Part 46 - Naluri

1.3K 81 11
                                    

Ratih menuruti saja apa yang diinginkan Shaka meskipun ia merasa heran sendiri. Rasanya lucu saja menyuapi Shaka yang bertubuh tinggi besar dan dalam keadaan dewasa. Ya kalau Shaka sakit itu jelas beda cerita, tapi pria yang kini duduk di sofa jelas dalam keadaan segar bugar.

"Apa kau mengganti sendoknya?" Tanya Shaka saat ia mendengar denting sendok beradu dengan piring ketika Ratih hendak menyuapinya.

"Iya, Tuan." Jawab Ratih jujur.

"Kenapa? Kau jijik menggunakan sendok yang sama denganku?" Tanyanya dengan alis bertaut. Ratih lagi-lagi memandang pria itu bingung.

Ratih mengganti sendok karena dia menghormati pria itu, bukan karena jijik. Dan kenapa pria itu selalu saja salah mengartikan tindakan Ratih?

'Sebenarnya apa yang kamu mau?' Tanyanya kesal namun tak berani mengucapkannya. 'Kenapa setiap yang kulakukan selalu saja salah?' Batinnya marah.

"Saya tidak jijik, Tuan. Saya hanya.."

"Kalau begitu pakai saja sendok yang sama."

'Harus ya bersikap ketus cuma karena perkara sendok?' Gerutuan itu hanya diucapkan di kepala Ratih sementara di mulut dia mengatakan, "Iya, Tuan." Dan menyuapkan makanan ke mulut Shaka.

"Aku tidak pernah membaca biodatamu. Darimana kamu berasal?" Tanya Shaka setelah mulutnya kosong. Ratih menyebutkan kota tempat dia tinggal dan daerahnya. "Orangtuamu, mereka masih ada?" Tanyanya ingin tahu.

"Ada." Jawab Ratih dan dia kembali menyuapkan makanan ke mulut Shaka setelah ia mencobanya sendiri.

"Berapa banyak keluargamu?"

"Ayah, ibu dan adik laki-laki." Jawab Ratih apa adanya. "Dan, nenek." Lanjutnya yang tiba-tiba saja merasakan kerinduan yang dalam pada wanita paruh baya yang belum lama ini ditinggalkannya.

"Ayahmu, dia bekerja apa?" Pertanyaan itu keluar sebelum Ratih memasukkan makanan ke mulutnya.

"Karyawan perkebunan."

"Ibu?"

"Hanya ibu rumah tangga. Sesekali bekerja kalau perkebunah membutuhkan karyawan tambahan."

"Adik?"

"Masih sekolah. Kelas dua SMA saat ini."

"Nenek?"

"Nenek janda pensiunan guru."

Semua pertanyaan dan jawaban itu meluncur begitu saja. Terkesan natural sampai kemudian, "Pacar?"

Ratih memandangi majikannya dengan ekspresi bingung.

'Dia bertanya tentang pacar? Setelah apa yang dia lakukan? Bukankah seharusnya dia menanyakan itu sebelum semua itu terjadi?' Batin Ratih menertawakan dirinya sendiri.

"Tidak ada, Tuan." Jawab Ratih jujur.

"Kenapa tidak ada? Apa tidak ada yang mau padamu?" Tanyanya lagi yang membuat Ratih entah kenapa merasa semakin kesal.

'Apa aku seburuk itu sampai tidak ada yang mau?' Tanyanya dalam hati. 'Ya. Aku seburuk itu.' Ia menjawab pertanyaannya sendiri.

"Iya, Tuan." Jawab Ratih lirih.

"Kenapa? Kamu tidak cantik?" Tanya Shaka ingin tahu.

"Begitulah." Ucap Ratih lagi dengan nada enggan. Nafsu makannya seolah lenyap begitu saja atas pertanyaan Shaka.

"Jadi, Naraga menumbalkan gadis jelek untukku, begitu?" Tanya Shaka lagi dengan nada mengejek. Jelas dia merasa kalau Ratih memiliki kepercayaan diri yang rendah dan dia tidak suka itu, entah kenapa. Tapi jika Ratih menjawab pertanyaannya dengan kesan sombong, Shaka juga yakin dia tidak akan menyukainya.

Entangled by Your CharmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang