45. Kopi Susu

1.2K 132 95
                                        

Di kamarnya, Wain duduk bersandar pada kepala ranjang. Ia menoleh dan melihat Davin telah tertidur pulas. Wain menyibak selimut dan turun dari ranjang lalu menyambar gelas bertutup miliknya di atas nakas, kemudian keluar kamar.

Sampai di dapur, ia segera minum lalu mengisi gelasnya. Namun setelah itu, ia tak segera pergi. Melainkan duduk di kursi makan. Sesaat kemudian, terdengar deru mesin mobil.

'Mereka pulang.'

Wain bersembunyi di balik tembok. Tak mau repot-repot mendapat pertanyaan dari Lex kenapa dirinya belum tidur selarut ini. Namun, ia masih berusaha mengintip Lex dan Zayyan.

Di luar, Lex dan Zayyan turun dari mobil dan berjalan ke pintu masuk rumah. Wajah Zayyan tampak begitu cerah dengan senyum manis terus terukir di bibirnya.

Lex sesekali melirik, hingga akhirnya memberi komentar. "Kau terus tersenyum."

Zayyan menoleh. "Itu karena aku senang."

Kedua manik Lex berkilat jahil. "Senang atau ... kenyang?"

Zayyan menunjukkan cengirannya. "Eum, keduanya."

Di dalam rumah, Zayyan berhenti sebelum masuk ke kamarnya. Sementara Lex berjalan melewatinya hendak menuju tangga.

"Lex," panggil Zayyan.

Lex berhenti dan menoleh.

Zayyan tersenyum lebar. "Terima kasih," ucapnya tulus dan penuh rasa syukur, lalu masuk kamar tanpa menunggu tanggapan Lex.

Di sisi lain, Lex tertegun. Sesaat kemudian ia mendengkus pelan dan matanya berbinar geli. "Anak itu," ucapnya seraya lanjut berjalan dengan langkah ringan.

Di tempat lain, Wain melihat interaksi keduanya di dalam rumah dan merasa lega. Karena percakapan keduanya menandakan bahwa persoalan yang sempat membuat mereka berjarak, berarti telah selesai.

'Sepertinya Zayyan telah berbicara dengan Dudu hyung.'

Kemudian Wain kembali ke kamar sambil membawa gelasnya.

Wain kini duduk di atas ranjang. 'Haruskah aku sungguh mencoba mengajaknya pulang?'

.
.
.
.
.

Sembilan pemuda sedang sarapan bersama. Semua terlihat sangat menikmati hidangan sambil sesekali bicara santai. Sampai tiba-tiba ucapan Lex menarik perhatian.

"Aku ingin memberitahu sesuatu yang kemarin disampaikan oleh CEO Sie."

Semua menunggu apa yang hendak Lex katakan. Rasa penasaran jelas terlihat di wajah mereka.

"Akhir bulan ini, evaluasi bulanan akan kembali dilakukan," ucap Lex.

Seketika, semua diam terkejut. Tak terkecuali Zayyan yang baru tahu jika ada sesi evaluasi di sini, dan berdasarkan kalimat Lex dapat ia simpulkan bahwa sebelumnya sesi itu sudah pernah berjalan.

Muncul keinginan untuk bertanya lebih lanjut mengenai evaluasi tersebut. Tak terkecuali alasan kenapa sempat dihentikan, hingga selama menjadi trainee, ia belum pernah mengalaminya. Namun, Zayyan melihat mereka membeku sesaat seolah teringat sesuatu yang kurang bagus, entah apa. Itu membuatnya ragu dan memilih mengurungkan niatnya.

Sing mengerjap beberapa kali lalu berseru, "Yeah! Bagus sekali. Itu artinya kita akan benar-benar maju, 'kan?"

Gyumin mengangguk setuju dan tersenyum lebar. Menyambut usaha Sing mencairkan suasana "Itu benar!"

Satu per satu, mereka bangkit dari keterdiaman dan berseru semangat. Menyambung seruan Sing dan Gyumin membangkitkan situasi. Lagipua, mereka memang seharusnya merasa senang dengan informasi tersebut.

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang