43. Mie Instan

1K 132 81
                                        

Di sebuah ruangan, terjadi pembicaraan penting. Ekspresi semuanya begitu serius. Mereka adalah dua CEO pria dan wanita, dan tiga orang lainnya. Di meja, terdapat sembilan foto pemuda dan di tepi ada tiga foto lain.

"Haruskah kita melanjutkan secepatnya?"

"Menurutku memang sudah saatnya kita maju. Bulan lalu kosong sedangkan dua bulan lalu, kacau. Jika kita menunda, maka berarti dua bulan terlewat tanpa kemajuan yang jelas."

"Apakah mereka sudah benar-benar siap? Saat itu kita mengambil keputusan di mana delapan anak itu kompak menentang."

"Memang. Tapi lihat sekarang ... sudah jauh lebih baik, bukan?"

"Ini industri hiburan, dunia bisnis. Dan dunia bisnis tak menunggu orang yang tak pernah siap."

"Kita berpacu dengan waktu, usia mereka, dan persaingan dengan pihak luar. Tak banyak waktu tersisa. Tuan Louis juga hanya memberi waktu tiga tahun."

"Benar. Aku punya batas waktu untukmu, Nyonya Celia. Jangan lupakan itu. Setelah kembali melakukan ini secara rutin sepertinya sebelumnya, bukankah kita harus segera membuat perencanaan untuk pre-debut? Konsep, koreografi, lagu, music video, pemilihan member, rekaman, dan masih banyak lagi."

"Tapi kita harus memastikan sudah tercipta bonding pada semuanya tanpa terkecuali. Ini grup, bukan solois."

"Tidak ada grup yang debut dalam keadaan sempurna luar dalam, kau tahu itu. Lagipula, berdasarkan laporan para guru dan staff, mereka sudah semakin akrab. Dengan sedikit tuntunan dan aturan, semua akan berjalan lancar."

"Bagaimana dengan memberi mereka waktu liburan? Itu akan membuat interaksi mereka semakin banyak tanpa disibukkan oleh latihan. Secara tak langsung juga sebagai kompensasi dari sesuatu yang terjadi sebelumnya."

"Hmm, aku setuju. Mungkin juga itu bisa membuat mereka bersemangat. Mengingat, mereka telah melalui keadaan yang berat dan juga musim panas lalu mereka tak liburan sama sekali."

Sempat terjadi debat di antara mereka. Masing-masing mengeluarkan argumentasi dan saran yang masuk akal. Namun akhirnya mencapai kesepakatan, hingga Celia sang CEO wanita mengakhiri dengan sebuah kalimat singkat.

"Aku akan memberitahu Lex besok."

Di ruangan lain, pelajaran terakhir yaitu Dance Mandiri baru saja selesai. Mereka istirahat dengan napas terengah.

Tiga orang di tepi ruangan asik bercanda meski peluh masih membasahi dahi. Zayyan, Leo, dan Sing. Zayyan dan Leo sesekali tertawa mendengar gurauan Sing. Di sisi lain, Wain yang duduk di sofa bersama yang lain, pandangannya terarah pada interaksi ketiganya, lalu fokus pada Zayyan. Kemudian saran sang ibu berputar dalam benaknya.

'Kalau begitu kau buatlah sendiri interaksimu dan Zayyan menjadi lebih intens. Ajak dia ke rumah kita saat akhir pekan seperti yang kulakukan. Jika kau yang mengajaknya, mungkin dia mau.'

Wain menunduk sekilas lalu kembali menatap Zayyan.

'Haruskah kucoba?' batin Wain bimbang.

Tak lama, Hyunsik berkata, "Kurasa kita harus pulang sekarang." Semua mengangguk setuju.

"Hei kalian!" panggil Hyunsik membuat ketiganya mendekat.

"Ada apa, Hyung?"

Hyunsik berdiri. "Ayo pulang."

Kemudian tujuh lainnya pulang. Hanya Zayyan dan Lex yang tetap tinggal.

Sekarang di dorm, tepatnya di meja makan, tujuh pemuda sedang menyantap hidangan makan malam yang Hyunsik pesan.

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang