Keraguan yang muncul

186 28 7
                                    

"Kamu ikut ya sayang, mas nggak mau kalau ada salah paham diantara kita" Ucap teddy kepada Letisha.

Perempuan ini mengangguk.

Beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di dalam mobil untuk menuju ke apartemen Callista. Meskipun teddy terus menggenggam tangannya, tapi Letisha bisa melihat kekhawatiran di wajah teddy.

"Apa kamu masih menyimpan rasa itu mas? " Batin Letisha memperhatikan raut wajah teddy

Tak berselang lama, mobil yang di kendarai teddy sudah memasuki area parkir apartemen milik Callista. Teddy dan Letisha segera turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam apartemen itu. Langkah nya begitu cepat hingga Letisha harus sedikit berlari untuk mengimbangi teddy.

Teddy segera memencet tombol lift untuk segera menuju ke lantai dimana Callista tinggal. Letisha tak banyak bertanya dan memilih untuk mengikuti saja kemana langkah teddy.

Ceklek

Teddy membuka pintu kamar Letisha.

"Bahkan dia masih mengingat sandi nya" Batin Letisha

"Sayang, kita masuk" Ajak teddy yang dibalas anggukan oleh Letisha.

"Call" Panggil teddy menuju ke kamar Callista. Tiba-tiba disana ada Laura yang baru keluar dari kamar Callista.

"Pak teddy, syukur lah anda datang, keadaan bu Callista sangat lemas, saya sudah menyarankan untuk menghubungi ambulans, tapi bu Callista menolak" Jelas Laura.

Teddy mengangguk "bisa saya lihat keadaan nya sekarang? "

Laura mengangguk "maaf Pak, saya permisi saja ya, karena saya ada urusan" Ucap Laura

Teddy mengangguk "makasih"

Kemudian perempuan itu pun keluar dari apartemen Callista.

"Kita masuk sayang" Ajak teddy

Letisha menggeleng, ia seperti belum bisa melihat interaksi teddy dengan mantan kekasihnya. Apalagi teddy akan membawanya ke kamar Callista dimana mereka dulu pernah menghabiskan malam malamnya.

"Sayang, kamu kenapa? Ayo kita masuk" Ajak teddy lagi

"Kamu aja mas, aku tunggu disini"

Teddy menggeleng "nggak, kamu harus ikut sayang, mas nggak mau kalau Callista atau kamu salah paham"

Letisha menarik nafas panjang, dan akhirnya menuruti teddy. Laki-laki itu menggenggam tangan Letisha untuk masuk ke kamar Callista.

"Call" Panggil teddy mendekati Callista yang berbaring di ranjangnya.

Callista menoleh ke arah sumber suara, ia tersenyum ke arah teddy.

"Teddy, makasih kamu udah dateng" Lirihnya dengan senyuman. Tapi senyuman itu tiba-tiba memudar melihat siapa yang datang bersama teddy.

"Kamu kenapa? Apa yang terjadi? "Tanya teddy

Callista menggeleng "entahlah, Tiba-tiba kepala aku pusing, dan badanku terasa lemas"

Tangan teddy terulur untung menyentuh dahi perempuan yang pernah ia cintai ini.

"Kamu demam? " Ucap teddy menyentuh dahi dan pipi Callista

"Kamu harus ke rumah sakit call? Badan kamu panas banget ini" Ucap teddy

Letisha yang ada di sebelah teddy, ikut menyentuh dahi perempuan ini, ia merasakan suhu badan Callista benar-benar panas.

"Mas teddy benar call, kamu harus ke rumah sakit, badan kamu panas banget" Imbuh Letisha

Callista menatap sejenak ke arah Letisha yang ada di sebelah teddy. Perempuan ini juga melihat tanda merah yang ada si leher Letisha. Callista langsung memalingkan wajahnya, ia menahan rasa emosi di dadanya.

Love After SeparationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang