[TIGA PULUH DUA]

21K 1.2K 8
                                    

Hari ini adalah hari yang mungkin, adalah hari yang paling di nanti-nanti kan oleh beberapa karyawati yang tergabung di forum pecinta boss tampan itu. Setelah Naren yang dengan tiba-tiba mengatakan sudah membooking beberapa meja di salah satu restaurant terkenal, kini para karyawati itu sibuk memilih meja terdekat dengan meja yang akan di tempati oleh Naren. Berbanding terbalik dengan Manda yang justru mencari meja yang paling ujung agar diri nya bisa melihat bagaimana kerlap-kerlip lampu Ibukota di bawah sana.

"Kamu nggak cari tempat?" suara Naren yang muncul dari belakang membuat Manda sedikit terkejut. Dan secara refleks menarik kursi di sebelah nya dan duduk di sana tanpa mengatakan apapun. Kemudian Naren dengan tenang mendudukan diri nya juga tepat di seberang Manda. "Loh, kamu kok ikutan di sini? Aku nggak enak sama yang lain, Ren." bisik Manda pelan agar tidak ada yang mendengar ucapan nya.

Naren mengangkat bahu nya acuh, "Tapi, meja ini adalah meja khusus yang di berikan untuk aku." ujar Naren seraya tertawa kecil.

Manda membulatkan mata nya. "Sorry, aku tidak tahu jadi sebaiknya akuㅡ"

"Kamu mau kemana?" tanya Naren seraya menahan tangan Manda sehingga ia kembali pada posisi duduk nya.

"Aku harus cari meja lain,"

"Dan semua nya sudah terisi. Hanya tersisa ini, dan artinya kamu sedang beruntung hari ini." jawab Naren santai dan melepas pegangan nya.

Beberapa karyawati yang mulai memperhatikan itu membuat Manda tidak nyaman pada posisi nya, "Kita hanya duduk dan makan. Apa yang menjadi masalah? Lagipula, di luar jam kantor kamu adalah teman saya. Mereka juga teman saya." jelas Naren seraya meminum anggur dengan kadar alkohol rendah yang memang di sediakan di setiap meja.

"Papa sudah kembali dari Bali dan berencana untuk mengajak kita makan malam. Kamu bisa kan?" suara Ashley di ujung sana membuat Chilleo mengambil handphone nya dan mematikan speaker nya.

"Jam berapa? Aku masih memiliki beberapa berkas yang harus di tanda tangani Ma." jawab Chilleo seraya mengusap wajah nya pelan

"Sebentar saja. Mama yakin kamu juga belum makan, kan? Jam setengah delapan di tempat biasa. Kamu tahu?"

"Oke."

Begitu mematikan sambungan telepon ia segera menyelesaikan pekerjaan nya dan begitu jam menunjukan tepat pukul tujuh, ia beranjak dari duduk nya dan memakai jas nya kemudian keluar untuk mengambil mobil nya.

Setelah dua puluh menit ia habiskan di jalanan malam, ia memasuki tempat yang cukup ramai itu dengan lambat dan kemudian memasuki lift karena sesuai yang di katakan Ashley, bahwa meja nya ada di lantai tiga.

Namun baru beberapa langkah keluar dari lift, pandangan nya jatuh kepada punggung yang begitu familiar untuk nya. Dengan balutan baju berwarna soft pink dan rambut yang di beri hairnet, leher jenjang wanita itu terlihat jelas.

Ia tidak suka. Wanita itu terlihat begitu menawan bahkan dari belakang sekalipun. Dan yang semakin membuat nya merasa tidak suka adalah ketika laki-laki di hadapan nya itu mencoba untuk membenarkan rambut wanita itu. Tidak lagi, ia harus mengakhiri hal ini atau ia akan benar-benar menyesal.

"Ikut aku," ujar Chilleo cepat seraya menarik Manda untuk berdiri tidak memperdulikan bagaimana sakit nya tangan wanita itu.

Naren yang terkejut mencoba untuk menahan lengan Manda. "Anda siapa? Anda tidak lihat, wanita itu kesakitan? Lepas," ujar Naren cepat.

"Seharusnya saya yang berkata demikian, jauhkan tangan anda dari lengan calon istri saya!" kata Chilleo tertahan yang langsung mendapat pekikan tidak percaya dari beberapa karyawan lain yang menatap kejadian ini bingung, tidak percaya dan hanya bisa berbisik-bisik.

"Chilleo," ujar Manda pelan. "Ikut aku, tolong kamu jelaskan pada laki-laki itu sekarang juga atau aku akanㅡ"

"Aku akan ikut bersama dia. Tidak apa-apa, terimakasih. Dan aku minta maaf untuk kekacauan ini," ujar Manda oelan yang membuat Naren seketika mengendurkan tangan nya dan setelah tangan nya terlepas tanpa berkata apapun lagi Chilleo segera menarik tangan Manda keluar dari Restaurant dan membawa Manda masuk ke dalam mobil nya.

"Kamu gila?" adalah dua kata yang di katakan Manda secara keras di depan Chilleo yang baru saja menutup pintu nya.

Chilleo tidak menjawab. "Kamu sadar apa yang barusaja kamu lakukan? Kamu baru sajaㅡ"

"Saya nggak suka. Saya nggak suka kamu yang menaikan rambut kamu seperti itu, saya nggak suka kamu dengan pria itu. Saya nggak suka," ucap Chilleo cepat dan langsung membuat Manda bungkam.

"Kamu bukan siapa-siapa saㅡ"

Manda menutup mata nya begitu merasakan bibir Chilleo membungkam bibir nya. Hanya sebatas itu namun sanggup membuat nya menangis dan mencengkram jas Chilleo kuat-kuat.

Chilleo yang merasakan basah di sekitar pipi nya itu kemudian memberi jarak dan menatap wajah cantik di hadapan nya. Dengan perlahan ia menghapus airmata wanita itu dan mengusap pelan kedua mata yang masih tertutup itu.

"Maaf," ujar Chilleo pelan. "Saya nggak tahu apa yang saya lakukan, tapi saya harap kamu bisa mengerti dengan ini, karena hanya ini yang bisa saya lakukan. Meskipun dengan airmata kamu, tapi sekali lagi, hanya ini yang bisa lakukan. Maafkan saya," ujar Chilleo pelan dan kemudian menarik tubuh yang masih bergetar akan tangis itu kedalam pelukan nya.

"Kamu yang membingungkan, kamu yang tidak bisa saya tebak, kamu yang saya coba untuk hindari, kamu yang pada kenyataan nya tidak bisa saya benci... Saya masih menyimpan hati saya baik-baik untuk orang lain, dan kenapa hati saya sekarang sakit? Kenapa perasaan saya seperti ini?" racau Manda yang hampir tidak terdengar karena teredam oleh isak tangis nya sendiri.

"Kamu tahu apa yang baru saja terlintas di pikiran saya? Saya menginginkan kamu, saya ingin kamu ada di pelukan saya seperti ini. Tidak perduli dengan siapa kamu cinta, saya mau kamu."

Manda yang masih terisak kecil itu kemudian menggeleng. "Nggak, saya sudah pernah bilang sama kamu. Ketika kamu mencintai seseorang yang tidak mencintai kamu, rasa nya akan sangat menyakitkan. Saya sudah merasakan nya dan saya tidak akan mengajak kamu. Tidak, karena rasa nya benar-benar sakit, kalau kamu mau tahu."

Chilleo melepaskan pelukan nya dan kemudian menangkup wajah cantik itu, "Kalau begitu, ayo, ayo kita sakit bersama-sama. Karena sesakit apapun nanti, saya tidak akan perduli. Saya sudah pernah kehilangan, saya sudah pernah merasakan bagaimana kelam nya hidup saya ketika cinta yang saya punya meninggalkan saya dan membiarkan saya terpuruk di bawah sana. Dan saya tidak mau kehilangan lagi, tidak lagi."

Dan yang Manda bisa lakukan hanya menangis. Menangisi bagaimana bisa ia masih saja mencintai pria lain sementara ada sosok baru di dalam hidup nya yang bahkan memilih untuk sakit bersama diri nya. Chilleo ada di hadapan nya, tetapi ia masih tidak bisa berpaling dari kehidupan di belakang nya.

Tbc.

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang