31. Push Up

928 115 34
                                        

"Seperti malam itu, sebagian pulanglah naik taksi." Lex menatap Zayyan. "Dan kau ... tetap di sini."

Lex pun berbalik dan berjalan menuju pintu masuk perusahaan.

Zayyan tentu terkejut, tetapi di sisi lain merasa senang. Tak menduga harapannya tadi begitu cepat menjadi kenyataan. Ia menoleh pada Sing. "Kali ini kau tak perlu menungguku pulang."

"Tap-"

"Istirahatlah, Sing." Zayyan meyakinkannya dengan senyuman.

"Baiklah," ucap Sing. "Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

Zayyan mengangguk. "Um, terima kasih."

Sing menyusul Beomsoo dan Davin yang menuju mobil dengan staff sebagai pengemudinya, sedangkan Gyumin masih berdiri menatap Zayyan. Keduanya saling pandang, lalu Gyumin tersenyum sambil menganggukkan kepala dan membuat gerakan tangan seperti memberi semangat, kemudian menyusul Wain, Hyunsik, dan Leo yang baru masuk taksi. Zayyan membalas dengan senyum dan ucapan terima kasih tanpa suara.

Di dalam mobil, Beomsoo melirik Sing di sampingnya. "Ini bukan yang pertama. Zayyan pasti baik-baik saja."

"Ya benar!" sahut Davin dari kursi penumpang depan.

"Um, semoga," ucap Sing. 'Dudu hyung, Zayyan, kuharap kalian tak membuat semuanya menjadi rumit.'

Di lain tempat yakni di dalam taksi, Leo bertanya, "Apa yang kau katakan padanya tadi, Gyumin Hyung?"

"Huh?"

"Apa yang kau katakan pada Zayyan?"

Gyumin menggeleng. "Tidak ada. Aku tidak mengatakan apa-apa. Hanya gerakan kecil memberi semangat."

Dahi Leo berkerut. "Kenapa kau melakukannya?"

Gyumin tak menduga Leo mencecarnya tentang hal remeh seperti ini. "Dia lanjut latihan, sedangkan kita akan beristirahat sebentar lagi. Hanya ingin menghiburnya sedikit."

"Kau peduli padanya?" selidik Leo. "Sebelumnya aku memilih lanjut latihan dan kau bahkan tak memberiku semangat."

Suasana antara keduanya mulai tidak bagus. Namun Hyunsik di sisi kiri leo, maupun Wain yang duduk di samping supir taksi masih memilih diam.

Gyumin diam sesaat sebelum menjawab dengan tenang. "Saat itu kau tidak sendirian. Kau bersama Davin dan Hyunsik hyung dengan Dudu hyung sebagai pemimpin, sedangkan dia hanya bersama Dudu hyung. Tekanan yang kau rasakan saat berlatih berbeda dengan Zayyan."

"Kau menarikan koreografi kali ini lebih bagus dibanding Zayyan. Dengan kemampuanmu dan ada lebih dari satu orang yang Dudu hyung ajari secara bersamaan, tentu akan berbeda jika hanya satu orang saja dan itu adalah Zayyan, yang notabene menari paling buruk di antara yang lain," lanjut Gyumin.

Leo memanyunkan bibirnya. "Kau seperti sedang membelanya."

Hyunsik menatap keluar jendela. Tak terlihat memiliki niatan bergabung atau menengahi obrolan Gyumin dan Leo. Pun serupa dengan Wain yang wajahnya menghadap jalan di depan meski sorot matanya ke arah bawah. Namun, keduanya jelas mendengarkan percakapan itu dengan baik.

Leo yang tiba-tiba bersikap sedikit kekanakan, dan Gyumin yang berusaha keras tetap sabar, tak membuat kedua orang itu berminat membuka suara.

Gyumin terlihat tidak setuju, tetapi tetap berusaha berbicara dengan nada santai. "Aku tidak membelanya, Leo. Apa yang kukatakan masuk akal kalau kau memikirkannya lagi baik-baik." Gyumin menatap heran Leo. "Lagipula, kenapa kau membahas hal tidak penting ini?"

"Hanya ingin tahu," jawab Leo.

Gyumin menghela napas. "Bagaimana jika kita membahas yang lebih penting? Seperti, apa yang akan kita makan malam ini? Menu apa yang harus kita pesan?" Leo terlihat mulai tertarik. "Kau ingin apa untuk makan malam nanti?"

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang