51

8.9K 1.2K 92
                                    




51

Seolah, hati nurani Peony baru saja ditinju oleh perkataan Kaisar Khezar. Terdengar begitu menyakitkan sampai air mata Peony tak bisa berhenti mengalir. Dia menjadi semakin sensitif akhir-akhir ini.

Ketika pelukan Kaisar merenggang, Peony berhasil menjauh dan turun dari tempat tidur.

Kaisar Khezar duduk di tepi tempat tidur sembari menautkan tangannya dengan pandangan yang tertuju pada Peony tak jauh di hadapannya. "Aku berharap kau menangis terharu, tetapi ... kau terlihat kecewa."

"Karena aku tidak setuju! Tak perlu melakukan sejauh itu!" seru Peony dengan suara serak. "Aku ... jika aku mengiakan rencanamu, sama saja aku menjadi pembunuh! Cukup lepaskan takthtamu dan hidup sebagai rakyat biasa bersamaku. Dan ingat, aku tidak bisa hidup berdampingan dengan laki-laki yang mudah sekali menghilangkan nyawa orang lain."

Kaisar Khezar menghela napas. "Jika pun aku ingin turun dari takhta, kau pikir semudah itu?"

"Maka kabur ke negara lain."

"Tidak." Kaisar Khezar langsung menggeleng. Dia berdiri dan mendekat pada Peony yang mundur dengan refleks. Telunjuk laki-laki itu mengarah ke dadanya sendiri. "Jika aku menjadi orang yang disegani dan memiliki segalanya, aku juga bisa memberikan apa pun untukmu."

"Kau pikir ...," Peony merapatkan bibir dan menggeleng pelan, "kau pikir aku akan bahagia hidup di lingkungan seperti itu? Aku telah melihatmu memotong leher-leher manusia tanpa rasa bersalah sedikit pun. Jika kau tak berhenti dari takhta, maka aku ... sama saja membiarkan anak-anakku hidup bersama ayah sepertimu!"

"Peony." Suara Kaisar Khezar terdengar datar. "Bukankah waktu itu kau memberikanku pilihan? Menjadikanmu satu-satunya istriku. Permaisuriku. Aku sudah merencanakannya untuk itu, tetapi sekarang kau mengatakan berbagai alasan seolah sejak awal kau ... memang tidak ingin hidup bersamaku."

Peony juga tak tahu. Tiba-tiba ada banyak kekhawatiran yang muncul di pikirannya. "Suatu saat ketika kau tidak mencintaiku lagi, kau akan membuangku atau bahkan membunuhku karena aku sudah tak berarti lagi bagimu. Jika kau memang tidak mencintai Saintess Cecilia, maka mungkin perempuan lain yang akan membuatmu jatuh cinta." Mata Peony mengabur karena air mata dan kepala yang terasa begitu berat. "Sejak awal, dunia ini memang bukan duniaku."

Lagi-lagi, pandangan Peony menjadi semakin gelap. Kaisar Khezar mendekat dan langsung merengkuhnya ke dalam pelukan.

"Dunia ini adalah duniamu. Duniaku. Dunia kita," bisik Kaisar terdengar semakin samar-samar. "Dan aku akan selalu mencintaimu, Peony."

[]

"Bukankah katanya menara Vaka berada di Selatan Kekaisaran Ephraim...?" Cecilia memandang bingung Tuan Meshach yang menuntunnya ke dalam istana.

"Nona Saintess." Sir Denail berbisik di belakangnya. "Seperti yang saya katakan tadi. Menara Vaka tidak memiliki tangga."

Tuan Meshach berhenti di depan dinding kosong. Dia menarik sesuatu, yang membuat sebagian dinding tersebut membentuk sebuah pintu yang terbuka. "Satu-satunya jalan menuju menara Vaka adalah teleportasi yang hanya bisa dilakukan oleh penyihir tingkat tinggi."

Tuan Meshach menatap Sir Archie yang datang terburu-buru. "Tuan Meshach, saya akan ikut bersama Anda. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan pada Yang Mulia Kaisar."

Tuan Meshach mengangguk. Laki-laki berumur enam puluhan itu segera turun dan memimpin jalan. Cecilia menuruni tangga yang melingkar ke bawah. Seperti membawanya ke sebuah ruangan bawah tanah. Hanya ada api abadi dari obor-obor kecil di sepanjang dinding yang dia lewati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PEONY - Antagonist's Sex SlaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang