41. Telur Goreng

1.2K 134 120
                                        

*Happy ISAC Xodiac! ✨
.
.
.

Malam hari, Zayyan menyibak selimut dan duduk. Sing di sampingnya masih tertidur pulas. Tiba-tiba, perut Zayyan berbunyi.

"Aku lapar," gumamnya pelan. Ia sulit tidur jika sedang lapar.

Biasanya jika pulang larut setelah latihan berdua dengan Lex, Zayyan memang merasa sedikit lapar. Namun ia terlalu lelah dan malas untuk makan. Kali ini dia pulang cepat dan rasa lapar harus ia tuntaskan.

Hati-hati, Zayyan bangun dari ranjang dan keluar kamar. Menuju dapur. Berjalan agak cepat dan sesampainya di sana, ia langsung berdiri diam saat melihat Hyunsik sedang mengocok telur di mangkuk.

Hyunsik menoleh. Satu alis sedikit terangkat. "Ada apa?"

Zayyan menggeleng pelan. "Ti-tidak. Aku hanya ... haus."

Zayyan menuju teko kaca, mengambil gelas, dan menuang air. Belum sempat meminumnya, terdengar sebuah suara yang membuatnya membeku sesaat dengan mata melotot dan telinga memerah.

Hyunsik yang tak jauh darinya, lekas menoleh. "Kau ... lapar?"

Zayyan menunduk, wajahnya bersemu. 'Memalukan.'

"Ti-tidak," ucap Zayyan langsung meminum airnya.

Hyunsik tertawa pelan penuh ejekan. "Katakan itu jika aku tuli." Ia meletakkan mangkuknya dan menuju kulkas.

"Kau suka tahu dan tomat?"

Zayyan yang baru saja menaruh gelas pun terkejut dan langsung menoleh. "Huhh?"

Hyunsik menatapnya. "Aku bertanya apa kau suka tahu dan tomat?"

Zayyan mengangguk. "Ya."

"Duduklah. Aku akan membuat sup untuk kita."

"Ehh?"

"Aku juga lapar," kata Hyunsik.

Ada beberapa bahan makanan lain. Namun kemampuan memasak Hyunsik tak sebagus Lex. Jadi dia hanya akan membuat sup tahu saja. Meski awalnya tadi dia hanya ingin menggoreng telur.

Hyunsik mengambil dua bungkus tahu, beberapa tomat, tiga helai daun bawang, dan dua cup nasi instan yang tersisa. Pas sekali untuk mereka.

Hyunsik mencuci daun bawang lalu memanaskan panci berisi air. Kemudian memotong-motong bahan masakan.

Zayyan mendekat. "Ap-apa yang bisa kulakukan?"

Hyunsik menoleh. Berpikir sesaat lalu berkata, "Bisakah kau rebus air di panci lain untuk memanaskan nasi itu?"

"Baik." Zayyan pun mulai melakukannya.

"Apakah ini cukup?" Zayyan memperlihatkan air di panci yang ia pegang.

Hyunsik melihat. "Tambah sedikit lagi."

"Segini?" tanya Zayyan setelah menambahkan airnya.

"Um."

"Haruskah kumasukkan nasinya sekarang?" tanya Zayyan.

Hyunsik menggeleng. "Masukkan saat airnya sudah panas."

"Ah, baiklah."

Mereka seperti membagi tugas. Hyunsik membuat sup, sementara Zayyan memanaskan nasi. Tanpa menyadari jika di balik gelapnya tembok dengan cahaya minim, Wain berdiri diam memperhatikan suasana dapur yang terang berisi Hyunsik dan Zayyan, sambil memegang gelas panjang kosong bertutup. Dia datang tak lama setelah Zayyan. Beruntung, kedua orang itu tak menyadari kehadirannya.

Ketika air telah panas, Zayyan memasukkan dua bungkus nasi tersebut, sedangkan Hyunsik mulai memasukkan bahan masakan ke dalam panci.

Beberapa waktu kemudian, Hyunsik menambahkan aneka bumbu, lalu melihat panci yang Zayyan jaga. "Kurasa nasinya sudah siap." Mendengar itu, Zayyan pun mematikan api.

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang