49. Sandwich

925 113 45
                                        

Dua mobil memasuki jalanan yang terdapat jejeran villa. Suasana musim gugur begitu terasa saat mereka melihat langit berwarna biru pudar dengan awan putih tipis yang terbentang, dan dedaunan berwarna jingga kemerahan jatuh tertiup angin lalu mendarat di jalan beraspal yang agak basah karena sisa embun malam.

Hari masih begitu pagi ketika mereka sampai di villa tujuan yang berada di paling ujung. Dari mobil pertama, Lex, Hyunsik, Leo, Wain, dan Gyumin turun. Kemudian di mobil kedua, Sing, Zayyan, Beomsoo, dan Davin turun. Menyisakan supir yang segera pergi. Ibu Wain membayar layanan antar jemput dari villa untuk transportasi tambahan. Dari supir itu juga, mereka mendapatkan kunci villa yang dititipkan sang pemilik tempat tersebut.

Berdiri di depan villa berarsitektur modern, mereka langsung disambut dengan desir angin musim gugur yang sejuk dan bersih. Tampak bangunan lantai dua bercat putih yang senada dengan warna tembok pagar, dinding kaca besar, atap melengkung, dan di halaman dekat mereka berdiri ada pohon gingko yang menjatuhkan daun-daunnya.

Leo memejamkan mata dan menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskannya. "Ahh, segar dan sejuk. Bagus sekali."

Lex berdiri paling depan. Tangan di saku, tas di punggung, dan wajah dinginnya tak berubah. Sementara Hyunsik menguap sambil merenggangkan badan, sedangkan Zayyan memeluk erat tasnya, seperti tak tahu harus menaruhnya di mana. Di sisi lain, Wain hanya menatap sekeliling tanpa sepatah kata, tetapi matanya tampak fokus.

Di samping Leo yang begitu menikmati udara segar, ada Gyumin yang tersenyum kecil dan sorot matanya terlihat lembut. Di sampingnya, Davin memperhatikan area sekitar dengan ekspresi teduh. Lalu Sing? Tentu dia sibuk memeriksa refleksi wajahnya di dinding kaca villa.

"Ini ... kita sungguh berlibur?" gumam Gyumin dengan mata berbinar.

"Jangan terlalu senang, Hyung. Bisa saja tiba-tiba agensi menghubungi dan menyuruh kita latihan koreografi baru," sahut Davin, tetapi jelas sudut bibirnya naik. Tak mampu menahan rasa senang.

"Jaga perkataanmu. Ucapan adalah doa," kata Leo sambil cemberut dengan lirikan tajam, sedangkan Davin hanya tertawa geli.

Lex maju membuka pintu. "Ayo masuk," ucapnya kemudian.

Begitu masuk, aroma lantai kayu berpadu kopi dari pengharum ruangan, langsung masuk indera penciuman.

"Astaga ... kita tinggal di sini selama lima hari? Ini lebih baik dari dorm!" seru Sing langsung menghampiri sofa panjang sambil menarik koper pink miliknya, lalu segera merebahkan diri.

"Dan tanpa kelas, juga tanpa latihan," tambah Leo menyusul Sing mendekati sofa dan duduk di salah satunya.

"Wow, tempatnya besar sekali," gumam Hyunsik sambil melepaskan tas ke lantai.

"Akhirnya kita punya waktu untuk tidur siang tanpa dikejar jadwal latihan," kata Gyumin dengan senyuman.

Davin tersenyum hingga matanya menyipit. "Setidaknya lima hari kita bisa hidup seperti manusia normal."

Beberapa tertawa dan tersenyum. Ikut merasakan kesenangan bersama setelah cukup lama tak mereka rasakan. Mereka lalu melihat sekeliling. Muncul penilaian bahwa tempat ini terlalu hangat dan terlalu indah untuk hidup seorang trainee yang biasanya hanya seputar agensi, dorm, agensi, dorm.

Beomsoo tersenyum lembut. "Aku bersyukur sekali kita bisa liburan lagi. Ini menyenangkan."

Masih dalam posisi berbaring di sofa, Sing menyahut, "Hyung! Kita belum makan apa-apa di tempat ini. Kenapa sudah sentimental?"

"Itu karena dia orang yang lembut dan penuh syukur, bukan urakan sepertimu," kata Hyunsik dengan nada jahil.

"Hei!" Sing segera duduk. "Aku juga bersyukur dan senang kita bisa berlibur lagi, tahu!"

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang