"Maksud saya, saya hanya pelayan disini. Memangnya penting saya tahu kemana Tuan pergi?" Ia bertanya dengan lebih lirih mengingat disana ada Shaka. "Memangnya siapa yang akan bertanya pada saya Tuan pergi kemana dan berapa lama?" Lanjutnya masih bertanya pada Naraga. Namun meskipun diucapkan dengan suara lirih, Shaka masih bisa mendengarkan dan ia kesal dengan sikap Ratih yang terkesan tak acuh padanya.
"Mungkin pekerja di kediaman Arsenio akan bertanya padamu. Jadi kamu bisa menjawabnya." Naraga memberikan jawaban.
"Mana mungkin. Kalaupun ada yang akan mereka tanyai, itu Lasma. Bukan saya." Jawabnya dan kini dia dan Naraga sudah berada di dekat Shaka.
"Memangnya kau tidak khawatir kalau aku pergi lama-lama?" Shaka balik bertanya. Kepalanya terarah pada posisi dimana Ratih dan Naraga kini berada. Shaka mengulurkan tangannya, meminta Ratih untuk menerimanya namun Ratih yang bingung malah balik memandang Naraga.
Naraga yang kesal akhirnya meraih tangan kanan Ratih dan meletakkannya di tangan Shaka. "Saya ada di kamar. Kalau Anda membutuhkan saya, panggil saja." Pamit Naraga dan Shaka hanya menganggukkan kepala singkat.
"Antar aku ke kamar." Ucapnya seraya bangkit berdiri. Ratih menurut dan membimbing Shaka untuk berjalan kembali menuju tangga dan membawa pria itu ke kamarnya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Ucap Shaka saat mereka sedang menaiki tangga.
"Yang mana, Tuan?" Ratih mengerutkan dahi karena bingung.
"Kamu tidak khawatir kalau aku pergi lama-lama?" Shaka mengulangi pertanyaannya dengan gigi terkatup kesal. Berbicara dengan Ratih benar-benar menguras emosinya.
"Apa saya harus khawatir, Tuan?" Ratih kembali bertanya. "Maksud saya, ini pasti bukan perjalanan pertama Anda. Dan Anda ditemani oleh Tuan Naraga dan mungkin beberapa orang kepercayaan Anda. Jadi Anda akan aman bersama mereka."
Dan ya, apa yang dikatakan Ratih sebenarnya tidak salah. Malah seratus persen benar. Shaka pergi bersama dengan Naraga dan orang-orang kepercayaannya dan juga beberapa bodyguard yang akan menjamin keamanannya. Namun tetap saja, ucapan Ratih itu tidak menyenangkan untuk didengar.
"Minimal kamu khawatir kalau sesuatu terjadi pada orang yang menggajimu. Memangnya kamu tidak takut kehilangan pekerjaan?" Tanya Shaka dan itu adalah pertanyaan yang salah karena kemudian Ratih menjawab.
"Saya tidak mengharapkan sesuatu yang buruk terjadi pada Anda, Tuan." Ucapnya dengan sungguh-sungguh yang membuat Shaka menyunggingkan senyumnya. "Tapi kalau kehilangan pekerjaan, jelas itu sesuatu yang saya harapkan." Lanjutnya dengan polos yang membuat senyuman di wajah Shaka menghilang seketika.
"K-kamu?!" Shaka sampai tidak bisa berkata-kata. "Pelayan macam apa kamu ini?" Ratih menjawab ucapan tuannya dengan mengedikkan bahu. "Aku tidak bisa mendengar ucapanmu." gerutu Shaka kesal.
"Saya tidak mengucapkan apa-apa, Tuan. Saya hanya mengedikkan bahu." Jawab Ratih jujur. Gadis itu membuka pintu kamar Shaka lebar-lebar dan membiarkan Shaka masuk ke dalam.
"Dan kenapa kamu mengedikkan bahu?"
"Karena saya tidak bisa menjelaskan pelayan seperti apa saya ini. Yang jelas, kalau saya kehilangan pekerjaan saya, saya bersyukur. Dengan begitu saya bisa terbebas dari Anda dan mencari pekerjaan lain." Ucapnya jujur yang membuat Shaka semakin kesal. "Ada hal yang perlu saya lakukan, Tuan?" Tanya Ratih saat Shaka melangkah menuju tempat tidur.
"Bawakan kaos lengan pendek dan celana olahraga panjang." Perintahnya.
Sementara Shaka mulai membuka kancing kemejanya, Ratih berjalan menuju walk-in closet dan mencari pakaian yang Shaka minta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled by Your Charms
RomantizmRatih yang putus asa meminta bantuan teman lamanya untuk mencarikannya pekerjaan. Dia ingin pekerjaan dengan gaji yang besar meskipun itu membuatnya harus bekerja keluar negeri sebagai seorang pelayan. Namun siapa yang menyangka kalau tanpa sepenge...