*Happy_Comeback_Xodiac! 🔥✨
.
.
.
Di ruangan dance, latihan tambahan Lex dan Zayyan telah selesai. Musik pun telah berhenti, menyisakan suara napas berat dari dua pemuda di tengah ruangan. Lampu memantul di lantai kayu yang basah di titik-titik tertentu oleh keringat.
Zayyan masih menunduk, dadanya naik turun, dan peluh menetes dari pelipisnya. Sementara Lex berdiri tegap menatap pantulan mereka di cermin besar. Ekspresinya tenang tetapi tegas.
"Langkah terakhirmu masih terlambat setengah detik," ucap Lex datar. Nada suaranya seperti biasa, tenang tapi tajam.
Zayyan menelan ludah. "I–iya, aku tahu. Maaf."
Lex mengangguk kecil. "Kau lakukan push up sesuai jumlah kesalahanmu hari ini."
"Aku juga," sambungnya pelan.
Zayyan mengangkat kepala cepat. "Eh?!"
Lex sudah memposisikan diri di lantai, telapak tangannya menyentuh permukaan lantai kayu, tubuhnya sejajar sempurna.
Zayyan menatapnya tak percaya. "Tapi kau tidak melakukan kesalahan. Kenapa—"
"Sekarang aku akan menganggap jika kau melakukan kesalahan, berarti aku belum melatihmu dengan benar," potong Lex lirih tapi tegas.
"Kesalahanmu adalah tanggungjawabku juga," lanjut Lex. Suaranya rendah tapi jelas. Tidak ada amarah di dalamnya, hanya ketegasan yang sulit dibantah.
Sebenarnya Lex ingin menghilangkan sistem hukuman. Namun, rasanya terlalu aneh jika begitu tiba-tiba, dan dirinya juga tak terbiasa. Pun ia khawatir Zayyan akan salah mengartikannya seperti beberapa waktu lalu. Jadi, Lex akan melakukannya secara bertahap dengan cara begini. Melihat progres Zayyan, Lex juga mulai berpikir kalau sepertinya latihan tambahan ini tak akan lama lagi.
Zayyan tertegun. Beberapa pemikiran muncul di benaknya.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak," kata Lex yang juga merupakan peringatan halus agar Zayyan tak menyalahartikan tindakan dan sikapnya seperti sebelumnya.
"Kau ..."
"Berhenti membuat dugaan asal," ucap Lex.
Zayyan terdiam. Menatap punggung Lex yang kokoh di depannya. Entah kenapa malam ini terasa berbeda, lebih hangat. Dengan cepat, Zayyan ikut mengambil posisi push up seperti Lex di sampingnya.
Keduanya melakukan push up bersamaan. Irama napas Lex menjadi panduan bagi Zayyan, seperti ketukan musik saat menari agar tetap seimbang. Pun tak ada satu pun yang berhenti sebelum selesai.
Zayyan mencuri pandang beberapa kali, sementara Lex tetap tenang. Bahu Lex yang lebar bergerak naik-turun dengan keringat mengalir di sepanjang lengan yang tegang. Setiap kali Lex naik, ada hembusan napas teratur, seolah tubuhnya dibuat untuk bertahan lebih lama dari siapa pun.
Ketika hitungan terakhir usai, Zayyan menjatuhkan tubuhnya ke lantai, terengah-engah. "Ahh ... selesai juga."
Namun di sisi lain, Lex tidak berhenti. Tanpa mengucap apa pun, ia terus melanjutkan gerakannya. Naik, turun, naik, turun. Seakan tidak mengenal lelah.
Zayyan menatap dengan mata membulat. "Lex, kenapa masih lanjut?"
"Olahraga tambahan," jawabnya singkat tanpa menoleh. "Tubuh harus tetap disiplin, bahkan saat mulai lelah." Yah, Lex tetaplah Lex.
Zayyan menggigit bibir. Ia menatap Lex yang terus bergerak tanpa jeda dan ritmenya begitu stabil. Otot punggungnya menegang, bahunya lebar, gerakannya kuat dan terukur. Seolah bisa menahan beban apa pun di atasnya. Kemudian entah kenapa, Zayyan mendadak terpikir sesuatu yang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go || Xodiac
RandomKisah tentang sembilan pemuda dalam menggapai mimpi mereka bersama. Akankah semuanya berjalan mulus tanpa hambatan? Atau justru banyak rintangan yang menghadang?
