Part 13 - Sakit

1.6K 61 0
                                    

"Apa Ratih akan baik-baik saja?" Lasma masih memikirkan kondisi Ratih yang masih mengurung diri di kamarnya. Jujur saja, sebagai seorang wanita ia merasa kesal dengan apa yang sudah suaminya lakukan dan rencanakan pada Ratih. Ia adalah orang yang pertama kali menolak saat suaminya memberikan syarat terkait asisten yang harus Lasma cari untuk melayani Shaka di kediaman baru yang hendak mereka tempati. Lasma tahu bagaimana rasanya dilecehkan dan sebisa mungkin ia tidak mau orang lain merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan, apalagi gadis itu adalah gadis yang memiliki karakter yang baik dan polos serta tulus seperti Ratih.

"Apa tidak ada cara lain? Kamu tidak perlu terus menerus mendesak dan menyudutkan Shaka seperti saat ini. Kita bisa membiarkan semuanya mengalir apa adanya, aku yakin cepat atau lambat Shaka juga akan bisa tertarik pada Ratih." Lasma mengemukakan pendapatnya.

Faktanya, selama satu minggu mengenal Ratih dan mengajarkannya banyak hal di kediaman baru Shaka membuat Lasma cukup bisa membaca karakter gadis itu sekalipun Ratih tidak pernah mengatakan apapun padanya termasuk menjelekkan ibu yang sudah bersikap semena-mena terhadapnya.

"Dan kamu pikir semua itu akan berhasil?" Naraga balik bertanya. "Kita tahu bagaimana Shaka, bagaimana dia mencintai dan masih setia pada wanita itu meskipun wanita itu sudah mencampakkannya. Dan sampai kapanpun aku yakin Shaka tidak akan mencoba untuk melirik wanita lain secara sukarela.

"Tapi berbeda jika kita mendesaknya seperti ini, dia justru malah merasa tertantang dan ingin membuktikan dirinya pada orang-orang."

"Aku tahu." Ucap Lasma kesal. "Sedikit banyak aku juga tahu tentang karakternya. Tapi apa memang harus seperti ini? Haruskah kita melakukannya dengan cara yang kasar seperti ini? Kenapa kita tidak menjelaskan saja pada Ratih tentang tujuan keberadaannya disini?"

"Dan membuat gadis itu besar kepala?" Naraga menjawab pertanyaan istrinya dengan dengusan mengejek. "Dia memang terlihat polos saat ini, tapi siapa yang tahu apa yang akan dia lakukan kedepannya?

"Setelah kita memberitahukan apa tujuan keberadaannya, bahwa dia harus menaklukan Shaka dan berhasil membuat dirinya sendiri hamil, dia akan merasa di atas awan sehingga menganggap dirinya sendiri sebagai nyonya rumah." Jawab Naraga yang sebenarnya adalah asumsi dari Tuan Noam saat ia menyarankan hal yang sama beberapa waktu lalu.

Naraga sendiri sebenarnya memiliki pemikiran yang sama dengan Lasma dan menilai Ratih dengan cara yang berbeda. Di matanya—yang kini sudah mulai bisa menilai Ratih dari dekat—Ratih tidak seperti gadis-gadis kebanyakan yang selama ini Tuan Noam kenal. Namun Naraga tidak mengatakan isi kepalanya pada Lasma dan dia juga tidak bisa menentang majikannya karena dirinya hanyalah seorang pelayan yang hanya bisa melakukan apa yang tuannya titahkan.

"Shaka hanya butuh pemicu. Alih-alih membuat pria itu berusaha memperkosa Ratih, bagaimana kalau kita mencari cara supaya Ratih tampak menggoda di matanya?"

"Dengan cara apa?" Naraga balik bertanya pada sang istri. "Bagaimana kita membuat Tuan Muda kita tergoda pada Ratih sementara dia sendiri tidak bisa melihat? Apa kita harus memakaikan pakaian seksi pada Ratih?" Ledek Naraga sambil terkekeh geli karena ide istrinya.

"Kita bisa membuatnya cemburu." Jawab Lasma kesal. Dia tidak perlu disadarkan akan kebutaan majikannya dan Naraga tidak perlu meledeknya seperti itu. "Bukankah kalian laki-laki adalah makhluk visual? Kenapa kamu atau siapapun tidak berusaha untuk menyebutkan fisik Ratih di hadapan Shaka? Atau kalau perlu, kenapa kita tidak memanasinya dengan kata-kata yang membuatnya cemburu, misalnya membuat Ratih seolah sedang dekat dengan salah satu karyawan disini?"

Naraga mengerutkan dahi dan mencerna ide istrinya itu. "Itu bukan ide yang buruk. Tapi apakah itu akan berhasil? Ratih selalu berada di sampingnya, jadi kapan gadis itu akan didekati pria lain?" Jawab Naraga logis.

Entangled by Your CharmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang