20. Pulang

836 129 43
                                    

"Baiklah, kalau begitu kita lanjutkan latihannya. Kalian akan menari ulang dua kali dengan benar-benar fokus dan berusahalah melakukan yang terbaik."

"Baik!" sahut sembilan pemuda itu.

"Setelah itu kita akan bermain dengan tempo lagu."

Zayyan terlihat bingung. 'Bermain dengan tempo lagu?'

"Nde!" sahut kedelapan lelaki tersebut, kecuali Zayyan yang masih tak mengerti maksud ucapan Alex.

Setelah dua kali mengulang tarian dengan Alex yang masih belum menegur, kesembilan pemuda itu terlihat sedikit gugup melihat raut wajah sang guru.

Alex menunduk sekilas lalu berkata, "Sinkronisasi tarian kalian kacau."

Mata Alex terarah pada Zayyan. "Terutama kau yang paling sering melakukan kesalahan."

Zayyan terdiam dengan kepala tertunduk. "Maaf."

"Sebelumnya aku berencana untuk memainkan tempo setelah dua putaran. Namun, melihat tarian kalian seperti ini kurasa itu tidak mungkin," kata Alex.

"Sekarang kalian harus memperbaiki gerakan dan sinkronisasi terlebih dahulu. Kemudian barulah ke tahap selanjutnya," sambung Alex.

"Baik!" sahut para muridnya.

Musik pun diputar lagi. Alex menonton sambil berdiri memperhatikan. Di tangannya tergenggam ponsel yang tersambung dengan empat speaker di sudut ruangan, dan akan langsung ia tekan layarnya guna menghentikan lagu jika melihat ada yang melakukan kesalahan.

Tiba-tiba lagu berhenti. "Zayyan!"

"Lenganmu kurang naik sedikit," ucap Alex menghampiri Zayyan.

Mendengar teguran Alex yang serupa dengan koreksi Lex pertama kali padanya, membuat Zayyan segera memperbaiki posisi tangannya.

Alex memegang lengan Zayyan dan menaikkannya sedikit. "Seperti ini."

"Baik," ucap Zayyan pelan.

Alex menepi lalu lanjut memutar lagu setelah ia atur mundur sepuluh detik dari jeda tadi. Belum genap dua puluh detik berlalu, Alex kembali memberi Zayyan teguran.

"Zayyan! Arah kakimu salah."

Berawal dari dua koreksi tersebut, maka koreksi-koreksi lain pun bermunculan yang sebagian besar ditujukan pada Zayyan.

Zayyan yang sering mendapat teguran, seiring berjalannya waktu merasa sedih dan kecil dari yang lainnya. Setitik rasa bersalah pun hadir sebab merasa bahwa akibat dirinyalah, tarian yang lainnya harus sering terjeda. Seperti merusak timing dan membuang-buang waktu, juga membuat rasa lelah jadi cepat datang.

Usai mengulang tarian untuk kesekian kalinya, akhirnya kesembilan pemuda itu bisa bernapas lega karena Alex memberi waktu istirahat. Namun, itu hanya beberapa saat karena setelah itu mereka ke tahap selanjutnya, memainkan tempo.

Di tahap ini, Alex yang memegang kontrol musik sepenuhnya. Dia akan mempercepat lagu dua kali lipat, atau memperlambatnya dua lipat dari tempo aslinya.

Bagi Zayyan yang merasakan menari seperti ini untuk pertama kalinya, tentu bukanlah hal mudah untuk beradaptasi. Bahkan yang lainnya pun kesulitan, apalagi dirinya.

Mereka semua telah merasa tarian Drunk Dazed versi Alex sudah sangat sulit. Ditambah tempo lagu yang diubah-ubah dan harus menyinkronkan gerakan, tentu bukan hal mudah.

Saat hari mulai malam, kelas Dance berakhir. Kini Alex berdiri di hadapan kesembilan pemuda yang terduduk di lantai dengan keringat bercucuran dan terlihat kelelahan.

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang