[DUA PULUH EMPAT]

22.5K 1.2K 2
                                    

Manda menatap kosong cangkir yang berisi kopi panas yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Enggan untuk menyesap nya, dan memilih untuk menghirup bau kopi yang begitu terasa. Meskipun sesekali aroma lain memasuki hidung nya, ia tidak terusik sama sekali. Bahkan di tangan nya masih ada sebuah amplop yang kini sudah memiliki garis-garis dimana-mana.

"Buang amplop itu," hanya tiga kata. Tapi sanggup membuat Manda mendongak dan menatap laki-laki di hadapan nya dengan raut tidak percaya. Memilih untuk duduk di hadapan nya saat ini pun, mungkin adalah salah satu hal yang kini ia sesali dalam hati.

"Kamu tidak pernah bisa menghargai usaha orang lain," bukan ini yang ia ingin kan, bukan sama sekali. Ia hanya ingin, Chilleo paham bahwa tidak selama nya setiap manusia memiliki kesabaran yang begitu besar. Chilleo punya pemikiran sendiri dan hal itu lah, yang sampai saat ini tidak bisa ia mengerti. Laki-laki itu terlalu tenggelam akan dunia nya, dunia yang ia ciptakan sendiri dan begitu tidak beralasan.

"Tidak dengan ini. Apa kata adik ku jika tahu kamu resign sedangkan di sisi lain, dia juga tahu bahwa kamu adalah kekasih ku. Kamu tidak lupa dengan satu hal itu, bukan?"

"Dan itu adalah kesalahan ku, Le? Kamu tidak ingat dengan ucapan kamu tempo hari? Dan sekali lagi, tolong ralat ucapan kamu, karena aku bukan kekasih kamu. Ingat itu baik-baik," ucap Manda seraya memundurkan kursi nya dan beranjak berdiri.

"Dan ini," secara cepat Manda meletakan amplop yang benar-benar sudah tidak berbentuk di atas meja cafe, "Aku akan buat kan yang lebih baik dari ini. Setelah ini, sampaikan juga maaf ku kepada adik mu."

Chilleo menarik pergelangan tangan Manda, membuat langkah wanita itu terhenti. "Aku tidak mau, Amanda."

"Sayang nya, aku juga tidak perduli."

Manda membuka pintu apartemen nya seraya menunggu jawaban dari ujung sana. Hingga saat tangan nya meraih saklar lampu, si penerima menjawab telepon nya.

"Hai, Rin. Aku mau bicarain soal yang kemarin," ucap Manda pelan seraya melepas wedges nya.

"...."

"Iya, tapi untuk sekarang mungkin aku belum bisa kasih kamu langsung. Tapi aku janji nggak akan sampai empat bulan kok, Rin." ujar Manda.

"...."

"Kamu serius, Rin? Lagian aku mungkin nggak lama juga kok, Rin." ucap Manda seraya berjalan menuju dapur dan duduk di atas kursi meja makan nya.

"...."

"Oke, thanks banget ya. Aku nanti LINE kamu kalau udah selesai transfer. Thanks ya, see you." ucap Manda dan setelah meletakan handphone nya Manda menyenderkan punggung nya ke kursi yang berwarna cokelat tua itu.

"Aku benar-benar ingin pulang. Tapi sebenarnya dimana rumah ku? Karena tidak ada yang bena-benar bisa menjadi rumah ku di dunia ini,"

"Bundaaaaa," panggil cepat seorang anak kecil berusia delapan tahun yang tampak cantik dengan rambut nya yang di ikat kuda.

Begitu hampir mencapai Bunda-nya, anak kecil itu merentangkan tangan nya lebar-lebar dan tersenyum begitu lebar, "Ya Allah, anak Bunda udah cantik ya. Harum sekali," puji sang Bunda begitu ia berada di pelukan Bunda nya.

"Iya dong, kalau aku bau, nanti Bunda nggak mau peluk aku." ucap nya lugas yang langsung di sambut tawa sang Bunda.

"Ayah mana, Bun?" tanya nya seraya melihat ke balik punggung Bunda nya.

"Ah, mungkin Ayah lupa untuk pamit sama kamu. Ayah lagi ke Paris, jenguk Kakak." ucap Bunda nya yang langsung dibalas tatapan tidak mengerti dari anak kecil itu.

"Kakak? Kakak nya siapa, Bun?" ucap nya pelan seraya menatap Bunda nya dengan bola mata cokelat nya yang tampak benar-benar polos dan bingung.

"Kakak nya Manda, dong."

Dan semenjak itu lah, ada warna baru di dalam hidup nya. Satu sosok itu, mulai bermunculan di dalam kehidupan nya dari waktu ke waktu. Semakin membuat nya yakin bahwa persepsi nya sedari kecil itu salah.

Ia tidak sendirian di dunia ini. Masih ada bagian lain di dalam hidup nya, yang sekarang benar-benar nyata. Nyata, dan ada untuk nya. Ada untuk nya.

Sementara Chilleo masih berkutat di balik layar laptop nya di jam yang sudah menunjukan pukul setengah sembilan malam. Tangan nya sesekali meraih cangkir kopi untuk ia minum, setidaknya rasa kantuk tidak akan menghampiri nya untuk beberapa jam ke depan.

Namun begitu handphone nya bergetar, fokus nya hilang dan tangan nya segera meraih benda pipih panjang itu dengan cepat.

"Ya?"

"...."

Chilleo refleks menutup laptop nya begitu kencang, tangan nya terkepal begitu kuat di atas meja. "Kapan? Kenapa kamu tidak memberitahu saya lebih cepat?" teriak Chilleo marah.

"...."

Prang.

Chilleo melempar handphone nya keras. Rahang nya benar-benar mengeras dan ia tidak habis pikir, kenapa wanita itu benar-benar keras kepala.

Berita macam apa itu? Maaf-Pak-Ibu-Manda-barusaja-check out bukan lah suatu berita yang masuk akal untuk Chilleo saat ini. Wanita itu benar-benar menguji kesabaran nya. Entah bagaimana lagi ia mencoba untuk mengatakan maksud nya kepada wanita itu.

"Dia benar-benar tidak paham," ucap nya lirih seraya mengusap wajah nya kasar.

"Permisi Pak, Bu Ashley menunggu Bapak di cafetaria saat ini juga."

Chilleo mendongak dan menatap Rini yang kini menatap nya sedikit aneh, tangan nya bergerak untuk membuat Rini menyadari bahwa ia harus pergi saat itu juga. Dan Rini, yang begitu takut melihat ekspresi boss nya itu segera keluar dan menutup pintu boss nya rapat-rapat.

Langkah Rini menjadi sedikit lebih cepat begitu keluar dari lift untuk menemui Ashley lagi di cafetaria.

"Permisi, Bu." ucap nya pelan yang langsung membuat Ashley menoleh, menatap nya sebentar dan kemudian tersenyum kecil. "Bagaimana, Rini?"

Rini menggeleng kecil, "Maaf, Bu. Seperti nya mood Bapak sedang tidak baik. Beliau tidak ingin kemari," ucap Rini perlahan, berharap Ashley tidak tersinggung akan ucapan nya.

Ashley mengangguk pelan, "Oke, lebih baik saya langsung ke ruangan nya. Terimakasih, Rini."

Tbc.

A/n: waqqqqq, setelah berkali-kali dpt masalah (entah itu tb2 bagian jd setengah doang, nggak kesimpen dll) akhirnya bs update lagi. Thankyou buat yg udah baca dan vote, dan sorry untuk update yg superlamaa ini:))

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang