✧Bab 46

28 6 6
                                    

Di depan pintu rumah. Keempat abang-abangku mendorong-dorong Shuu agar dia cepat pulang.

"Gua boleh nginap?" Shuu bertanya.

"Kagak boleh," empat abangku langsung menolak mentah-mentah. "Pulang sono."

"Plz-lah, Broder. Di luar juga lagi hujan. Gak bawa payu--"

Alfarezi menyodorkan payung. "Nih, payung."

"Gak bawa motor. Motorku ketinggalan di sekolah, karena ditarik sama Icha tadi."

"Naik sepedaku," sahut Abyaaz cepat.

"Gak bisa naik sepeda pakai payung."

Abyaaz dan Amaar memberikan jas hujan.

"Udah ngantuk."

"Gak peduli," ucap keempat abangku.

Aku yang berdiri di belakang abang-abangku, menggeleng-gelengkan kepala. 

"Pulang ajalah, Nyet. Rumah lu enggak jauh-jauh amat kan?" ucapku lalu menguap, mulai mengantuk.

"Jauh. Di Mars."

Aku menginjak kakinya, "Bacot lu. Gak lucu, anj*r."

"Santai dong, Bu. Gak usah ngegas," balas Shuu. "Oke, oke, gue pulang. Puas lo pada?"

"PERGI SONO!! Pake jas hujannya," ucap Amaar, mendorong bahu Shuu. "Sana."

"Tapi, Maar, sepeda kita kan bannya bocor," tiba-tiba Asheer berbicara. 

"OIYA, Njir! Lupa! Yaudah, pinjam sepeda Icha aja! Udah diperbaiki kok," kata Abyaaz dengan cepat. "Nah, udah gak ada alasan lagi, pergi lu sana!"

Dahlah, males aku dengar percakapan mereka. Aku duduk di sofa, mengeluarkan handphone dari saku, dan sibuk scroll layar hp, liat-liat IG orang. Mengabaikan Shuu yang sedang ngajak gelut abang-abangku. 

BLAM!! Alfarezi mengunci pintu.

Aku bisa mendengar maki-makian Shuu yang diusir dari rumah ini. 

"Anj*ng, tayq, bangk*, kampr*t, tol*l. Jadi orang bacot banget sih, sialan. Anjirlah!" begitu katanya. Sudah kubilang, dia itu sering banget pakai bahasa kasar begitu. 

Aku berdiri, "Oke, gua mau tidur. Bye!" Aku menaiki tangga dengan cepat, bergedebak-gedebuk seperti biasa. 

Saat aku mau memasuki kamarku, seseorang menarik kerah baju tidurku, dan mengangkatku. AIH, GILA! Sekuat apa tenaganya sampai bisa mengangkatku yang berat ini? Aku menoleh, melototi Alfarezi yang hanya menatapku datar.

"WEH, LEPASIN GAK?! GUA SENTIL GINJAL LU NTAR!"

"Tidurnya di kamar kami."

"OGAAH!! Kamar cowok itu, tahuk!"

"Biarin, ini cuma untuk jaga-jaga. Mana tahu ada perampok yang masuk ke kamarmu lagi, Cha. Terus kamu diculik, terus dijual, terus ginjalnya diambil, dijadiin tumbal, mau?" Abyaaz dan Amaar menakut-nakuti, "sudah banyak loh, kasus anak perempuan diculik waktu lagi tidur di kamarnya. Enggak lihat berita?"

"Lihat kok," aku memonyongkan bibir. "Tapi, pokoknya aku mau tidur di kamarku! Ogah sama monyek-monyek kek kalian! Mana ngoroknya berlomba-lomba lagi. Bising tahuk!"

"Gak ada penolakan. Keputusan kami tidak bisa diganggu gugat. Masuk," Asheer menyentil jidatku.

"HEH, REJI! Lepasin gak?! Ini kaki enggak nyentuh lantai loh!" Aku meronta-ronta, "Lepasin, TAYQ!"

"'Abang'."

"BANG REJI! LEPASIN!!"

"Lepasin gak ya?" bukannya melepaskanku, Alfarezi malah tersenyum jahil. 

My Annoying BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang