NP: Ji Chang Wook - I Will Protect You (Healer. OST)
•
Tidak ada yang bisa mengelak dari takdir. Mungkin, nasib masih bisa untuk di rubah, namun tidak demikian dengan takdir. Tuhan, si pemilik alam semesta ini, menentukan takdir seseorang melalui 'tangan' indah-Nya, dan tidak dapat seorang pun, mengingkari, menjauhi atau bahkan menentang itu.
"Kamu nggak berniat untuk pindah ke rumah orangtua kamu?"
Manda, yang sedang sibuk mengaduk teh mendadak terdiam. Tangan nya terhenti dan kepala nya sedikit mendongak, dengan posisi nya yang tetap membelakangi Chilleo. Mengatur nafas nya perlahan, dan kemudian mengaduk kembali teh itu dan segera di bawa nya menuju meja makan kecil itu.
"Lebih nyaman di sini," gumam Manda pelan seraya tersenyum. Sementara Chilleo mengangguk mengerti dan menarik Manda untuk duduk di sebelah nya. Memandang wajah cantik wanita yang kini mempunyai label khusus, yakni milik nya, dengan lamat. "Kamu nggak keberatan dengan ini?" tanya Chilleo pelan.
Manda tersenyum lembut dan kemudian menggeleng. "Nggak, aku... justru merasa ini adalah jawaban dari Tuhan yang sesungguh nya untuk aku. Setidaknya, kamu nyata dan ada untuk aku, kamu di hadapan aku saat ini. Udah cukup," timpal Manda pelan. Kemudian tangan nya meraih tangan dingin milik Chilleo, mengaitkan dengan tangan kanan nya. "Aku berharap, kamu adalah sosok nyata di dalam hidup ku. Walaupun bayangan itu akan tetap berkelabat di sekitar aku, kamu adalah sosok nyata nya. Kamu yang bisa aku genggam, kamu yang bisa untuk benar-benar aku cintai, cuma kamu."
Satu persatu bulir airmata nya turun begitu saja, kembali menangis untuk semua penyesalan nya. "Aku bukan wanita yang paling baik di dunia ini, tapi aku selalu menganggap aku pantas untuk pria paling baik di dunia ini. Dan nyata nya aku adalah wanita paling jahat, yang masih Tuhan beri kesempatan kedua untuk menyadari semua nya. Tuhan memang menghukum aku dengan semua ini, tapi Tuhan kasih aku hadiah paling indah. Hadiah paling indah yang tidak seharusnya aku miliki."
Keheningan malam dengan suara serangga di balik pintu jati pintu belakang itu seketika kalah dengan suara tangis pilu milik wanita yang kini terbungkus hangat rengkuhan tangan pria di samping nya, membenamkan separuh wajah nya ke dalam dada pria itu. Tangan nya memegang kuat bagian kemeja di pinggang sang pria dan semakin larut dengan tangisan nya.
"Kita sama-sama belajar, ya?" gumam Chilleo pelan. "Nggak perlu lupa, Man. Karena aku tahu, itu semua nggak akan semudah itu untuk hilang. Cukup posisikan dia dengan benar di hidup kamu..."
Dan sisa malam itu, mereka habis kan untuk saling berbagi. Mulai membaur dan meyakinkan diri masing-masing, bahwa ini rumah yang sebenarnya.
Rumah mereka.
•
Matahari pagi sudah muncul satu jam yang lalu, namun tidak ada tanda satu pun bahwa pemilik nama Marchilleo itu akan terbangun dari tidur nya. Dengan posisi tubuh telungkup di atas sofa panjang, dengkuran halus itu masih terdengar konstan, yang artinya si empunya memang masih damai di alam mimpi nya.
Sementara sosok wanita yang sudah selesai menyajikan dua potong roti panggang dan satu gelas teh manis hangat serta kopi itu tersenyum tipis. Setelah menata semua makanan itu di atas meja, ia segera berjalan menuju sofa, memposisikan lutut nya di atas lantai dan merapikan rambut milik Chilleo yang berantakanㅡmungkin akibat posisi kepala nya sewaktu tidur.
"Le, bangun... aku udah siapin sarapan." ucap Manda pelan seraya mengusap pundak pria itu, berharap Chilleo akan segera terbangun.
"Le," sekali lagi, dan pria itu tetap tidak bergeming.
"Yuk, bangun dulu. Kamu kerja, 'kan?" ucap Manda sekali lagi. Dan kali ini, Chilleo tanpa membuka mata nya hanya mengubab posisi tidur nya menjadi menyamping dan wajah nya berhadapan langsung dengan wajah Manda.
"Nggak." gumam suara serak milik Chilleo.
Manda menepuk lengan Chilleo sedikit keras. "Nggak apa? Nggak kerja? Mana boleh gitu sih, Le." gerutu Manda pelan seraya bangun dan menepuk lengan Chilleo sekali lagi. "Ayo, sarapan dulu. Habis itu kamu balik ke penthouse ambil baju. Buruan, yuk." bujuk Manda sekali lagi.
"Kita baru tidur jam tiga pagi, kalau kamu lupa." ucap Chilleo pelan, tetap tidak membuka mata nya. "Ngantuk, bentar lagi ya..." rajuk Chilleo pelan.
"Sekarang, bangun dulu. Sarapan, setelah itu kamu mau apa, itu urusan kamu." ucap Manda sedikit kesal.
"Oke, aku bangun sekarang." ucap Chilleo pelan seraya membuka kedua mata nya begitu menangkap nada kesal di balik ucapan Manda.
Dan setelah mengusap wajah nya, ia bangun dan mengikuti langkah Manda untuk menghabiskan sarapan mereka.
•
"Aku jemput ya?"
Manda mengangguk. "Tapi kalau kamu memang belum selesai, nggak perlu di paksain. Aku bisa pesan taksi," ingat Manda kepada Chilleo yang sudah mengubah pandangan nya menjadi sedikit tidak setuju.
"Jam?"
Manda menghela nafas nya dan mencium sekilas pipi Chilleoㅡtentu yang di balas tatapan terkejut milik pria ituㅡkemudian mengambil tas tangan nya di bagian belakang mobil pria itu yang berisi map bertumpuk-tumpuk.
"Jam lima. Bye,"
Namun, begitu akan membuka pintu, tangan kanan nya di cekal. "I love you," ucap Chilleo pelan.
Wajah Manda seketika memerah, menahan malu. Akhirnya, dengan sekilas mengangguk dan Chilleo melepas cekalan nya, Manda membuka pintu dan keluar dari mobil Chilleo. Melambaikan tangan nya dan mengamati mobil milik Chilleo hingga menjauh di ujung jalan.
"Ah gila, cantik banget calon istri nya Pak Naren..."
Manda yang baru akan berbalik menuju lobby mendadak berhenti begitu melihat dua orang cewek, yang ia tahu, ada di bagian produksi, sedang membicarakan Naren. Bukan karena itu juga ia berhenti, karena dari dua pintu di bagian depan, hanya satu pintu yang terbuka dan mau tak mau ia harus menunggu untuk memiliki akses masuk ke dalam kantor.
"Gue yang sama-sama perempuan aja mendadak minder, padahal lo tahu kan, gue harus nabung dua bulan gaji gue buat beli bedak sama lipstick. Yaelah, masih kalah bening gue sama calon istri nya si boss!"
"Lantai cafetaria aja kalah bening kali sama dia. Udah ah, gue laper nih. Cari siomay depan aja yuk."
Manda menyerngitkan alis nya begitu mendengar celotehan mereka. Apa jangan-jangan, calon istri boss nya itu memang sedang berada di sini? Ah, untuk apa juga ia harus memikirkan hal ini?
"Man..." begitu memasuki area lobby suara Naren menginterupsi. Membuat nya menoleh dan Manda seketika meremang di tempat.
"Nah, ini karyawan terbaik di sini. Kinerja dia bagus banget," ucap Naren bangga kepada wanita di samping nya yang kini menggamit lengan nya.
Manda terdiam menatap wanita cantik di samping Naren, wanita yang menggamit lengan Naren posesif, dan wanita yang menatap nya tajam itu. Manda masih ingat, bagaimana sosok di hadapan nya kekeuh mempertahankan kepemilikan nya. Tapi sekarang apa? Ah, ralat. Tapi, ini apa?
"Ohiya, Man. Kenalin, ini calon istri saya."
Oh, sial.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomansaAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...