[LIMA PULUH]

24.3K 970 6
                                    

Sinar rembulan di langit Bandung di temani segelas kopi hitam dan teh hangat membuat kedua nya merasa bahwa kota Bandung memang memiliki aura tersendiri. Aura yang seperti nya tidak akan bisa mereka dapatkan di Jakarta.

"Kita balik ke hotel aja yuk," ajak Chilleo seraya bangun dari posisi tidur nya dan membersihkan pasir dari baju yang melekat pas di tubuh nya.

Manda masih terlentang, menikmati indah rembulan yang tampak malu-malu di balik awan. "Agak nantian aja ya, Le. Ini bagus banget," gumam wanita itu seraya memejamkan mata nya.

Manda seketika membuka mata nya begitu merasakan kecupan kecil di dahi nya. "Tadi pagi aja marah-marah ..." ledek Chilleo kemudian terkekeh pelan.

Manda mencebik pelan. "Untung yang bawa aku ke tempat seindah ini itu kamu, kalau enggak udah aku pukul kamu." ucap nya setengah ketus.

Chilleo memajukan sedikit wajah nya, membuat wajah nya tampak seperti siluet jika di pandang dari sisi Manda. "Coba aku mau lihat, kamu kalau mukul tu kayak apa."

Manda mendorong dahi Chilleo dengan telunjuk nya, dan bangun dari posisi nya. "Jangan aneh-aneh." gumam Manda seraya mengambil gelas teh hangat nya.

Chilleo tergelak. "Loh, apa salah nya sih aku mau liat gimana kalau pacar ku tu mukul orang?" goda Chilleo lagi yang langsung mendapat tatapan tak suka dari Manda.

"Siapa pacar kamu?"

Chilleo mengendikan bahu nya. "Aku nggak tahu. Tapi ada lah cewek," jawab Chilleo asal.

"Oh gitu ..." jawab Manda pelan.

Chilleo menyerngit. Rata-rata jika wanita di hadapkan pada kalimat seperti itu, pasti ada ego tersendiri dari dalam diri mereka yang menuntut untuk di nomor satu kan, tapi apa yang menjadi reaksi wanita di sebelah nya, Chilleo sedikit tercubit. "Cuma gitu aja tu reaksi nya?" tanya Chilleo pelan.

Manda menoleh. "Aku harus kayak gimana? Kalau aku marah, kayak anak kecil banget. Jelas-jelas kamu di sini, sama aku. Bukan sama cewek lain, 'kan? Kalau kamu kesini sama Helena baru aku ambilin air di lautan buat guyur kamu." jelas nya pelan.

Chilleo tertawa. Kegelisahan nya lenyap begitu saja mendengar ucapan kekasih nya itu. Meskipun terdengar seperti lelucon, namun apa yang keluar dari mulut Manda, sedikit meredam rasa gelisah nya.

"Baru sama Helena kesini aja udah mau kamu guyur ya Man. Kalau semisal aku ..."

Manda mengerutkan dahi nya. "Semisal apa? Balik lagi sama dia? Aku bawain hiu buat makan kamu!" jawab Manda mantap.

Lagi-lagi Chilleo tergelak. Tangan nya melingkar di pundak Manda dan membawa tubuh wanita itu untuk mendekat ke arah nya. Memeluk nya erat dan memberikan ciuman-ciuman kecil di kepala nya.

"Kamu dingin nggak? Mau makan indomie?" tanya Chilleo pelan begitu merasakan lengan yang tertutupi kain tipis itu terasa begitu dingin.

Manda menggeleng. Menyenderkan kepala nya ke belakang dan menikmati suara ombak yang cukup tenang malam ini. "Nanti aja, kalau pergi terus balik kesini lagi, sensasi nya bakalan beda." gumam Manda pelan.

"Tapi janji ya, nanti jam delapan kita balik ke hotel. Kamu belum makan."

Manda mengangguk, dan Chilleo semakin mengeratkan pelukan nya.

◽◽◽

"Makan mie bandung aja?" tanya Chilleo seraya memundurkan mobil nya setelah di arah kan oleh tukang parkir di tempat penjual mie bandung yang cukup ramai malam ini.

"Iya, mie bandung aja. Kamu mau makan apa?"

Chilleo mematikan mesin mobil begitu sudah terparkir dan menoleh. "Sama. Lagi pengen mie juga aku. Yuk," ajak Chilleo dan kemudian turun dari mobil.

Begitu menemukan satu tempat di bagian paling ujung, mereka memesan dua mangkuk mie bandung dan dua gelas es teh manis.

"Rame banget ya ..." gumam Manda seraya memperhatikan sekeliling nya. Rata-rata di penuhi oleh keluarga-keluarga kecil dan beberapa anak muda yang mengabiskan malam dengan semangkuk mie bandung.

"Enak banget kan ya, dulu waktu sering ada proyek di Bandung ya kalau malam beberapa kali minta tolong staff buat beli ini. Dulu masih sepi, belum ramai banget kayak gini." ucap Chilleo seraya mengambil tisseu untuk membersihkan beberapa bekas saus di meja yang berukuran pas untuk dua orang itu.

"Aku juga pas baru-baru nya pindah Bandung, makan mie Bandung aja udah ibarat makan daging. Kadang Dera juga bayarin, kasian kali ya dia  lama-lama liat temen nya ngiler mie Bandung mulu." ujar Manda seraya terkekeh pelan.

"Kenapa harus hemat-hemat banget dulu?"

Manda mengusap lengan nya pelan. "Awal nya Ayah sempet nggak setuju. Jaman kuliah di Jakarta aja, aku udah sering tepar ngerjain tugas sampe klimaks di skripsi. Ayah mikir nya yang masih di rumah aja aku suka tiba-tiba drop. Apalagi di kota orang, siapa yang mau ngurusin aku dan kekhawatiran-kekhawatiran lain khas orang tua."

Chilleo bersedekap. "Terus gimana bisa kamu akhir nya di kasih restu sama Ayah kamu?"

Manda tersenyum kecil. "Pelan-pelan. Satu bulan pertama aku memang super hemat banget, dan gaji pertama ku aku kirim ke Jakarta. Ayah sempat nolak, tapi aku keukeuh. Aku pengen buktiin, kalau aku bisa. Dan setelah itu Ayah mulai lega dan akhir nya kasih aku rumah sama mobil di Bandung."

Chilleo tersenyum. "Terus, Maura gimana? Dia ..."

Belum selesai Chilleo berbicara, Manda sudah angkat bicara. "Kita pisah. Bertahun-tahun. Ayah sama Bunda dulu masih sibuk-sibuk nya kerja. Nggak mau pakai baby-sitter, dan akhirnya Kakak yang harus ngabisin masa-masa sekolah nya di Paris."

Chilleo mengangguk paham, dan setelah itu pelayan datang dengan membawa pesanan mereka dan meletakan nya di atas meja. "Makasih ya, Mas." ucap Manda pelan setelah nya.

Chilleo mengambil sumpit sementara Manda mengambil sendok dan garpu nya. "Selamat makan!" seru Manda dengan semangat.

Mereka berdua mengabiskan masing-masing dua mangkuk mie bandung dan dua gelas es teh manis. Karena setelah mangkuk pertama, Manda masih terlihat ingin dan membuat Chilleo terkekeh pelan dan memanggil pelayan lagi untuk memesan mangkuk kedua.

"Besok mau kemana lagi?"

Manda mengelap sudut bibir nya dengan tisseu. "Kamu tuh niat banget ya ..."

Chilleo tertawa.

"Gimana kalau besok kita full jajan kuliner? Kita keliling-keliling Bandung sampai perut kamu kenyang. Setuju nggak?"

Manda tersenyum. "Oke, deal!"

Dan setelah itu, handphone Chilleo yang ada di dalam saku nya bergetar. Dengan cepat ia mengeluarkan handphone nya dan mendapati satu notifikasi baru di fitur perpesanan nya.

Dan seketika mata nya menatap ke arah Manda yang sibuk menikmati malam di Kota Bandung melalui jendela besar di sebelah nya.

Tbc.

Huayoooloooh, siapa yang kasih pesan😱 ohiyaaa, BIG THANKS&BIG LOVE buat semua yg udh baca, vote dan comment!💞💞💞 terimakasih banyaaaak!💕💕💕

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang