Di saat waktu istirahat. Aku sibuk mencari dompet di ranselku.
Tiba-tiba Lyn dan Ika yang tadinya sudah pergi ke kantin duluan, kembali datang. Sambil berteriak dengan suara mereka yang mungkin sedikit lagi bisa meruntuhkan bangunan sekolah.
"ICHA!! ICHAA!!"
Aku menemukan dompetku, dan berdiri tepat saat Lyn dan Ika muncul di ambang pintu kelas. Mereka berlari ke arahku, Ika dengan tidak berperasaan lagi, mengguncang-guncang bahuku.
"WOI, bisa gak suara kalian itu dikecilin! Berisik, Any*ng!" Aku memandang merkea galak.
"Elu! Elu dipanggil..." Lyn berseru.
"Dipanggil siapa? Gunderwo? Kuntilanak ukuran sachet?"
"DIPANGGIL LORENZO!!"
Aku mengangkat bahu santai, "Terus, kenapa?"
"Kamu mungkin sudah diincar olehnya untuk ditindas," jawab Ika heboh.
"Nyenyenye, gak peduli," ucapku datar. "Dahlah, aku mau pergi ke kantin. Bilang pada Lorenzo, aku hanya mau datang jika dia mentraktirku bakso selama seminggu." Aku melambaikan tangan, "Lagipula, untuk apa dia memanggilku? Mau cuci otak biar aku jadi barbar kayak dia?"
"Waduh, kenapa suruh kami? Meski mukanya memang ganteng begitu, tapi dia seram banget!" Lyn berseru.
"Abang-abangku jauh lebih seram daripada dia. Tapi, kamu malah mau banget ketemu sama abangku."
"I-itu sih, beda. Abang-abangmu keren, enggak seram."
"Dih, jelas-jelas abang-abangku seram begitu," aku mendengus, lalu mengibaskan tangan, "sudahlah, aku pergi ke kantin dulu."
"Aku ikut!" Ika berseru, langsung berlari menyusulku.
"Terus, si Lorenzo gimana?" Lyn bertanya, "Nanti kita pula yang kena masalah. Kamu sengaja ya, buat kita terlibat?!"
"Biarkan saja dia. Lagian, kan enggak mungkin dia mau nyerang kita. Banci banget orang itu kalau beneran mau nyerang," selorohku santai, terkekeh. "Lagipula, cutter selalu siap untuk digunakan."
"Dih, kamu itu cuma jago main cutter, kalau bela diri enggak. Aku heran kamu bisa menghabisi anggota-anggota si Noah," ucap Lyn. "Kamu pakai apa?"
"Gigi," aku membuka mulutku, menunjukkan gigi taringku. "Mereka itu enggak jago-jago amat bela diri. Apalagi mereka semua cewek."
"Hah? Anggota geng Noah itu cewek semua?" tanya Ika.
"Enggak, ada yang cowok. Tapi, karena enggak mau jadi banci, jadi Noah memutuskan untuk menyerangku dengan anggota gengnya yang cewek-cewek. Mana yang dia pilih lemah-lemah lagi, HAHAHAHA!" Aku tertawa sendiri, "Lagian, sok jago banget sih."
"Kalau Lorenzo benaran berani nyerang kamu, jangan minta tolong kami ya," kata Ika, dia mengangkat tangan. Mengibaskan rambut pendek acak-acakannya, "kami kan cuma temanmu yang lemah."
"Tcih, teman apaan. Kalian tuh teman rasa setan. Masa temannya dalam masalah, kalian mundur?" Aku mendelik, "Terus ya, kalau Lorenzo beneran berani menyerangku, tinggal jepit 'bola'nya saja kan."
"Menjepit apa?" suara dingin itu membuatku tersentak.
Gile! Rupanya ada Lorenzo di belakang kami dari tadi. Aku berbalik, sedangkan Lyn dan Ika langsung bersembunyi di belakangku. Lyn menatapku dengan maksud tatapan: 'kau yang lawan Lorenzo ya, kami yang pijat bahumu.' Lalu dia pun memijat bahuku, tapi dengan sangat keras tanpa perasaan lagi.
"BANGK*! Sakit, CEBOL! Elu mau mijit apa mau patahin tulang?!" Aku menoleh ke arah Lyn.
"Waduh, sou satisfying," ucap Ika.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Brothers
Novela JuvenilEmpat kakak laki-laki tampan, menyebalkan bin gregetan ini selalu membuat adik perempuannya kerepotan karena ke-posesif-an mereka. Sifatnya yang berbeda-beda, sulit ditebak. Pertengkaran selalu menjadi rutinitas wajib mereka. Pokoknya cerita ini bi...