Part 52 - Tidak Bisa Melihat

793 59 1
                                    

Shaka tidak lagi bicara dalam perjalanan menuju penthouse. Dan karena mengantuk, kini justru Ratih lah yang tertidur di dalam mobil dan tanpa sadar malah menyandarkan kepalanya di bahu kiri Shaka.

"Kau tidur?" Tanya Shaka dengan alis bertaut.

"Dia tidur, Tuan." Jawab Naraga mewakili pertanyaan Shaka. "Lasma mengatakan kalau dia tipe orang yang suka tidur dalam perjalanan." Ia menjelaskan.

Shaka ingin melihat posisi tidur Ratih apakah gadis itu nyaman atau tidak bersandar di bahunya. Namun dia tidak berani bergerak karena takut gerakannya malah membuat gadis itu terbangun. Ia kembali ingat akan rencananya pada gadis itu tadi malam..

Tapi tentang rencana masa depan, Shaka mengarahkan kepalanya ke tempat dimana ia yakini Naraga berada. "Apa semuanya sudah diurus?" Tanyanya ingin tahu.

"Sudah, Tuan. Perjalanan Anda sudah diatur untuk tiga minggu kedepan." Jawab Naraga cepat. "Apa Anda ingin membawanya juga?" Tanya Naraga ingin tahu. Jelas Shaka tahu dia yang dimaksud oleh Naraga adalah Ratih.

"Ini perjalanan bisnis. Mana mungkin aku membawanya." Ketus Shaka yang sebenarnya dalam hatinya dia ingin membawa Ratih turut serta bersamanya.

"Dimana dia tinggal selama Anda tidak ada?" Tanya Naraga lagi ingin tahu. Jelas dia harus mengonfirmasikan keberadaan Ratih pada Shaka selama mereka meninggalkan negara karena ia tidak mau nanti repot sendiri.

"Biarkan dia tinggal di istana Arsenio. Lasma akan menjaganya. Kau dengar sendiri kalau dia bilang dia bosan tinggal sendirian dan lebih memilih melakukan pekerjaan yang melelahkan." Dengus Shaka kesal.

"Dia hanya gadis yang tahu diri, Tuan. Dia tahu dia hanya pelayan, tidak mungkin dia berleha-leha sendirian. Entah kalau dia seorang nyonya, mungkin dia akan lebih banyak bersantai dan menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang dan mungkin berbelanja atau liburan seperti mantan istri anda."

Shaka tidak memberikan respon apapun. Pria itu memilih untuk mengarahkan kepalanya pada jendela di sisi kanannya.

Nyonya? Mungkinkah dia menjadikan Ratih Nyonya? Tapi atas dasar apa? Hubungan mereka terikat pada kontrak dimana Ratih hanya bertugas melayaninya di atas ranjang saja. Dan mungkin memiliki anak jika itu memungkinkan.

Anak? Tiba-tiba saja Shaka mengernyit.

Berapa lama mereka sudah berhuhungan? Mungkinkah saat ini dalam perut Ratih sudah ada buah hati mereka?

Mungkin saja. Toh selama ini mereka tidak pernah menggunakan pengaman. Iya kan? Atau apakah Ratih menggunakan alat kontrasepsi diam-diam?

Sepertinya Shaka harus memastikan itu pada Ratih nanti. Namun membayangkan kemungkinan adanya anak diantara mereka, bukankah itu berarti Shaka akan ada di rencana masa depan Ratih?

Ya, tentu saja dia akan ada. Karena bayi yang Ratih kandung itu jelas pasti adalah anaknya.

Tanpa Shaka sadari, Naraga memandang senyum pria itu dalam diam.

***

"Neylan?" Panggilan dari suara yang dikenalnya membuat langkah Neylan terhenti. Neylan menoleh dan melihat Aithan berjalan mendekat ditemani teman prianya yang bertubuh sedikit berisi.

"Halo Aithan." Jawab Neylan formal dengan kepala mengangguk sopan.

"Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Tanya pria itu balas bersopan santun. "Halo sayang, masih kenal Om?" Tanyanya pada Shanaya yang berdiri di samping Milda, pengasuh barunya yang diambil dari kediaman Shaka. Shanaya mengangguk sambil tersenyum manis. Gadis kecil itu jelas menyukai Aithan dan Neylan memutar bola matanya.

'Jangan katakan kalau sikap jalangku menurun padamu, Nak.' gumam Neylan dalam hati.

"Kalian sudah selesai makan?"

"Tentu saja. Kalau belum kami tidak akan berdiri di luar seperti ini." Jawab Neylan ketus.

Aithan mencoba menahan tawa. Dia tahu Neylan masih memendam kekesalan padanya karena masalah di masa lalu. Tapi Aithan tidak menanggapinya.

"Apa kau makan siang dengan Shaka? Karena kalau tidak salah aku tadi melihat Naraga di sekiraran sini."

Wajah Neylan tampak memucat entah karena apa. Tapi kemudian wanita itu menjawab. "Ya, aku makan siang dengannya."

"Dengan Ratih juga?" Tanya Aithan penasaran. Sejujurnya ia ingin sekali bertemu lagi dengan Ratih, tapi ia belum mempunyai cara untuk melakukannya.

"Siapa Ratih?" Tanya Neylan dengan alis bertaut dan tatapan mata sinis pada Aithan

"Kau tidak tahu Ratih?" Aithan kembali memandang Neylan dengan sebelah alis terangkat. "Ckckck, kupikir kau sudah tahu." Jawabnya terkekeh.

"Jangan basa-basi, katakan saja siapa dia!" Perintahnya ketus, mengabaikan Shanaya yang menarik jari kelingkingnya mencari perhatian. "Apa?" Neylan menunduk pada putrinya dan memandangnya kesal.

"Kak Ratih. Naya tahu siapa kak Ratih. Dia teman Naya." Jawab Shanaya dengan polosnya.

"Teman? Teman apa?" Neylan memandang putrinya bingung.

"Ratih asisten Tuan Shaka, Nyonya." Jawab Milda menjelaskan. "Dia dibawa Tuan Shaka dari villa. Dia juga yang menjaga Nona Shanaya saat Nona Shanaya menyusul Tuan."

"Aahhh.. pelayan." Neylan kembali memandang Aithan dengan tatapan mengejek.

Aithan tersenyum, balas memandang Neylan dengan tatapan mengejek. "Iya, pelayan." Jawabnya tersenyum manis seraya mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Neylan. "Pelayan setia, pemuas ranjangnya." Bisiknya sangat pelan sampai Milda pun tak bisa mendengarnya. Neylan seketika membelalakkan mata, tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Akhirnya, setelah lima tahun sepertinya ada juga wanita yang bisa membuat Shaka 'terbangun'." Ucap Aithan seraya membuat tanda kutip di samping kepalanya.

"Apa maksudmu?!" Tanya Neylan tak suka.

"Tidak ada maksud apa-apa. Aku hanya bicara saja." Dan setelah itu ia melangkah menjauh seraya mengacak rambut Shanaya dan mengedipkan sebelah mata jahil. "Sampai jumpa lagi gadis manis."

"Sampai jumpa, Om." Jawab Shanaya dengan polosnya dan menjawab lambaian tangan Aithan.

"Siapa itu Ratih? Darimana asalnya?" Tanyanya pada Milda setelah mereka masuk ke dalam mobil.

"Dia pelayan baru di kediaman Arsenio, Nyonya." Jawab Milda apa adanya. "Saya dengar Lasma dan Tuan Naraga yang merekrutnya. Saya tidak tahu dia berasal darimana. Tapi dia gadis yang sopan."

"Cih, sopan." Decih Neylan mengejek, mengabaikan tatapan heran putrinya, Milda dan juga supirnya. "Kesopanan itu hanya kedok. Bisa saja dia bekerja disana sebagai pelacurnya Shaka."

Ucapan Neylan jelas membuat Milda memandang Shanaya. Posisi Sahanaya yang duduk di belakang sementara Milda duduk di samping supir membuatnya tak bisa menutup telinga gadis kecil itu. Untungnya gadis itu tidak menangkap kalimat ibunya dan tak mempertanyakannya.

"Apa dia cantik?" Tanya Neylan yang membuat Elsa kebingungan.

Kalau Milda jujur dan mengatakan Ratih cantik, pastinya Neylan akan marah padanya. Siapa yang bisa menjamin wanita itu tidak menjambak rambutnya saat kesal. Ia melihat bagaimana Neylan menghukum asisten rumah tangga lamanya dengan begitu kasarnya dan Milda tidak mau hal itu dialaminya.

"Cantik atau tidaknya Ratih, Tuan Shaka tidak bisa membedakannya, Nyonya. Beliau tidak bisa melihat." Hanya itu jawaban aman yang bisa Milda katakan.

Dan untunglah, Neylan tersenyum mendengarjawabannya.

Entangled by Your CharmsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang