"Siapa dia?" Langkah Lasma dan Ratih terhenti saat dua wanita cantik berpakaian minim menghadang langkah mereka.
Wanita yang bertanya adalah wanita cantik berkulit sewarna madu yang mengenakan dengan dress hitam berbelahan dada rendah dengan bagian perut terbuka dan rok yang mencapai setengah paha. Sementara satunya mengenakan dress berwarna merah tanpa lengan dengan potongan dada rendah yang menunjukkan setengah payudaranya serta rok yang mencapai betis namun memiliki belahan kiri kanan yang cukup tinggi. Mata keduanya memandang penampilan Ratih dari atas ke bawah dengan sorot menilai.
"Malam, Nyonya Neylan. Nona Yiska." Sapa Lasma dengan ramahnya. "Perkenalkan, dia Ratih, asisten saya." Jawab Lasma dan Ratih menganggukkan kepala seraya tersenyum sopan karena ia tahu mengulurkan tangan takkan disambut oleh wanita-wanita kaya tersebut.
"Ratih? Apakah Ratih yang itu? Yang mengasuh Shanaya saat di villa?" Tanya Neylan ingin tahu.
"Anda tahu dia?" Tanya Lasma meskipun terkejut tapi tetap bersikap datar. "Ratih, ini Nyonya Neylan, ibu Nona Shanaya dan juga mantan istri Tuan Shaka." Ucap Lasma dengan penuh penekanan." Dan sahabat baiknya, Nona Yiska." Lasma menyebut kedua orang itu bergantian. Ratih kembali tersenyum dan menganggukkan kepala.
'Pantas wajahnya tampak tak asing.' Ucap Ratih dalam hati. 'Ternyata memang wajah Shanaya itu benar-benar duplikat ibunya.'
"Apa yang kalian lakukan disini?" Tanya Neylan lagi seraya melirik pintu masuk restoran.
"Kalian makan malam disini?" Tanya Yiska terdengar mengejek.
"Iya, Nona. Kebetulan Tuan Naraga pernah merekomendasikan steak di restoran ini pada saya. Jadi saya sengaja mengajak Ratih untuk mencobanya."
"Wow, bahkan pelayannya saja bisa makan malam di restoran eksklusif seperti ini." Yiska melirik Neylan dengan sengaja tampak mengejek. "Tahu kan harga per porsi disini berapa. Apa kamu tidak merasa iri?" Lanjutnya dengan sengaja memanas-manasi Neylan lagi.
"Tidak usah menghabiskan gajimu untuk makan di tempat seperti ini, Lasma. Makanlah makanan yang kamu mampu beli. Apa di kediaman Arsenio tidak ada daging untuk steak yang bisa kamu olah sendiri sampai-sampai harus menghabiskan gajimu disini? Sudahlah, tidak perlu mengedepankan gengsi."
"Tentu saja daging berkualitas selalu tersedia di kediaman Arsenio. Hanya saja sesekali saya ingin menikmati makan malam yang mahal seperti orang-orang kaya yang lain. Anda tentu tahu kalau saya mampu membayarnya mengingat gaji suami saya yang..." Lasma tidak melanjutkan ucapannya. "Tapi untuk malam ini, saya tidak menggunakan kartu milik suami saya melainkan memanfaatkan fasilitas yang diberikan Tuan Shaka atas kerja keras kami selama ini." Dengan sengaja Lasma mengeluarkan kartu hitam dari dompetnya dan memberikannya pada Ratih tepat di depan wajah Neylan dan Yiska yang membuat mata kedua orang itu terbuka lebar.
Tentu saja Lasma tahu kalau dulu Neylan pernah memiliki kartu seperti ini, tapi setelah perceraian mereka diputuskan, semua fasilitas yang Neylan nikmati kembali diambil oleh pria itu kecuali rumah dan mobil yang saat ini Neylan dan Shanaya tempati.
Dan sekarang, melihat benda itu ada di tangan Lasma, jelas akan membuat Neylan merasa panas. Apalagi Lasma dengan terang-terangan menyerahkan benda itu pada Ratih dihadapannya, jelas itu akan menimbulkan kecemburuan berlebih.
Ratih yang menerima benda itu langsung memasukkannya ke dalam dompet ponsel yang baru mereka beli yang Lasma pilihkan untuknya dan lagi-lagi tindakannya membuat Neylan dan Yiska membelalakkan mata.
Lasma melihat kemana mata kedua orang itu terarah dan berusaha untuk tidak menunjukkan senyum puasnya. Terlebih saat melihat Yiska menyenggol lengan Neylan menggunakan sikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomanceRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...