Part 50 - Rencana

2K 119 6
                                    

Ratih membuka mata dan sadar kalau saat ini dia sedang sendirian.

"Tuan?" Panggilnya pada Shaka. Namun ia tidak mendengar jawaban apapun. Menyelimuti tubuh telanjangnya dengan selimut berbahan satin, Ratih bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Tidak ada. Shaka tidak ada disana dan itu berarti Ratih sendirian.

Ratih kembali ke ruangan untuk mengambil pakaiannya yang berserakan dan hendak mengenakannya sebelum ia melihat dua kantong kertas di atas meja. Ia mendekat dan mengintip kantong itu dan di dalamnya ia melihat pakaiannya sementara di kantong lainnya terdapat kotak makanan yang kali ini Ratih yakini merupakan masakan Lasma.

Siapapun yang membawa ini kemari, yang Ratih yakini pastinya Naraga meskipun ia tidak tahu itu dilakukannya atas perintah Shaka atau karena inisiatifnya sendiri, Ratih jelas sangat berterima kasih. Perutnya sudah benar-benar kelaparan saat ini karena semalam tenaganya benar-benar dikuras habis. Ya meskipun ia yakini kalau makanan yang ada di dalam kotak makan itu pasti sudah dingin, itu lebih baik daripada harus menahan lapar.

Ratih pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Ia menggunakan pakaian barunya dan memasukkan pakaian yang sudah kotor ke kantong yang sama dan tanpa mengeringkan rambutnya, ia mulai sarapan pagi yang sudah sangat terlambat karena saat dilihatnya jam justru menunjukkan waktunya makan siang.

'Apa yang harus kulakukan sekarang?' Tanya Ratih ditengah keheningan. Shaka tidak ada disana dan pria itu juga tidak mengatakan apa-apa.

Kenapa pria itu tidak membangunkannya dan memberikannya instruksi tentang apa yang harus dilakukannya? Ratih tidak akan bertanya kemana pria itu pergi, hanya saja ia perlu diberitahu apa yang harus dilakukannya hari ini. Apakah Ratih harus sepanjang hari atau bahkan sepanjang malam menunggu pria itu disini tanpa melakukan apapun, atau haruskah ia kembali ke kediaman Arsenio.

Ratih meraih ponsel yang diberikan Lasma dan mencoba mengecek apakah ada instruksi lain yang harus dikerjakannya.

Nihil. Tidak ada pesan apapun entah itu dari Lasma ataupun dari Naraga dan itu membuat Ratih hanya bisa duduk diam, memikirkan apa yang harus dilakukannya untuk membunuh bosan karena jelas, tempat tinggal Shaka yang ini begitu tertutup, memuat Ratih merasa sesak sendiri.

Sarapannya sudah habis, dan Ratih memilih untuk menyalakan televisi sekalipun ia tidak tahu apa yang harus ditontonnya. Setidaknya ada suara selain keheningan yang memuakkan.

Di tempat lain.

Shaka tidak bisa menikmati makan siangnya sama sekali tapi ia berusaha memasukkan makanan itu ke dalam mulutnya seraya mendengarkan Shanaya yang bicara.

Dia bukannya tidak sadar dengan pergerakan Neylan di sampingnya. Sejak tadi wanita itu begitu agresif dan terus berusaha untuk menyentuhnya meskipun dilakukannya dengan 'tak sengaja' dan diikuti dengan kata 'maaf' setelahnya.

Tangan kanan Neylan entah sudah berapa kali mengusap paha Shaka dan payudaranya dengan sengaja menyenggol lengan Shaka saat ia hendak mengambil apapun yang ada diluar jangkauannya yang katanya terhalang oleh tubuh Shaka.

Itu cara merayu yang murahan, dan Shaka sama sekali tidak tergoda untuk bekerja sama. Bau tubuh Neylan tiba-tiba membuatnya mual.

"Aku perlu ke kamar mandi." Ucap Shaka yang tiba-tiba berdiri. Naraga yang memang tidak pernah jauh darinya dengan sigap membantunya dan mengantarkannya untuk pergi. Setelah tahu mereka berada diluar jangkauan pendengaran Neylan, Shaka bicara pada Naraga.

"Ratih kutinggalkan sendirian di kantor. Bisa kau cari tahu apa dia sudah bangun atau belum?" Tanyanya yang kini berdiri di depan wastafel karena dia tidak benar-benar butuh menggunakan kamar mandi.

Entangled by Your CharmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang