[DELAPAN]

36.6K 2.3K 25
                                    

Selamat membaca.

Acara makan yang tidak direncanakan sebelumnya itu berakhir sepuluh menit yang lalu, dengan Manda yang kini berada di dapur dan Chilleo yang sedang menatap serius lembaran-lembaran kertas di dalam map biru muda nya.

Hingga suara bel membuat Manda bergerak cepat membasuh tangan nya dan berjalan cepat ke arah pintu. Namun geraknya rupa nya kalah cepat dengan Chilleo yang kini sudah berdiri ditengah pintu. Menutupi tamu yang memencet bel kamar nya itu. Siapa? Apakah tamu Chilleo?

"Maaf, mencari siapa?" suara Chilleo membuat Manda segera berjalan ke arah Chilleo dan membelalakan mata nya begitu tahu siapa yang ada di hadapan nya.

"Kakak?" suara lirih milik Manda membuat Chilleo turut menoleh ke balik punggung nya. Begitu pun Maura yang tampak masih bingung dengan apa yang di lihat nya saat ini.

Chilleo memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana. "Kakak?" tanya nya ke arah Manda yang membuat wanita itu sempat melirik sebentar ke arah Chilleo kemudian berjalan semakin mendekat.

"Kamu, di sini sama laki-laki ini, Man?" tanya Maura hati-hati.

Chilleo maupun Manda sempat berpandangan sebentar. "Nggak," jawab Manda lugas. "Tadi, kita cuma makan di dalam." ucap Manda menjelaskan.

Menyadari Chilleo yang terus menatap nya, membuat Manda segera menatap ke arah Chilleo sebentar, kemudian menarik halus lengan Chilleo untuk kembali mengadap ke depan. "Ohiya, kenalin. Ini Chilleo, dia atasan ku di kantor Kak." ucap Manda pelan kepada Maura. "Dan ini, Maura. Dia Kakak perempuan ku satu-satu nya." lanjut nya seraya menatap Chilleo.

"Ooh, hai," ucap Chilleo seraya menjulurkan tangan nya, yang langsung di sambut hangat oleh Maura. "Hai," timpal nya pelan.

"Masuk dulu?" tanya Manda pelan begitu mereka selesai berkenalan satu sama lain. "Nggak, Kakak mau ajak kamu sebentar keluar. Bisa nggak?"

Maura memegang plastik berisikan cheese cake dan kue bolu itu erat-erat. Pandangan nya tidak pernah lepas dari gedung-gedung pencakar langit di bagian kanan taksi yang kini ia tumpangi itu. Sesekali, ia menoleh menanggapi ucapan Manda dan setelah itu ia kembali ke dalam kesibukan nya sendiri itu.

"Gimana baksos nya? Masih jalan?" tanya Manda seraya mengambil powerbank di dalam tas nya dan menyambungkan kabel USB nya ke handphone.

"Masih. Minggu depan, ke Sumatra. Tapi Kakak nggak bisa ikut kesana sih." ucap Maura seraya meletakan plastik tadi di antara tubuh nya dan tubuh Manda.

"Ooh, ya bagus deh, cocok banget kan itu sama Kakak," ucap Manda seraya tertawa kecil.

Maura tersenyum. "Iya. Ohiya, terus kerjaan kamu gimana? Lancar-lancar aja, 'kan?" tanya nya.

Manda mengangguk. "Lancar kok. Temen-temen nya juga asik-asik, ya sesuai ekspetasi ku lah. Sekarang, aku pindah ke Jakarta. Naik satu level, istilah nya," ucap Manda.

Maura mengangkat tangan nya dan mengusap tangan adik nya. "Kejar terus apa yang menurut kamu itu adalah hal yang benar. Ngeliat kamu udah kayak gini, Kakak udah seneng banget."

"Iya. Semua ini juga pasti berkat doa Bunda, Ayah sama Kakak."

"Kakak nggak nyangka, kamu udah segede ini ya Man," ucap Maura pelan.

"Bunda," lirih Manda seraya mengeratkan pelukan nya. Airmata nya luruh tanpa bisa dicegah. Perasaan rindu yang membuncah membuat nya tidak bisa lagi menahan semua nya.

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang