[SEPULUH]

34.4K 2.1K 12
                                    

Hari sudah menjelang petang saat mereka kembali ke kantor. Jalanan Ibukota yang cukup padat, membuat mobil yang berisikan empat orang itu sulit untuk bergerak cepat.

"Besok, kamu teliti ulang perihal proyek ini. Saya nggak mau ada yang terlewat sedikit pun." ucap nya pelan, memecah hening di dalam mobil itu.

Rini, yang mendengar ucapan itu sontak mengangguk dan mengiyakan perintah atasan nya itu. Tangan nya bergerak lincah di atas I-Pad, membuat Manda memperhatikan itu baik-baik.

Sementara itu, Chilleo memijat pelan pelipis nya. Proyek sebesar ini sangat menguntungkan, sebenarnya. Namun melihat siapa mitra nya kali ini, nominal berjumlah sepuluh angka itu terasa tidak begitu berarti.

Gila, pengaruh wanita itu nyata nya masih begitu kuat, meskipun luka yang ia dapatkan di masa lalu, tidak bisa di katakan luka kecil.

Hanya dengan satu pengkhianatan, hidup nya terasa begitu berantakan. Jika saja ikatan mereka, tidak sejauh itu, mungkin rasa sakit nya tidak akan sebesar ini. Nyata nya, wanita itu adalah tunangan nya. Calon istri nya.

Diri nya bukan orang tolol yang akan masuk ke dalam lubang yang sama, untuk yang kedua kali nya. Bagi nya, semua masalalu nya sudah mati.

Lenyap.

Hanya perasaan nya saja yang sekarang terasa begitu tak selaras. Dan ia terlalu sulit saat ini, untuk mengartikan hal tersebut.

Setelah membereskan meja nya sesampai nya ia di kantor, Manda bergegas untuk berjalan keluar dan memesan taksi. Baik Rini maupun Chilleo, kedua nya mungkin sudah kembali sejak sepuluh atau lima belas menit yang lalu.

"Mbak, nunggu siapa?" suara yang muncul dari balik punggung nya, membuat Manda menoleh. Dan begitu menemukan sosok berseragam satpam itu, senyum kecil terbit di bibir nya. "Nunggu taksi, Pak." jawab nya pelan.

Satpam itu terlihat mengangguk paham. "Tunggu di pos saja, Mbak. Daripada nunggu di depan gerbang, cukup gelap juga." saran Satpam itu kepada Manda.

Manda mengangguk kecil, kemudian berujar. "Sebentar lagi sampai, Pak. Sudah telfon daritadi juga. Terimakasih tawaran nya," tolak nha halus.

Satpam itu tersenyum. "Yasudah, saya tinggal muter dulu ya Mbak." ucap nya kemudian berbalik dan berjalan menjauh.

Dan setelah itu, sekitar sepuluh menit kemudian, taksi yang di pesan nya muncul dan ia segera masuk ke dalam nya.

◻◻◻◻

"Gue nggak mungkin salah lihat!"

Suara berisik dari balik kubikel nya, membuat Manda berulang kali mengapus tulisan di kolom word nya karena tidak bisa fokus. Ingin mengingatkan bahwa ini masih jam kerjaㅡatau bahasa kasar nya, ia merasa terganggunamun, ia siapa? Baru saja masuk sebagai pegawai baru, masih junior istilah nya.

"Tanya aja sama Mbak Rini deh, kemarin tuh si boss, meeting sama mantan tunangan nya. Gila, 'kan?"

Kembali. Suara itu membuat Manda menghela nafas nya berat. Apakah penting untuk membahas sesuatu yang berbau privacy seperti itu, di jam kerja?

"Mantan tunangan nya yang sempet ambil S2 di Oxford itu?" tanya suara lain, kali ini nada nya benar-benar penasaran.

"Jangan belaga nggak tahu gitu deh, mantan nya Pak Chilleo ya dia doang, kali. Tapi ya gitu, nggak jadi nikah. Sedih banget nggak sih?"

Kali ini, Manda terdiam. Mata nya memang menatap lurus ke arah komputer nya, namun fikiran saat ini berkenala jauh. Jadi, sosok cantik yang berada di tengah meeting kemarin adalah mantan tunangan boss nya?

Tapi tunggu, apa urusan nya kalaupun wanita kemarin adalah mantan tunangan boss nya? Seperti nya, sebelum ia semakin terpengaruh dengan obrolan itu, ia harus kembali memupuk fokus nya ke arah komputer.

"Setiap kamu datang, kamu harus absen di bagian kanan lobby. Kartu pegawai, kamu bisa urus di bagian administrasi. Jangan ceroboh, karena walaupun kamu ada di kantor sampai jam kerja selesai, tapi kamu tidak mengurus absen kamu, kamu di anggap tidak berangkat di hari itu. Paham?"

Setelah memanggil nya dan menyerahkan beberapa hal yang harus ia kerjakan, Chilleo mengingatkan diri nya mengenai peraturan-peraturan pokok di kantor ini. "Kamu paham atau tidak?"

Manda terkesiap. "Ooh, paham Pak." ucap nya setelah itu.

Chilleo mengangguk samar. "Bagus," ucap nya pelan. "Ohiya, satu lagi. Jangan lupa, deadline kamu untuk pekerjaan itu," ucap nya seraya mengendikan dagu nya ke arah map-map di tangan Manda. "Tiga hari lagi. Kamu bisa kirim via e-mail." ucap Chilleo.

"Sudah, kamu bisa keluar sekarang." ucap nya tanpa nada yang terdengar mengusir sedikit pun.

Dan harus Manda akui, profesionalitas Chilleo memang patut di acungi jempol. Terlihat bagaimana ia begitu berbeda di satu waktu. Dan itu lagi-lagi membuat nya tersenyum tipis, setidak nya ini tidak akan berjalan di luar ekspetasi nya, 'kan?

Semoga saja.

Tbc.

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang