Dahi Lex berkerut. "Apa yang kau bicarakan, Hyung? Jika aku pulang—" Lex menunjuk Zayyan. "—Dia akan sendirian di sini. Kau pun harus segera berangkat latihan."
"Aku akan menggantikanmu. Aku sudah mendapat ijin untuk tidak latihan hari ini."
Lex terkejut mendengarnya. "Benarkah?"
Hyunsik memberikan ponselnya pada Lex. "Kau bisa membacanya. Aku juga sudah meminta Beomsoo dan yang lain untuk berangkat. Kau bisa memeriksanya juga."
Lex menerima ponsel itu dan memeriksa. Semakin terkejutlah ia karena yang dikatakan Hyunsik memang benar. Melihat raut wajah Lex, Zayyan bisa menyimpulkan jika ucapan Hyunsik valid. Hal itu membuatnya membelalak dan menatap Hyunsik dengan perasaan gelisah.
Lex tetap terlihat tidak setuju. "Kau tak perlu melakukan ini, Hyung. Aku bisa tetap di sini dan kau bisa berlatih saja."
Hyunsik menatap Lex lekat-lekat. Wajah Lex terlihat lesu, rambutnya berantakan, pakaiannya tampak kusut, matanya agak memerah dan sayu. Jelas dia lelah dan kurang istirahat. Hyunsik bahkan ragu dia tidur tadi malam.
Sebenarnya sejak masuk ruangan, yang pertama Hyunsik lihat dan perhatikan adalah Lex, dan barulah interaksi yang lainnya dengan Zayyan. Penilaiannya adalah Lex terlihat kacau, dan semakin kacau ketika kini ia melihatnya lebih jelas.
Hyunsik mendecih samar. Ia mengambil ponselnya lalu membuka kamera depan, kemudian mengarahkan layarnya pada wajah Lex. "Lihat wajahmu."
Lex melihat betapa tak bagusnya dirinya terlihat. Memang ia merasa lelah, butuh tidur, dan juga mandi.
"Pulang, bersihkan dirimu dan istirahatlah," kata Hyunsik.
Lex masih terlihat ragu. Ia melihat Zayyan yang sedang menatapnya dengan setitik harapan, seolah tak ingin Lex pergi.
Tiba-tiba Hyunsik memegang bahu Lex. Membuat Lex menatapnya. "Pulanglah," kata Hyunsik.
Lex diam sesaat sebelum akhirnya mengangguk, lalu kembali menatap Zayyan yang masih berbaring.
"Aku akan menjemputmu nanti malam," kata Lex membuat mata Zayyan berubah sendu. "Hyunsik Hyung akan menjagamu."
Akhirnya Lex pergi. Meninggalkan Zayyan dan Hyunsik hanya berdua saja. Sedikit rasa kehilangan Zayyan rasakan.
Zayyan berkata pelan, "Kau tak perlu repot-repot menemaniku. Kau bisa pergi ke perusahaan untuk berlatih."
Hyunsik duduk di kursi seperti yang dilakukan Lex biasanya. Ia menatap Zayyan dengan senyum yang tak mencapai mata. Hanya sebatas lengkungan saja. "Apa kau berpikir aku sungguh ingin berada di sini?"
Zayyan terdiam. Hyunsik berbeda. Dia tak menunjukkan ketidaksukaannya pada Zayyan dengan jelas melalui perkataan atau tindakan. Namun pengabaian, ucapan tersirat, sorot mata, dan senyumnya. Sungguh membuat Zayyan merasa tak nyaman.
Hyunsik tidak pernah berbicara padanya dengan nada tinggi. Juga tak pernah berkata sinis, ketus, dan sarkas seperti Lex dan Leo. Dia selalu terlihat santai dan tenang. Bahkan terlampau tenang hingga membuat Zayyan gelisah. Hyunsik seperti laut dalam yang memiliki permukaan tenang.
"Aku di sini untuk Dudu dan Sing, bukan untukmu."
Suaranya mengalun tenang dan perlahan. Namun entah kenapa Zayyan merasa hatinya seolah tertusuk ribuan jarum. Zayyan pun tak tahu harus bagaimana menanggapinya.
"Maaf."
Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir Zayyan. Tanpa melakukan kesalahan, Zayyan merasa dirinya seolah harus mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go || Xodiac
AléatoireKisah tentang sembilan pemuda dalam menggapai mimpi mereka bersama. Akankah semuanya berjalan mulus tanpa hambatan? Atau justru banyak rintangan yang menghadang?
