[TIGA PULUH TUJUH]

18K 911 4
                                    

"Kamu masih tidak berhenti?" tanya Manda pelan. Berharap siapapun yang berlalu-lalang di sekitar diri nya dan Chilleo tidak mendengar ucapan nya.

Sementara itu, Chilleo terdiam. Alisnya sedikit bertaut, "Berhenti? Berhenti untuk apa? Aku sedang tidak melakukan apapun selain menawarkan makan kepada kamu." jawab nya santai seraya memasukan kedua tangan nya ke dalam saku celana kain berwarna abu-abu itu.

"Loh, itu Marchilleo kan?"

"Astaga, Win. Bilang kalau gue ini halu sekarang juga. Shit, itu beneran Marchilleo, kan?"

Berbagai desisan di balik punggung nya membuat Manda bergerak gelisah. Tangan nya yang ia gunakan untuk menggenggam tas nya pun sudah berkeringat. Sial, aku melupakan ini.

Manda yang sedari tadi mengedarkan pandangan nya, untuk kesekian kali nya mendecak dalam hati. Bagaimana bisa Chilleo tersenyum begitu lembut nya kepada karyawati-karyawati yang pasti sengaja menyapa nya.

"Dimana mobil kamu?" tanya Manda to the point dan segera berjalan pelan menuju parkiran dan memperlambat jalan nya begitu ia tahu, Chilleo hanya beberapa meter di belakang nya.

"Kamu nyaman bekerja di sini? Teman-teman kamu seperti nya tidak buruk," celetuk Chilleo begitu berada tepat di belakang wanita yang kini membelakangi nya. Dengan setelan baju kerja berwarna hitam dan celana pensil berwarna putih membuat penampilan nya benar-benar cantik. Sangat cantik.

"Jangan pernah kamu masuk lagi ke dalam. Dan yaㅡsemua nya memang baik-baik saja. Tapi setelah ini, mungkin tidak."

Jangan tersenyum, jerit salah satu sudut hati nya.

"Kamu mau kita bertengkar di parkiran seperti ini? Lebih baik kamu masukㅡ"

Manda menggeleng. Mengepalkan tangan nya yang bebas, "Siapa yang mau pulang dengan kamu? Tidak ada," ujar nya dingin dan berbalik menatap Chilleo. "Sekali lagi, aku minta. Tolongㅡtolong berhenti bertindak bodoh dan bertindak seperti... ini."

Chilleo mendecih pelan, "Permasalahan nya disini adalah kamu yang hanya terlalu takut. Atau kamu yang memang tidak pernah bisa melupakan cinta buta kamu itu? Apa dengan hal ini, dengan semua yang kamu lakukan, akan membuat siapapun yang kamu cintai itu membalas perasaan kamu? Kenapa kamu tidak mencoba untuk melupakan dan menerima kenyataan bahwa semua nya hanya akan berakhir sia-sia? Masalahnya, kamu terlalu takut untuk sakit."

Chilleo mendesah kasar, melihat wanita di hadapan nya kembali menangis membuat nya segera menarik wanita itu menuju mobil nya dan mencoba untuk membawa nya masuk meski sedari tadi tangan nya di pukul, ia tidak perduli.

"Buka pintu nya," ujar Manda lirih, berharap Chilleo tahu bahwa semua ini melelahkan. Semua nya terlalu melelahkan.

"Dan membuat semua orang tahu bahwa kamu sedang menangis? Menangis lah, menangis lah untuk semua kebodohan kamu itu. Menangis lah untuk seseorang yang mungkin tidak pernah mencintai kamuㅡatau seseorang yangㅡ"

"Buka pintu nya, brengsek!" jerit Manda pada akhirnya. Kepala nya pening, mendengar semua penuturan itu. Brengsek, Chilleo memang brengsek, jerit hati nya. Tidak memperdulikan bagaimana perih nya bekas tamparan di pipi pria itu, Manda hanya terus menangis dan mencoba untuk membuka pintu mobil yang tertutup rapat itu.

"Kamu lihat aku!" ujar Chilleo seraya menangkup kedua bahu wanita di hadapan nya. Mengabaikan perih di sekujur pipi nya. "Kalau kamu merasa menjadi sosok yang paling tersakiti di sini, kamu salah. Kalau kamu menganggap aku merasa diri aku adalah yang paling menyedihkan, kamu salah. Kamu salah besar!"

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang