'Bagaimana caranya? Apa yang harus aku lakukan?' Tanya Ratih dalam hati. Lagipula apa memang harus memuaskannya? Toh sebelumnya Ratih juga tidak minta disentuh. Pria itu yang selalu menyentuhnya dan memuaskan dirinya sendiri meskipun ya, Ratih yang lebih dulu terpuaskan. Tapi dia tidak minta, jadi kenapa sekarang dia harus membayarnya?
Shaka mengernyit karena tidak mendengar pergerakan apapun dari Ratih.
"Apa yang kau lakukan?" Entah sudah berapa kali Shaka mengucapkan kalimat itu malam ini.
"Tidak ada, Tuan." Jawab Ratih yang masih berdiri di tempatnya.
"Tidak ada?" Shaka lagi-lagi mengernyitkan dahi. "Kau tidak mau memuaskanku?" Tanya Shaka sedikit geram.
"Saya tidak tahu apakah itu perintah atau permintaan. Kalau itu permintaan, saya tidak wajib melakukannya kan? Dan kalau itu perintah, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan."
Jujur, mendengarkan jawaban Ratih membuat Shaka merasa kesal. Bagaimana bisa gadis itu bicara semudah itu? Memangnya dia tidak merasa terganggu? Maksudnya, Shaka sudah menggantung pelepasan gadis itu dan seharusnya gadis itu penasaran dan ingin memuaskan dahaganya sendiri, namun kenapa jawaban yang Shaka dapatkan malah seperti ini. Seolah sentuhannya sama sekali tidak berpengaruh padanya, sama sekali tidak berarti.
Disini, Shaka merasa menjadi pria murahan. Dan itu membuatnya semakin kesal.
Dasar gadis polos. Umpat Shaka dalam hati.
"Kemarilah." Shaka menggeram yang membuat Ratih menggigit bibirnya karena takut namun tetap melangkah mendekat.
Pria itu tinggi, terlalu tinggi menurut Ratih hingga ia harus mendongakkan kepala jika pria itu tidak balik menunduk ke arahnya.
Apakah Shaka marah? Tanya Ratih ingin tahu. Tentu saja pria itu marah, apa yang Ratih katakan tadi bisa saja termasuk sebuah pembangkangan kan.
Shaka meraih kedua lengan Ratih, menekuknya dan meletakkan tangannya di perut Shaka. Ratih sendiri memandangi tangannya yang digenggam Shaka dengan bingung. Tangan Shaka menuntun tangan Ratih bergerak ke atas, mengusap dengan perlahan sampai mendekati area bawah dadanya yang bidang. Ratih suka dengan tekstur kulit Shaka yang tidak bisa disebut kasar, namun juga tidak lembut. Untuk pertama kalinya Ratih benar-benar menyentuh tubuh laki-laki dewasa dan itupun tubuh Shaka, pria yang sudah mengambil keperawanannya.
Tangan Shaka terus menggerakkan tangan Ratih sampai tangan Ratih terhenti tepat di dada bidangnya. Dada Shaka berisi dengan otot, tampak keras saat disentuh dan Ratih melihat puting dada Shaka yang berwarna coklat mencuat membuat Ratih tiba-tiba menelan ludah.
Ibu jarinya bergerak secara naluriah, menggesek puting dada Shaka yang membuat pria itu mencengkeram lengan Ratih agak kuat sementara rahang pria itu tampak mengetat dan geraman pelan terdengar dari mulutnya.
'Apakah efeknya sama seperti saat dia menyentuh dadaku?' Tanya Ratih dalam hati.
'Gunakan saja nalurimu.' Perintah Shaka itu terngiang kembali di telinganya. Dan baiklah, Ratih akan melakukan apa yang diperintahkan pria itu padanya.
Ratih mendekatkan wajahnya ke dada Shaka dan dengan penasaran ia menjilat puting pria itu dengan ujung lidahnya. Shaka semakin menggeram karena tindakannya yang Ratih artikan itu bukan geraman marah.
Pegangan tangan pria itu di lengan Ratih terlepas, berpindah ke pinggang Ratih dan meremasnya dengan pelan.
Ratih beralih pada puting yang lainnya dan sedikit menghisapnya yang membuat Shaka mencengkeram pinggang Ratih lebih kuat.
Baiklah, mungkin yang Shaka inginkan adalah Ratih menjadi perempuan binal. Dan meskipun Ratih tidak berpengalaman, setidaknya dia bisa menjadikan Shaka bahan percobaan. Entah nanti di masa depan dia akan menikah atau tidak, setidaknya dia punya pengalaman dalam 'memuaskan pria di atas ranjang'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomanceRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...