[TIGA PULUH SEMBILAN]

17K 894 15
                                    

NP: Ladies Code - I'm Fine Thank You

Semburat cahaya bulan yang tampak malu dan udara dingin yang menusuk kulit nya membuat Manda sedari tadi hanya mengeratkan cardigan hitam polos nya. Sudah dua puluh menit ia berdiri di depan cafe yang baru saja di tutup karena beberapa saat yang lalu, pegawai di sana membalik kata open di bagian pintu utama. Berbekal cardigan dan handphone yang lowbat di tangan nya, Manda menghembuskan nafas nya berulang kali. Jalanan sudah semakin sepi namun tidak ada satu tanda pun, bahwa taksi yang ia pesan akan segera datang.

Berkat handphone nya yang kini tidak bisa menyala itu, ia pun tidak tahu taksi nomor berapa yang akan ia tumpangi, karena sebelum konfirmasi sms itu masuk handphone nya sudah mati.

"Man, ngapain?" suara yang muncul dari samping kanan nya itu langsung membuat Manda menoleh dan mata nya sedikit membesar, "Dan? Kamu ngapain?" tanya nya pelan seraya menatap pria itu lamat-lamat.

"Habis ketemu teman di warung kopi sebelah sana. Kamu ngapain berdiri sendirian di sini?"

Sinar rembulan dari atas sana benar-benar ajaib, raut muka Daniel yang tampak kelelahan itu sekali lagi mampu membuat Manda terdiam. Pria di hadapan nya tidak pernah berubah, dan hal itu yang membuat Manda tertegun berulang kali. Paras dan tatapan itu sama sekali tidak berubah. Namun Tuhan memang yang paling adil, semua kesempurnaan itu di berikan untuk wanita yang pun sama dengan nya. Cantik paras dan cantik hati, hal yang mungkin hanya di miliki oleh segelintir wanita. Mereka melengkapi satu sama lain, sangat indah.

"Man?" suara Daniel kembali mengudara dan membuat Manda cepat-cepat mencari objek pandangan lain dan menjawab sekena nya.

"Ohㅡaku juga baru saja ketemu teman. Di cafe ini," ujar nya seraya mengarahkan dagu nya ke belakang, tepat dimana cafe itu berada.

Daniel menganggukan kepala nya mengerti. "Kamu balik sama teman atauㅡ"

"Pesan taksi." jawab Manda pelan.

"Malam-malam gini? Kamu aku antar saja," ujar Daniel.

Manda menggeleng. "Nggak perlu. Ntar kemaleman, kamu pulang aja."

Daniel menarik tangan Manda menuju mobil nya yang berada di seberang jalan seraya berbicara pelan, "Kalau aku membiarkan kamu pulang di tengah malamㅡ"

"Hampir, tapi belum, Dan." potong Manda pelan seraya terus mengikuti langkah Daniel yang berjalan di depan nya, dengan tetap memegang tangan nya seolah-olah mereka tanpa pembatas.

"Yah, itu maksud aku. Kalau Maura tahu, bisa-bisa aku nggak makan dua hari dua malam."

Manda langsung memukul pundak di hadapan nya, "Gila ya kamu!" ucap nya pelan kemudian mereka berdua tertawa tanpa beban, dan ini lah yang membuat Manda selalu berat di satu hati. Daniel adalah sosok yang berbeda, dalam segala hal. Dan pria ini sanggup merubah keadaan hati nya menjadi sedikit lebih baik.

Dan satu hal yang tidak kedua nya sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan semua nya dengan diam seraya memegang ponsel yang terbuka di fitur pesan. Langkah nya salah, harapan baru di kepala nya begitu mendapat pesan itu runtuh berantakan. Berharap wanita itu akan menunggu sebentar lagi, namun ia salah. Rapat sialan itu bukan lagi penyebab nya. Karena ini hanya masalah, seberapa besar ia mau untuk berjuang untuk ini. Dan bahkan belum sempat ia memberikan diri nya kesempatan untuk melewati garis start itu, diri nya sudah di nyatakan kalah.

+(+)+

"Masuk," ujar Manda begitu membuka pintu dan berjalan menuju kamar nya untuk berganti pakaian dan kemudian kembali ke ruang tamu untuk menawarkan minuman dinginㅡmeskipun hanya tersedia sirup leci sebenarnya.

"Minum apa, Dan? Aku cuma punya sirup leci," ujar Manda pelan.

Daniel menggeleng. "Nggak perlu. Duduk aja disitu, aku sebenarnya butuh teman sharing."

Manda duduk dengan perasaan berkecamuk. Jam sudah semakin larut dan Daniel belum kembali bersuara. Mau mengatakan bahwa ini sudah terlalu malam atau kemungkinan Maura sudah menunggu nya di rumah, tapi melihat raut muka itu membuat niat nya kembali ia telan bulat-bulat. "Aㅡada apa, Dan?"

Daniel menoleh, menatap nya tepat di mata nya. Membuat Manda kembali gugup setengah mati, dan begitu satu pertanyaan itu terucap, seluruh organ tubuh nya seakan berhenti di satu waktu.

"Kamu mencintai aku?"

Suara serangga kembali memenuhi ruangan itu karena keadaan pintu yang terbuka lebar-lebar, "Maksud kamu?" tanya Manda pelan seraya membenarkan posisi duduk nya. Gugup, ia begitu gugup.

"Man, jawab saja. Please, apapun jawaban kamu, aku janji, tidak akan merubah apapun. Just say it," ujar Daniel pelan. Seolah meyakinkan bahwa apapun jawaban nya, semua nya akan baik-baik saja. Mana mungkin! Jerit nya dalam hati.

Manda akhirnya membalas tatapan itu, dan sial, ia kembali tenggelam dan begitu ia menjawab, hati nya mendadak lega. Lega karena apa, ia masih mencari jawab nya. Berharap dengan terus menatap mata itu ia bisa menemukan jawab nya.

"Ya. Apa itu salah, Dan?"

Daniel bungkam. Lidah nya kelu, mendadak kepala nya pening dan bayangan wajah kesakitan itu memenuhi kepala nya. Wajah itu, bahkan hari ini dengan raut pucat di wajah nya semakin membuat Daniel terdiam.

"Tidak." gumam nya pelan seraya memutus kontak mata itu. "Dan kamu tahu kan setiap hal yang kamu lakukan memiliki resikoㅡ"

"Aku tahu. Kamu tidak perlu membalas perasaan ku. Jangan pernah menyakiti dia, jangan. Aku akan berusaha menghapus semua nya, aku berjanji. Semua nya akan berjalan seperti sedia kala," jangan menangis, lanjut nya dalam hati.

"Aku minta maaf, Man."

Manda menggeleng. "Nggak. Kamu nggak salah. Aku hanya perlu untuk memposisikan diri aku dengan benar. Kamu pulang ya, udah malam." ucap Manda pelan. Berharap suara nya yang bergetar karena menahan tangis itu tidak begitu terlihat.

Daniel bangkit, "Aku merasa sedikit lebih baik sekarang," ujar nya lugas yang membuat Manda ikut bangkit dan mengangguk. "Aku juga," gumam nya pelan.

Daniel baru saja akan melewati pintu pagar, badan nya kembali terhenti. "Kamu akan memiliki keponakan sebentar lagi, aku rasa kamu belum tahu."

Manda terkejut, "Maksud kamu?"

"Dia hamil." jawab nya pelan.

"Haㅡmil?" tanya Manda dan airmata nya jatuh begitu saja. Bahagia, tentu saja. Langkah nya sudah benar, dan ia hanya perlu untuk terus berjalan kedepan.

"Congrats, Dan. Aku akan menelepon Kakak besok, salam untuk dia dan calon keponakan ku." ujar Manda pelan.

"Thankyou."

Dan setelah itu, pagar rumah nya kembali tertutup dan airmata nya masih belum mau berhenti. Tuhan benar-benar Maha Adil, kehidupan wanita sebaik Maura akan lengkap sebentar lagi.

Namun siapa yang akan paham, bahwa di setiap hati memiliki kapasitas yang berbeda. Berjuang dan menunggu, tidak akan pernah bisa di lakukan secara terus menerus. Akan ada saat nya dimana yang berjuang dan menunggu, akan berhenti dan hanya dapat berharap serta menunggu. Apakah ada yang akan memperjuangkan diri nya, menunggu diri nya dan berharap akan diri nya.

Kini roda itu mulai berputar, membalikan semua hal. Yang dulu nya di perjuangkan, akan kah mampu berjuang sama besar nya?

Tbc.

Emg dasar nya yg nulis suka baper, jadi baca ulang bagian ini ya cmn bisa senyum2 sendiri hahaa. Thankyou buat yg udh baca, vote dll. Semua comment nya sangat berarti untuk cerita ini:)

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang