"Finally,"
Manda mendongak dan menemukan Daniel yang terbalut kemeja putih tanpa dasi dan jas hitam dengan celana kain senada sedang melihat nya seraya tersenyum puas. "Kamu benar-benar pintar membuat semua orang cemas, Man." ujar Daniel seraya menarik kursi di seberang Manda dan duduk dengan nyaman disana.
"Dan? Kamu nggak ngantor?" tanya Manda pelan seraya memperbaiki posisi duduk nya dan kembali bertanya. "Mau pesen?" tanya nya kembali.
Daniel menggeleng. "Dua puluh menit lagi aku ada meeting di sini. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku sampaikan ke kamu. Dan ada banyak hal juga yang ingin aku tanya kan ke kamu." ujar Daniel seraya tersenyum tipis.
Manda terdiam. "Kamu bisa tanyakan langsung sekarang," ujar Manda kemudian.
"Kemarin aku sempat bertemu dengan Chilleo dan yaㅡdia seperti nya sedang mencari kamu."
Manda bungkam beberapa detik. "Aku sudah resign dari kantor dia. Dan menurut aku, dia bukan tipikal orang yang akan susah-susah mencariㅡ"
"Oh enggak, enggak. Aku serius, dia benar-benar bingung mencari kamu. Aku rasa ada suatu hal yang belum sempat kamu dengar dari dia Man. Lebih baik kamu perbaiki hubungan kamu dengan diaㅡjika memang kalian memiliki masalah."
"Kita nggak punya topik apapun untuk di bicara kan lagi. Nggak ada sama sekali, semua nya udah selesai semenjak surat itu ada pada Chilleo." ujar Manda tertahan. Semua nya seharusnya memang sudah berakhir di hari itu. Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi. Karena mungkin memang semua kesalahan terletak pada diri nyaㅡmenurut pria itu. Lalu apa lagi yang belum sempat ia dengar? Semua nya sudah cukup jelas dan cukup membuat sudut hati nya perih, entah karena apa.
Hanya ada satu hal yang tidak ia mengerti. Di satu sisi, ia mencintai Daniel namun di satu sisi nya lagi ada bagian hati nya yang perih ketika otak nya berpikir tentang satu nama itu. Satu nama yang benar-benar tidak bisa ia pahami. Entah terlalu transparan hingga tidak ada satu pun yang sanggup ia lihat dan ia coba untuk pahami atau memang sebenarnya nama itu terlalu pekat hingga tidak ada satu pun yang terbaca oleh nya.
"Coba dulu, aku nggak tahu permasalahan kalian apaㅡ"
"Aku sudah bilang, aku tidak memiliki masalah apapun dengan dia jadi tolong, tolong kamu berhenti membahas ini. Kita sudah selesai, di dalam urusan pekerjaan atau apapun yang menyangkut dia. Aku harap kamu bisa paham, Dan." ujar Manda cepat seraya mengepalkan tangan nya di bawah meja. Tidak pernah ia bermaksud untuk berkata keras seperti ini, tapi nyata nya hanya reaksi seperti ini yang bisa ia tunjukan.
"Kamu bisaㅡ"
"Cukup," potong Manda cepat seraya meraih tas hitam nya dari bangku dan beranjak dari duduk nya. "Kamu nggak bisa memposisikan diri kamu sebagai teman Chilleo. Tentu jelas, siapa yang akan kamu bela di sini. Kamu tahu apa tentang masalah aku dengan dia? Kamu sama sekali nggak tahu apapun, Dan." ujar Manda marah.
Daniel bungkam. "Yang aku tahu, aku pernah menjadi teman kamu juga. Aku tahu kamu melebihi siapapun, Man. Aku tahu apa yangㅡbahkan mungkin Ayah dan Bunda nggak tahu tentang kamu. Aku tahu semua, dan kamu bilang aku tidak tahu apa-apa? Kamu salah!" kali ini Daniel yang tampak emosional.
"Aku duluan. Salam untuk Kakak," ujar Manda pelan menutup pembicaraan dan segera berlalu dari hadapan Daniel.
•
"Saya nggak bisa... Tolong kamu cancel, Rin. Karena ini benar-benar urgent,"
Rini menghela nafas nya pelan. Ini sudah kedua kali nya boss nya mengatakan untuk men-cancel rapat yang akan membahas mengenai kerjasama perusahaan ini dengan salah satu perusahaan asing asal Jerman. Jika ini batal lagi, maka semua proyek itu juga akan terancam lenyap.
"Begini Pak... Permasalahan nya di sini adalah Anda sudah membatalkan rapat ini sebanyak dua kali. Pihak Konzers pasti akan segera mencari partner baru jika kita tidak cepat-cepat untuk melakukan penandatanganan kontrak." jelas Rini perlahan berharap boss nya bisa mengerti dan tidak membatalkan rapat yang lima belas menit lagi akan di mulai.
Chilleo mengusap wajah nya kasar. "Dimana Bara? Dia pasti bisa untuk meng-handle rapat ini. Saya harusㅡ"
Rini menggeleng kecil. "Pak Bara sedang berada di Bali. Beliau menemani Pak Joan di salah satu event yang di selenggarakan di sana malam ini." jawab Rini lagi.
Sial, batin Chilleo dalam hati. Ia tahu benar seberapa banyak keuntungan yang akan di terima oleh Perusahaan ini jika terlibat kerjasama dengan Perusahaan ternama di Jerman itu. "Baik, saya akan ikut rapat itu. Siapkan semua materi dan saya akan langsung menuju ruang meeting." putus Chilleo kemudian.
Rini menghela nafas nya, akhirnya boss muda nya itu bisa memilih keputusan yang tepat dan tidak membuat nya pusing memikirkan alasan apalagi yang harus ia katakan kepada perwakilan Perusahaan itu. "Baik, akan saya siapkan." jawab Rini kemudian berlalu dan dengan pelan menutup pintu ruangan Chilleo.
•
Manda meletakan paper bag milik Arini ke atas meja di ruang tamu. Terik matahari yang cukup panas di luar sana membuat Manda segera meraih remote AC dan membaringkan tubuh nya di atas kasur. Seluruh tubuh nya lelah, meski bercampur keringat Manda tetap tidak beranjak dari posisi nya meskipun hanya untuk melepaskan wedges dari kaki jenjang nya itu.
Getaran handphone di dalam saku celana nya membuat Manda akhirnya mau tidak mau beranjak dari posisi nya dan melihat ada satu telepon masuk ke dalam handphone nya. Tanpa nama.
"Halo?"
"Man... Ini.."
Tbc.
Argh sebel bgt udah nulis pjg tau nya pas mau di publish ilang setengah:( njer, mau nggak mau nulis ulang dan beda 180 drjt sm alur sebelumnya. Yaudahlah, bisa apa kl udh gn bisa apa:'))
Vote&comment jgn lupa. Thankyouu!
#edisibnykpr #edisibnyktu-gas :((

KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomansAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...