NP: Moon MyungJin-Crying Again [Ost. The Heirs]
____
Setelah perkataan pria itu yang masih terdengar ambiguㅡuntuk diri nya sendiri, kini mereka berakhir di sofa panjang yang berhadapan langsung dengan televisi yang tidak terlalu besar namun cukup mahal jika di lihat dari harga nya.
Setelah memutuskan untuk ikut masuk ke dalam rumah ini, memang hanya beberapa kalimat saja yang mengudara di ruangan ini. Entah itu masuk dulu Le, atau aku cuma punya teh, dan tunggu dulu disini. Selebihnya, tidak ada lagi. Ketika teh sudah selesai di seduh pun, Manda hanya meletakan nya di atas meja tanpa mengatakan apapun.
Televisi yang menyalaㅡmungkin saja di nyalakan oleh Chilleoㅡsaja tidak sanggup membunuh kesunyian yang sebenarnya tidak di kehendaki oleh Chilleo.
"Jangan lagi," akhirnya suara itu menggema di udara.
Chilleo yang awalnya menatap lurus kepada layar televisi, sontak menoleh. Mendengar ucapan selirih itu, kening nya menyerngit. Antara bingung, tidak mengerti atau meminta penjelasan. Dan gerak wanita di samping nya yang terlihat tidak nyaman, membuat diri nya kembali menatap wajah cantik yang kini sibuk mengedarkan pandangan nya.
"Aku tidak mengerti," timpal nya pelan. Dari suara nya pun, semua orang pasti tahu, pikiran nya sedang bercabang kemana-mana.
Kepulan asap teh menimbulkan semerbak bau yang semakin membuat suasana hati nya bergemuruh. Sebagai seorang lelaki, seharusnya perasaan ini tidak boleh ia rasakan. Kehilangan, ia takut akan itu.
"Jangan seperti ini. Membuat aku bingung dan berakhir menjadi raguㅡ"
"Apa yang sudah aku perbuat?"
"Banyak." helaan nafas itu terdengar kasar dan tidak stabil. Membuat Chilleo segera menarik lengan kecil itu untuk berhadapan dengan nya. Meminta penjelasan, namun lidah nya mendadak kelu. Bibir wanita di hadapan nya yang seperti akan berkata lagi, membuat nya semakin bungkam.
"Sikap kamu, adalah satu hal yang sampai saat ini masih membuat ku tidak mengerti. Kamu yang di awal pertemuan kita bersikap begitu lembut dan belakangan, belakangan kamu berubah menjadi sosok yang tidak aku kenal. Terlebih di malam itu, malam dimana kamu mencium aku, mengatakan kamu ingin sakit bersama aku. Apa? Apa yang sebenarnya kamu mau? Aku masih mencintai pria lain, tapi kamu seolah tidak perduli. Kalau saja itu hanyalah omong kosong belakaㅡtolong, tolong berhenti sampai di sini. Karena seperti yang pernah aku katakan, kedekatan kita hanya akan membuat semua nya terasa sakit. Dan akuㅡ"
"Takut." potong Chilleo dengan nada suara nya yang tenang dan kilat mata nya yang berpendar tak beraturan. Jauh di lubuk hati nya, ia ketakutan.
Manda spontan memundurkan tubuh nya, membuat lengan yang tadi masih berada di dalam tangan Chilleo, sontak terlepas. Mata nya menatap kilat mata itu dengan begitu tajam nya, mencoba mengubur dalam-dalam sebersit ketakutan yang sempat muncul sepersekian detik. "Ya, aku memang takut. Takut untuk menjadi sosok antagonis disini. Tapi jauh daripada itu, aku memiliki ketakutan yang lain. Yang mungkin, bisa saja di akhir cerita nanti akan membuat ku sakit, atau membuat dia sakit."
Chilleo menegakan tubuh nya kembali. Suara tawa lirih mulai terdengar di ruangan itu, "Aku kira, semua nya akan baik-baik saja. Aku kira, mulai malam itu aku bisa untuk benar-benar memulai untuk berjuang. Dan shit, itu semua hanya perkiraan ku saja bukan?"
"Apa yang mau kamu perjuangkan? Tidak ada, asal kamu taㅡ"
"Demi Tuhan, Man! Satu jam yang lalu kamu masih tertawa akan sikap ku, kamu masih tersenyum begitu lembut nya ke arah aku. Kenapa kamu tiba-tiba menjadi seperti ini?"
"Bukan kah kamu juga seperti itu?"
+(+)+
Hening, dan rintikan hujan yang turun sepuluh menit yang lalu bagai teman baru untuk Manda. Chilleo belum pulang, ia yakin itu. Setelah kalimat yang di lontarkan pria itu, Manda memang langsung masuk ke dalam kamar dan langsung duduk di pinggir ranjang. Memandang hamparan hijau dari jendela yang memang belum ia tutup gorden nya.
"Ada yang salah dengan ku... Jangan, jangan, jangan gila kamu Man!" racau nya pelan seraya memegang tempat dimana jantung nya berdetak.
"Bukan ini yang seharusnya aku rasakan, perasaan bodoh macam apa ini?" ujarnya dengan tangan yang kini memukul pelan dada kiri nya.
Bodoh, semua ini benar-benar semakin membuat nya merasa dirinya bernar-benar bodoh. Di mulai dari pintu yang sialnya, belum ia kunci. Kemudian Chilleo yang kini berada di hadapan nya dan menarik tangan nya untuk berhenti.
"Jangan di lakukan lagi." ujarnya pelan seraya meletakan kedua tangan Manda di atas paha wanita itu yg tertutupi celana tidur berwarna hijau daun dan terdapat berbagai motif bunga kecil. "Maafkan aku. Dan aku tidak akan mengingat lagi apa yang tadi kamu katakan. Sekalipun kamu tidak perduli atau acuh, aku juga akan melakukan hal yang sama. Dan keinginan ku, tetap tidak berubah. Dan kamu tahu itu. Aku pulang ya, jangan menangis lagi." ujarnya seraya menghapus airmata yang turun di pipi tirus Manda.
Dan setelah satu ciuman lembut yang mendarat di kening nya, Chilleo keluar. Entah apa yang pria itu bawa, yang jelas, seluruh nya, hanya merasakan sakit. Dan airmata nya yang tidak pernah berhenti menetes. "Bodoh,"
Tbc.
Ini emg pendek. Mereka dulu aja ya hehe ohiya thankyou buat yg udh baca dan ninggalin vote di sini. Maaf masih suka ngecewain, atau alurnya yg nggak sesuai ekspetasi. Di coba semaksimal mungkin kok, hehe. THANKYOU:3
KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomantizmAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...