22. Menunggu

1.1K 124 47
                                        

Davin mengangguk. "Hyunsik Hyung benar. Lagi pula ada kemungkinan jika di perusahaan, Dudu hyung akan memesan makanan dan memakannya langsung berdua bersama Zayyan hyung."

Seketika, suasana menjadi hening setelah ucapan Davin. Gerakan makan pun langsung berhenti sejenak. Gyumin bahkan masih membuka mulutnya dengan tangan yang hendak menyuap nasi terhenti di udara.

Fakta bahwa saat ini Lex sedang berdua dengan Zayyan di agensi saja sudah mengkhawatirkan. Kali ini justru ditambah membayangkan Lex makan berdua bersama Zayyan. Itu sungguh mengerikan!

"Ehem!" Gyumin berdehem guna mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa sunyi. "Kurasa sangat kecil kemungkinan hal itu terjadi." Tangannya bergerak menyumpit kimchi.

Ucapan Gyumin seakan menyadarkan keenam pemuda itu dari keterdiaman yang mendadak mereka alami dan lekas makan lagi.

"Tetapi bukan berarti tidak mungkin," lanjut Gyumin santai sambil menyuap sayuran fermentasi tersebut.

Tanpa sadar, Gyumin menggagalkan usahanya sendiri dalam mencairkan suasana. Lihatlah, teman-temannya itu kembali terdiam.

Di perusahaan tepatnya di ruangan dance, dua pemuda sedang duduk kelelahan di sofa dengan napas yang masih sedikit terengah.

Zayyan bersandar dengan mata terpejam dan dada yang bergerak cepat naik turun. Rambutnya pun terlihat lepek. Di sisi lain Lex mengusap keringat di dahinya menggunakan handuk kecil.

Tiba-tiba, gerakan tangan Lex berhenti dan keningnya berkerut. Ia menoleh pada Zayyan yang terlihat terkejut sendiri.

Merasakan tatapan  Lex, Zayyan melirik sekilas lalu menunduk malu sambil merutuki dirinya sendiri.

"Kau ... lapar?"

Rasanya Zayyan ingin menghilang ke dalam lubang saat ini juga ketika mendengar pertanyaan Lex. Merasa kesal dengan perutnya yang tiba-tiba berbunyi. Sangat memalukan.

Inginnya menjawab tidak, tetapi dirinya memang merasa lapar. Sangat. Ia belum makan malam dan sekarang sudah hampir tengah malam. Wajar jika merasa lapar, bukan?

Zayyan melirik Lex yang masih menatapnya seolah menunggu jawaban. "Umm, sedikit."

Satu alis Lex naik dan bibirnya menyeringai tipis. "Sedikit, tetapi suara perutmu seperti gemuruh badai."

Zayyan menunduk malu. "Ti-tidak."

Lex hanya mendengkus lalu mengambil ponselnya di meja. Memainkannya sebentar, kemudian menuju keluar ruangan.

Melihat kepergian Lex, Zayyan penasaran. "Ka-kau mau ke mana?"

"Toilet," jawab Lex tanpa menoleh atau pun menghentikan langkahnya.

Zayyan menghela napas panjang sambil menyandarkan punggung ke sofa dengan tangan mengelus perut. "Ughh! Memalukan."

Beberapa menit kemudian, Lex kembali dengan rambut terlihat basah dan wajah yang tampak segar.

Melihat Lex yang terlihat lebih baik setelah dari toilet, Zayyan lekas berdiri. Kebetulan, dirinya juga tiba-tiba ingin buang air kecil.

"A-aku ke toilet sebentar."

Lex tak menoleh ataupun menjawab, tetapi tubuhnya yang berhenti bergerak sesaat ketika hendak duduk membuat Zayyan yakin jika Lex mendengar ucapannya. Tanpa menunggu satu kata pun keluar dari mulut sang leader, Zayyan berjalan pergi.

Ketika selesai dengan urusannya di toilet, Zayyan kembali ke ruangan dance dan ia terdiam di dekat pintu kala melihat Lex sedang makan.

Glup!

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang