Hyunsik melirik sesaat ketika pintu kamar dibuka, Beomsoo masuk. Lampu utama sudah dimatikan, jadi hanya lampu jamur di samping kasur sebagai penerangan.
"Kau belum tidur, Hyung?" tanya Beomsoo melihat Hyunsik duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Um, sebentar lagi," kata Hyunsik sambil membalik halaman buku yang ia baca.
Beomsoo naik ke kasur sebelah. Kamar mereka memiliki dua single bed, jadi keduanya tidur di ranjang berbeda.
"Ucapanmu benar, Hyung. Masakan Dudu hyung benar-benar enak, dia memang pandai memasak," kata Beomsoo yang kini posisinya sama seperti Hyunsik, duduk bersandar.
Setelah menyuruh mereka yang baru pulang berlatih untuk mandi dan makan, Hyunsik segera masuk kamar lebih dulu.
Hyunsik menoleh sekilas. "Ya, aku sudah memakannya duluan daripada kalian."
Keduanya diam, hingga Beomsoo berkata pelan, "Kukira Zayyan akan lama dirawat. Syukurlah dia pulang malam ini."
Pandangan Hyunsik teralihkan dari deretan huruf yang ia baca. "Dia ... benar-benar ingin sembuh."
"Huh?" Beomsoo menoleh. Kurang paham maksudnya.
"Sebagai pasien, dia sangat kooperatif," ucap Hyunsik memberitahu. "Menjalani prosedur perawatan dengan patuh, menjawab pertanyaan dan mengatakan kondisinya secara jujur, dan makan teratur."
Beomsoo sempat tertegun. Kemudian bibirnya tersenyum. "Bagus sekali."
"Hyung ...."
"Hmm?" gumam Hyunsik kembali membaca bukunya.
"Dia bersama kita," kata Beomsoo membuat Hyunsik menoleh bingung. "Sekarang kita sembilan orang. Dia menjadi bagian dari kita juga. Maksudku Zayyan."
Buk!
Buku yang cukup tebal berisi cerita tentang para tentara itu ditutup seketika oleh Hyunsik ketika mendengar kelanjutan ucapan Beomsoo.
"Datang telat dan ... membuat seolah luka yang sedang kita sembuhan bisa dilewati begitu saja?"
Beomsoo menoleh. Menatap Hyunsik dengan sorot mata lembutnya. "Kita juga akan telat jika terus begini, Hyung. Telat sadar. Telat berubah. Lagipula, telat bukan berarti tak boleh datang sama sekali."
"Aku belum selesai." Hyunsik memejamkan mata. "Masih ada hari-hari yang terasa seperti menuntunku untuk melampiaskan dan mengeluarkan emosi terpendam dan ... dia targetnya."
"Dan di saat seperti ini, kau mau aku menyambutnya?" lanjut Hyunsik.
"Ini bukan soal menyambut. Ini soal kita yang belajar untuk membiarkan pintu tetap terbuka, sambil berusaha menyembuhkan luka. Sama sepertimu yang terus membiarkan dirimu sendiri mencoba hingga sampai di titik ini, Hyung," kata Beomsoo pelan dan lembut.
"Hyung, semua yang kita rasakan itu tak ada hubungannya dengan Zayyan. Dia orang baru yang tak tahu apa-apa. Aku tahu di dalam hatimu kau juga menyadari itu, meski kau masih menyangkalnya," kata Beomsoo.
"Jangan tutup pintunya, Hyung. Jika tidak, itu hanya akan menjadi penjara untuk diri sendiri," lanjut Beomsoo dengan nada rendah, tetapi masih bisa didengar jelas oleh Hyunsik.
Hyunsik tertegun.
Kemudian, ingatan saat dirinya dan Zayyan melakukan video call dengan ibu dan adik Zayyan, juga Zayyan yang menangis tersedu-sedu di pelukannya, juga sosok Zayyan yang terlihat kurus dan ringkih saat tidur di ranjang rumah sakit, seketika melintas di benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go || Xodiac
RandomKisah tentang sembilan pemuda dalam menggapai mimpi mereka bersama. Akankah semuanya berjalan mulus tanpa hambatan? Atau justru banyak rintangan yang menghadang?
