32. Es Krim

940 136 47
                                        

*Happy AlloBank Festival!! ✨
.
.
.

Pagi datang. Sepasang mata perlahan terbuka. Lex yang tidur dengan tangan menjuntai ke lantai menjadi yang pertama bangun. Mengerjapkan mata dan menguap, lalu memperbaiki posisi menjadi duduk dan seketika meringis dengan masing-masing tangan memegang leher dan pinggang. Sakit dan pegal.

Yah, apa yang diharapkan dari tidur dalam posisi duduk di sofa kecil selain rasa sakit di pagi hari?

Setelah duduk beberapa saat, ia berdiri dan merenggangkan tubuh. Terdengar bunyi gemeretak dari tulang-tulangnya. "Benar-benar tidak nyaman."

Mengambil selimutnya yang entah sejak kapan jatuh ke lantai, lalu menyimpannya di lemari, kemudian berbalik dan melihat Zayyan.

"Bagaimana bisa dia masih tidur pulas di kasurku, sedangkan aku terbangun dengan rasa sakit? Siapa yang mengijinkannya tidur di sini?" Lex berdecak. Seolah melupakan fakta bahwa dia sendiri yang membawa Zayyan. "Milik siapa sebenarnya kamar ini?"

Lex mendekati Zayyan berniat membangunkannya. Ia terdiam melihat Wajah tidur pemuda itu dan teringat akan kejadian semalam. Di mana ia menggendong Zayyan sejak dari perusahaan. Membawanya ke kamar dan membaringkannya di ranjangnya.

'Sangat konyol.' Lex menggeleng memikirkan semuanya. Terasa sangat tidak masuk akal.

Lex membungkuk dengan tangan terjulur hendak mengguncang tubuh Zayyan. Namun sebelum menyentuh, Zayyan menggeliat dan matanya terbuka.

"AAaaa!!" Zayyan spontan berteriak saat melihat wajah Lex yang cukup dekat. "Hmp--!" Lex membungkam mulut Zayyan.

"Diamlah," desis Lex.

Zayyan terkejut. Matanya melotot panik.

"Teriakanmu bisa membangunkan semua orang." Mata Lex menajam.

Saat Zayyan sudah tenang, Lex melepaskan bekapannya. "Aku tidak berencana membunuhmu," ucapnya. "Setidaknya bukan sekarang."

Zayyan yang masih berbaring menatap penuh kewaspadaan terhadap Lex yang sedang berdiri dengan ekspresi tidak ramah.

"Apa kau Snow White?" sinis Lex. "Kenapa kau sangat suka tidur?"

"Bangun dari ranjangku sekarang juga," tegasnya.

Zayyan bingung. Ia melihat sekeliling dan matanya membesar terkejut. Ini bukan kamarnya dan Sing! Dan apa tadi Lex bilang? Ranjangku? Itu berarti ini ... kamar Lex!

"Ba-bagaimana aku bisa ada di sini?" cicit Zayyan dengan rasa tak percaya dan kebingungan yang melanda.

Tentu bisa, aku sang pemilik kamar yang membawamu ke sini. Aku menggendongmu ala pengantin dan bahkan memijatmu di tengah malam. Terdengar seperti bualan, bukan? Tetapi itulah yang kulakukan.

"Tanyakan itu pada otakmu sendiri."

Tentu. Lex tidak akan mengatakannya seperti itu. Mustahil.

Lex melirik jam digital di meja komputernya. 'Syukurlah, biasanya mereka belum bangun.'

"Cepat bangun dan keluar dari kamarku sekarang." Lex menunjuk pintu. Tak memberi Zayyan waktu untuk menggali informasi di kepalanya sendiri guna mencari jawaban dari pertanyaannya.

Zayyan berjalan hendak keluar kamar. Namun tiba-tiba tangannya dicekal. Zayyan menoleh bingung.

Lex melepaskan tangan Zayyan. "Jangan katakan pada siapa pun kalau kau tidur di kamarku."

"Ehh?" Zayyan sedikit terkejut mendengarnya, tetapi akhirnya mengangguk. "Baik."

Lex berdiri diam menatap ke arah pintu yang baru saja dilalui Zayyan. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bisa membuatku melakukan hal-hal yang tak pernah kulakukan sebelumnya?"

Don't Go || XodiacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang