Zayyan segera mendekati paket, lalu melihatnya baik-baik dan segera pergi ke dapur, kemudian kembali sembari membawa sebuah cutter untuk membuka paket tersebut.
Lapisan terluar berupa plastik hitam terbuka. Terlihatlah sebuah box kayu.
'Apa yang mama kirim?' batin Zayyan bertanya-tanya mengetahui paket dikemas dengan begitu terlindungi dan sangat aman.
Member lain yang menyaksikan pun ikut penasaran. Terlihat dari sorot mata dan raut wajah mereka, tak terkecuali Leo dan Wain.
Membuka pengunci box kayu, terlihat dua buah kardus cukup besar berdampingan, dengan sebuah kardus yang sekilas mirip bentuk segitiga berada di atas dua benda tersebut.
Mata Zayyan terpaku pada kardus paling atas yang direkatkan menggunakan lakban pada dua kardus di bawahnya, sepertinya hal itu dilakukan untuk menghindari guncangan dalam perjalanan.
Dahi Zayyan berkerut sesaat dan terlihat berpikir. Namun sesaat kemudian, kedua netranya langsung terlihat cerah berbinar diiringi bibirnya yang tersenyum senang, kala ia memiliki dugaan atas isi di dalamnya.
Zayyan segera memotong lakban penghubung ketiga kardus, lalu mengeluarkan kardus berbentuk mirip segitiga tersebut. Melihat raut wajah senang nan antusias Zayyan, membuat keenam pemuda di dekatnya mengeryitkan dahi heran.
Mengabaikan box kayu, Zayyan kini fokus membuka kardus yang menarik perhatiannya. Keenam pasang mata di sekitar Zayyan pun mengikuti fokusnya. Meski sesekali Gyumin melirik kedua kardus di dalam box dengan sorot penasaran yang kental.
Kardus terbuka. Terlihatlah sebuah benda berbalut plastik transparan yang menyerupai gitar dalam bentuk lebih kecil, ukulele.
Senyum Zayyan semakin merekah melihat benda tersebut. "Terima kasih, ma," ucap Zayyan pelan.
Merasa begitu bahagia dan terharu. Tak menyangka jika permintaannya pada sang ibu malam itu sungguh dikabulkan.
Melihat dua kardus cukup besar yang masih berada di dalam box kayu, ukulele, lalu senyum lebar Zayyan, raut wajah bahagianya, dan keantusiasan Zayyan membua paketnya, membuat Sing mengernyitkan dahi, terutama saat mengingat nama pengirim benda-benda tersebut.
'Verra? Terdengar agak aneh tapi entah kenapa memiliki kesan agak feminim, huh!' batin Sing.
'Apa dia seorang wanita yang kelewat lembut seperti jelly dan sok perhatian hingga mengirim paket sebesar dan sebanyak itu?'
"Zayyan, siapa itu Verra yang mengirimkan ini semua untukmu?" tanya Sing.
"Namanya terdengar seperti nama perempuan. Apa dia kekasihmu?" lanjutnya sukses menarik perhatian semuanya hingga mereka menatap Sing terkejut. Tak menduga pertanyaan itu keluar dengan begitu santainya dari mulut Sing.
"Kau tahu, memiliki kekasih adalah larangan tak tertulis bagi seorang idol. Berhati-hatilah."
"Mengirim dua kardus besar yang entah apa isinya, dan juga sebuah gitar mini yang membuatmu terlihat begitu bahagia--" Sing menyunggingkan seringai nakal. "Oouuu, romantis sekali."
Sing pun tertawa menggoda Zayyan. Membuat Gyumin dan Davin tertawa pelan juga, dan yang lainnya tekekeh dan tersenyum geli.
Sing menepuk bahu Zayyan. "Memperkirakan seleramu, aku yakin dia tak terlalu jelek meskipun namanya eumm, siapa tadi? Ohh ya, Verra. Meskipun namanya terdengar agak ane--"
"Ibuku!" tegas Zayyan.
"Hah!?" Sing terkejut. Matanya membulat dan mulutnya terbuka. Begitu juga yang lainnya, kecuali Wain yang sedikit banyak sudah memiliki dugaan atas si pengirim paket tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go || Xodiac
RandomKisah tentang sembilan pemuda dalam menggapai mimpi mereka bersama. Akankah semuanya berjalan mulus tanpa hambatan? Atau justru banyak rintangan yang menghadang?
