"Selamat pagi,"
Ashley mendongak dan kemudian tersenyum lebar menatap wanita cantik yang sedang berdiri dan tampak anggun dengan dress berwarna hijau tosca.
"Tiara?" suara Carlotte memecah suasana. Ashley langsung menoleh dan memberi isyarat kepada Tiara untuk bergabung bersama mereka di sofa berwarna merah darah itu.
"Tiara Fraisa Keana, kan?" suara Carlotte kembali mengudara.
Tiara, wanita cantik yang kini duduk di samping Bara pun tersenyum halus. "Sudah lama tidak bertemu, Lotta."
Carlotte langsung beranjak dan memeluk Tiara yang nampak kuwalahan karena posisi nya saat ini. "Ah, kamu ternyata pulang ke Indonesia gara-gara ini?" ucap Carlotte pelan seraya memberi jarak. Kemudian tersenyun jenaka.
"Nggak juga, aku ada hal lain yang perlu di selesaikan." jawab Tiara seraya tersenyum simpul. Menunjukkan lesung pipi nya yang begitu menawan.
Ashley beceletuk dari duduk nya, seraya menyodorkan beberapa katalog. "Tiara, kamu bisa pilih beberapa pilihan di katalog ini. Untuk fitting baju kamu dan Bara langsung ke butik teman Mama. Sudah Mama pesan kan jam dan hari nya. Sebenarnya Mama berencana memberitahu hal ini besok pagi, tapi ternyata kamu sudah datang." ucap Ashley lembut.
Tiara menatap calon Ibu mertua nya seraya tersenyum tulus. "Aku akan mengikuti keinginan Mama saja, Bunda juga mengatakan seperti itu."
Bara menoleh dan berkata, "Bukan kah wanita cenderung senang memilih keperluan menjelang pernikahan nya? Aku akan membiarkan kamu mewujudkan impian mu."
Tiara menoleh dan menatap Bara. "Ini pertunangan, Bara. Bukan pernikahan dan aku hanya menginginkan satu hal." ucap Tiara pelan, kemudian melanjutkan perkataan nya lagi. "Kamu yang menyematkan cincin itu di hari yang telah kita tentukan."
•
Manda menatap layar persegi panjang di hadapan nya dengan cermat. Mencoba mempelajari beberapa materi yang di kirimkan Rini via email beberapa saat yang lalu. Sesekali bibir pink nya bergerak mengikuti kata-kata yang di baca nya.
"Ini sudah jam makan siang. Kamu tidak akan istirahat?"
Chilleo menggantung jas abu-abu nya dan berjalan kembali menuju meja besar nya. Kemudian menggulung kemeja nya hingga ke siku. "Kamu tidak mendengarkan apa yang aku tanyakan?" ucap Chilleo kesal begitu tahu wanita itu tidak bergeming sama sekali.
Manda langsung menoleh dan memundurkan kursi nya. "Apa?" tanya nya bingung.
Chilleo mendesah dan kembali menatap laptop berlogo apple di hadapan nya. "Lupakan saja." gumam nya teramat pelan.
•
Helena memperhatikan Ayah nya yang sedang sibuk membolak-balik kertas di meja kebanggaan nya. Sudah lebih dari satu jam yang lalu dan Ayah nya berulangkali hanya mengatakan,
"Pergi, Helena. Karena sudah tidak ada lagi yang bisa kamu harapkan disini."
Memuakkan. Hanya itu yang berada di pikiran nya dari satu jam yang lalu. Tapi sudah tidak ada cara lain, selain mengharap keajaiban Ayah nya dapat menghentikan ini semua.
"Ayah, aku tahu bahwa Chilleo masih mencintai ku. Beri aku kesempatan dan aku akan memberikan undangan pernikahan kami pada Ayah."
Dirga, sekali lagi mendesah. Kemudian melepas kacamata plus nya dan mengusap pangkal hidung nya. "Akan berbeda cerita bila kamu yang mendominasi cerita ini. Tapi disini, kamu bukan lah siapa-siapa. Chilleo sudah tidak mencintai kamu dan kamu, seharusnya bisa menerima itu dan melanjutkan hidup mu."
Helena menghentak kan kaki nya kesal, "Ayah. Aku tidak ingin pergi kemana pun. Aku mohon, Ayah." ucap Helena.
Dirga menggeleng. "Keputusan Ayah tidak akan pernah berubah."
•
Paris masih seindah dulu, tidak banyak yang berubah dan semua nya masih tampak menawan. Maura mengeratkan syal nya dan membenarkan sarung tangan berwarna biru dongker milik nya.
"Kamu lapar?"
Suara Daniel teredam karena ramai nya jalanan Paris disore hari. "Aku belum lapar. Kamu udah? Kita mau cari makan dulu?" tanya Maura bertubi-tubi.
Daniel menggeleng kemudian merangkul pundak Maura sehingga wanita itu berada di dekat nya tanpa celah.
"Daniel?"
Sebuah suara membuat Daniel dan Maura sontak menoleh dan membuat laki-laki yang mengenali Daniel itu tersenyum jenaka. "Hei, how are you?"
Daniel memeluk Dhavi, teman semasa kuliah nya di Paris. Teman pertama nya karena Dhavi adalah orang Indonesia juga yang kebetulan bertemu dengan nya di depan papan pengumuman kampus nya dulu. Kemudian tersenyum simpul menatap Dhavi yang tampak lebih maskulin dan gagah itu. "Kamu sudah menikah? Aku dengar dari beberapa teman." ucap Dhavi seraya menatap Maura sesekali.
Daniel mengangguk. "Dia istri ku, Dhav."
Dhavi kemudian menyalami Maura dan berkata lugas. "Jadi wanita ini yang bernama Amanda, ya? Beautiful."
Dan seketika Maura merasa jiwa nya terenggut begitu kasar dan membuat nya kaku setelah melepas tangan Dhavi beberapa saat yang lalu. Namun berbanding terbalik dengan Dhavi yang begitu senang dapat bertemu dengan Amanda--menurut versi nya--yang tidak lain tidak bukan adalah wanita yang nama nya paling sering keluar dari mulut teman lama nya itu beberapa tahun silam.
Tbc.
Vote dan comment jangan lupa, thankyou<3<3<3

KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomansaAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...