[DUA PULUH DUA]

23.4K 1.3K 1
                                    

Maura memandang kaku sebaris pesan yang ia terima beberapa menit yang lalu. Saat ini seluruh tubuh nya bagaikan tidak memiliki penopang apapun. Tubuh kecil nya luruh ke karpet coklat di depan ranjang nya. Menangis, hanya itu yang bisa ia lakukan.

...Melepaskan atau berbagi..., tidak. Diri nya tidak mungkin sanggup untuk melakukan kedua nya. Tidak akan pernah sanggup, tidak akan.

"Kenapa, kenapa harus adik ku?" gumam nya pelan. Seolah tidak percaya bahwa semua prasangka nya benar, apa yang ia takuti selama ini benar. Dhavi, sekarang ia tahu mengapa Dhavi bisa berkata sedekimian rupa. Karena memang, masalalu mereka benar-benar kuat. Masalalu suami nya dengan adik nya, memang begitu kuat.

"Aku tidak bisa melepaskan dia, tapi aku juga menyayangi adik ku. Aku butuh kedua nya, aku butuh kedua nya." ucap Maura lirih seraya mencengkram karpet coklat itu kuat-kuat.

Jika sudah seperti ini, bagian mana yang bisa ia sesali? Tidak ada satu pun, hal yang bisa ia sesali. Tidak ada satu pun. Perasaan Manda bukan kesalahan, sama sekali bukan. Diri nya ingin bersikap egois tanpa harus menyakiti adik nya. Karena dia tidak bisa menyakiti kedua nya. Tidak akan pernah bisa.

"Bunda... Apa yang harus aku lakukan?"

Chilleo menatap Carlotte yang sedaritadi hanya memakan snack nya dan meminum orange juice. "Apa yang sebenarnya sedang kamu lakukan disini?"

Carlotte menoleh. "Aku tidak boleh berada disini? Mama menyuruh ku untuk menemani mu disini." ucap Carlotte acuh.

"I'm fine. Kamu bisa katakan pada Mama kalau aku baik-baik saja."

"Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Apapun masalah mu itu, seharusnya kamu sebagai seorang laki-laki tidak lari begitu saja. Hadapi masalah mu, bukan bersembunyi meringkuk seperti itu. Kamu fikir masalah mu akan peduli jika kamu seperti ini?"

"Setidaknya aku tidak akan sakit jika aku bersembunyi. Dan aku tidak membutuhkan belas kasihan siapapun."

Carlotte meletakan toples nya keras-keras. "Jadi menurut kamu, segala bentuk kepedulian orang terhadap kamu adalah karena mereka kasihan pada mu? Lantas sekarang aku akan bertanya satu hal kepada kamu, kamu merasa bisa hidup tanpa belas kasihan orang lain? Pengecut. Kamu tidak akan pernah bisa berubah, Chilleo."

Chilleo tetap bungkam di tempat nya. Membiarkan Carlotte meneriaki nya tanpa ampun, "Kamu tidak bisa sedikit saja mengubah pola pikir kamu? Setiap ada orang yang care dengan kamu, justru kamu dorong jauh-jauh mereka dalam hidup kamu. Kamu merasa, tanpa mereka kamu masih tetap bisa berdiri tegak. Tapi apa? Kamu justru jatuh semakin terpuruk dan saat ini kamu bingung, kamu bingung karena tidak ada satu pun tangan yang mau menarik kamu keluar dari keterpurukan kamu! Jadi sekarang, berusahalah sendiri untuk keluar Chilleo."

Begitu Carlotte mengambil tas nya ia bergegas meninggalkan Chilleo yang masih bungkam. Seluruh perkataan Carlotte membuat nya memikirkan sebaris kalimat.

Apa yang sudah aku lakukan?

"Bodoh."

"Aku antar kamu pulang? Ini sudah malam," tawar Daniel kepada wanita di hadapan nya.

Manda menggeleng pelan. "Nggak perlu. Aku bisa pesen taksi, kamu langsung pulang aja. Maura pasti udah nunggu kamu di rumah."

"Kamu masih di apart yang sama seperti Chilleo kan? Kita satu arah," ucap Daniel seraya berdiri dan membenarkan bentuk jas nya.

Akhirnya Manda mengalah dan memilih untuk pulang bersama Daniel. Dan begitu memasuki mobil, suasana kembali membuat Manda merasakan perih itu lagi. Suasana Ibukota yang masih ramai menjadi sedikit pelipur lara untuk Manda yang kini hanya memfokuskan pandangan nya keluar jendela.

Begitu sampai di depan pintu lobby. Manda melepas sabuk pengaman nya. "Thankyou. Aku selalu berharap kamu bisa menjaga kakak ku dengan baik. Wanita seperti dia, mungkin hanya satu di dunia ini. Melihat nya menangis, adalah hal terakhir yang ingin ku lihat di dalam hidup ku."

Daniel mengangguk dan menandakan bahwa semua nya yang terjadi beberapa jam yang lalu akan berakhir. Mimpi kecil nya akan segera usai, dan kini saat nya ia terbangun ke dunia nyata dengan keluar dari mobil itu dan berjalan menuju lobby utama.

"Amanda,"

Tbc.

Thankyouuu sudah baca dan vote<3<3 aku nggak ngerti, setelah ini cerita ini bakalan kaya apa wkw

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang