50

73 10 0
                                    

Pagi itu, suasana di rumah keluarga Zhang terasa semakin waspada. Semua anggota keluarga terlihat sibuk dan serius. Sejak mereka menemukan bukti obsesi Zimo terhadap Zuohang di rumah kontrakan yang mereka selidiki, mereka tahu ancaman itu jauh lebih besar daripada yang mereka bayangkan. Mereka tak boleh lengah.

Zhixin, Zhangji, Junhao, dan Yuhan berkumpul di ruang tamu untuk membahas langkah selanjutnya. Suasana tegang terasa begitu kental di antara mereka.

"Setelah melihat bukti yang kita temukan tadi malam, aku rasa kita perlu menyiapkan rencana perlindungan yang lebih ketat untuk Zuohang gege," ujar Junhao dengan nada serius. Ia tampak lebih dewasa dari biasanya, karena kekhawatiran dan tekad untuk melindungi kakaknya begitu kuat.

Zhixin mengangguk setuju. "Benar. Mulai sekarang, kita harus selalu memastikan ada di sekitar Zuohang ge, terutama di sekolah. Kita harus tahu jika ada gerakan mencurigakan dari Zimo atau siapa pun yang berpotensi membahayakannya."

Yuhan yang selama ini lebih pendiam juga ikut bicara. "Kita juga perlu mencari tahu lebih lanjut tentang latar belakang Zimo. Mungkin ada seseorang yang mengenalnya sebelum dia pindah ke kota ini."

"Setuju," Zhangji menimpali. "Aku akan mencoba menelusuri riwayat kepindahannya, mungkin ada petunjuk yang bisa kita dapatkan dari sini."

Setelah merumuskan rencana, mereka semua sepakat untuk terus memantau gerak-gerik Zimo tanpa membuatnya curiga. Mereka tahu bahwa setiap langkah harus dilakukan dengan hati-hati.

Di sekolah, Junhao tetap berada di sisi Zuohang gege, memastikan dia tidak sendirian. Ia mengamati sekitar dengan cermat, memperhatikan setiap orang yang terlihat di dekat Zuohang. Meskipun Zuohang tampak tenang, Junhao tahu bahwa kakaknya merasa tertekan dan gelisah.

"Zuohang gege, kamu baik-baik saja?" tanya Junhao, mencoba membuat suasana sedikit lebih ringan.

Zuohang tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja, Junhao. Aku hanya... merasa sedikit tertekan dengan semua ini. Kadang-kadang aku berharap bisa melupakan semuanya dan kembali seperti biasa."

Junhao menepuk bahu kakaknya dengan lembut. "Kami semua ada di sini untuk melindungimu, Zuohang gege. Jangan khawatir. Aku akan memastikan tidak ada yang membahayakanmu."

Saat mereka berdua berjalan menuju kelas, Junhao melihat sosok Zimo di ujung lorong. Pemuda itu berdiri diam, matanya tajam mengamati ke arah mereka. Wajahnya yang dingin dan penuh teka-teki membuat Junhao merasa semakin curiga.

"Zuohang gege, itu dia. Zimo ada di sana," bisik Junhao sambil melirik ke arah Zimo tanpa menimbulkan kecurigaan.

Zuohang mengikuti pandangan Junhao dan melihat Zimo yang berdiri beberapa meter dari mereka. Ada sesuatu yang aneh di balik tatapan Zimo—sesuatu yang sulit dijelaskan, seolah-olah ada niat tersembunyi di balik senyumnya yang tipis.

"Biarkan saja, Junhao," kata Zuohang pelan. "Kita tidak perlu menunjukkan bahwa kita menyadari kehadirannya."

Junhao mengangguk, meskipun dalam hatinya ia tetap waspada. Mereka melanjutkan langkah menuju kelas tanpa menunjukkan bahwa mereka memperhatikan Zimo.

Malam harinya, di rumah keluarga Zhang, Zhixin menerima panggilan dari salah satu kenalannya yang berhasil menelusuri latar belakang Zimo. Dari informasi yang diperoleh, Zimo berasal dari keluarga yang pernah memiliki konflik besar dengan salah satu teman dekat keluarga Zhang.

"Jadi, sebenarnya Zimo memiliki latar belakang yang tidak terlalu baik. Dia pernah terlibat dalam beberapa masalah serius sebelum pindah ke kota ini," kata Zhixin pada Zhangji dan yang lainnya.

"Kita harus lebih waspada. Bukan hanya untuk melindungi Zuohang ge, tapi juga memastikan tidak ada yang terlibat dalam bahaya," ujar Zhangji, yang semakin merasa bahwa Zimo memiliki motif tersembunyi.

Yuhan yang mendengarkan dengan cermat bertanya, "Apakah ada kemungkinan bahwa Zimo tahu hubungan keluarganya dengan kita?"

Zhixin mengangguk pelan. "Ada kemungkinan besar, Yuhan. Dan jika dia tahu, itu bisa menjelaskan mengapa dia begitu terobsesi pada Zuohang ge. Dia mungkin ingin menyakiti keluarga kita sebagai bentuk balas dendam."

Keluarga Zhang menyadari bahwa mereka sedang menghadapi ancaman yang jauh lebih berbahaya. Mereka tidak hanya berhadapan dengan seseorang yang mengancam Zuohang, tetapi juga seseorang yang memiliki dendam mendalam terhadap keluarga mereka.

Di saat yang sama, di tempat lain, Zimo duduk sendirian di kamarnya. Di atas meja, terdapat beberapa foto Zuohang dan catatan tentang pergerakannya. Wajahnya tampak penuh kepuasan, seolah-olah ia sedang merencanakan sesuatu yang besar.

"Zhang keluarga yang begitu berpura-pura sempurna...," gumamnya, senyum dingin terbentuk di wajahnya. "Kalian belum tahu permainan apa yang sedang kalian hadapi."

Zimo menyusun rencananya dengan hati-hati, memastikan setiap langkahnya takkan terdeteksi. Baginya, keluarga Zhang hanyalah pion dalam permainan yang telah ia rancang. Ia sudah menanti-nanti saat di mana semuanya akan mencapai puncaknya, ketika keluarga Zhang merasakan apa yang dulu keluarganya alami.

"Bersiaplah, Zuohang," katanya pelan, dengan suara penuh kebencian. "Ini baru permulaan."

Dengan niat yang semakin kuat, Zimo menatap foto Zuohang. Ia merasa bahwa semuanya sudah berada dalam kendalinya, dan kini hanya tinggal menunggu waktu hingga rencananya berjalan sesuai keinginannya.

Transmigrasi ZuohangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang