan Naraga langsung memberikan instruksi pada pelayan yang tadi dipanggilnya dari kediaman Arsenio. "Semuanya sudah siap?" Tanyanya saat mendengar langkah kaki Naraga yang kembali mendekat.
"Sudah, Tuan. Kita berangkat nanti malam." Jawab Naraga datar. Shaka hanya menganggukkan kepala. "Tentang Ratih." Naraga dengan sengaja menggantung ucapannya.
"Biarkan saja dia istirahat disini. Besok panggil Lasma untuk menjemputnya kemari." Naraga menjawab perintah Shaka dengan anggukkan. "Dan ya, carikan dia seorang guru bahasa."
"Guru bahasa? Apa dia meminta Anda untuk dicarikan guru bahasa?" Tanya Naraga ingin tahu.
"Tidak. Dia bahkan tidak mengetahuinya." Jawab Shaka dingin. Dia sebenarnya tidak mau melakukan ini, tapi demi masa depan yang Ratih inginkan, Shaka setidaknya harus membantu gadis itu berkembang. "Dia bilang dia ingin terbebas dari keluarga toxic nya yang hanya membutuhkan uangnya. Dan jelas dia tidak akan bisa kaya jika pekerjaannya hanya ini-ini saja. Minimal ada satu bahasa asing yang dia kuasai hingga nanti saat dia terlepas dariku dia bisa mengembangkan sayapnya, mungkin bekerja di negara asing. Bukankah dia ingin menjadi TKW dulu?" Tanya Shaka lagi.
"Ya, dia sudah mendaftar untuk itu, tapi kita lebjh dulu membawanya kemari. Tapi Tuan, apa Anda benar-benar akan merelakannya pergi?" Tanya Naraga ingin tahu.
"Maksudnya?" Tanya Shaka bingung.
"Tidak ada maksud apa-apa, Tuan. Saya hanya bertanya apa Anda benar-benar akan merelakan dia pergi. Ya siapa tahu di masa depan Anda tidak bisa melepaskannya karena Anda jatuh cinta padanya."
"Jatuh Cinta? Aku? Pada Ratih?" Shaka mendengus akan pertanyaannya sendiri. "Melihat wajahnya saja aku tidak, bagaimana bisa aku jatuh cinta. Dia hanya objek pemuas saja. Dia dan aku tahu itu." Ucapan Shaka yang tegas dan bernada tinggi jelas terdengar oleh Ratih yang kini tengah melangkah turun menuju mereka.
Naraga berusaha membaca respon gadis itu, tapi gadis itu tidak terlihat sedih atau kecewa. Ekspresi gadis itu terlalu datar yang membuat Naraga yakin kalau Ratih terlalu sadar siapa dirinya untuk Shaka. Sebaliknya, Shaka justru malah tidak mau mengakui perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomanceRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...