[SEMBILAN BELAS]

24.6K 1.6K 10
                                    

Chilleo menatap laki-laki di hadapan nya dengan pandangan bosan. Tangan nya sedari tadi hanya mengaduk-ngaduk dessert yang di sediakan di sebuah ruangan khusus yang hanya di peruntukan bagi keluarga besar Bara dan Tiara. Dan termasuk diri nya.

Jika saja ia bisa lebih awal memasuki ruangan ini, mungkin bisa saja kini ia berada di meja yang sama dengan Joan, Ashley, dan Carlotte. Salah kan saja, mengapa hanya meja ini yang masih memiliki kursi kosong. Dengan jarak antara meja satu dengan meja lain yang cukup berjauhan, membuat Chilleo merasakan benar-benar jengah dan bosan.

"Jangan pulang dulu, ada yang masih ingin aku katakan pada mu." ucap Bara tenang seraya memotong potongan kue red velvet nya.

Chilleo bergumam kecil, "Aku justru ingin pergi daritadi, jika aku bisa."

Tiara yang merasa pembicaraan ini menjadi tidak nyaman kemudian berceletuk, "Kita belum pernah bertemu sebelumnya, bukan? Aku sudah mendengar banyak tentang kamu, Chilleo. Ternyata memang benar, adik mu terlihat lebih dewasa Bar." ucap Tiara pelan seraya tersenyum lembut.

Chilleo, yang sibuk menunduk itu kemudian menoleh dan mendongak menatap tunangan dari orang yang begitu ia benci.

"Kita juga harus mengobrol lebih banyak setelah ini. Seperti nya, kamu jauh lebih sering mendengar tentang diriku sehingga sedikit waktu mu untuk tahu lebih dalam siapa laki-laki di sebelah mu. Benar?"

Tiara mencoba untuk menenangkan sedikit perasaan nya yang berkecamuk tepat di akhir perkataan Chilleo, dan berkata dalam hati bahwa jika ini berlanjut akan baik-baik saja. Semua nya akan baik-baik saja.

"Aku mungkin adalah orang yang paling tidak tahu siapa laki-laki di sebelah ku. Aku tidak tahu apakah besok ia akan masih bersama ku atau tidak. Tapi aku tidak punya waktu untuk berandai-andai, Chilleo. Karena percuma saja, aku tidak akan pernah tahu rencana Tuhan untuk aku. Yang aku tahu, Tuhan sudah memberi ku kebahagiaan saat ini."

Bara menoleh dan menatap tunangan nya yang masih tersenyum menatap saudara kembarnya. "Jika aku orang yang paling tidak tahu, bukan kah seharusnya kamu lebih tahu tentang dia? Kalian dulu berada di satu rahim yang sama, kalian tumbuh bersama-sama juga di dalam satu waktu yang sama, bukan?" ucap Tiara lugas.

"Tiara," suara Bara terdengar tidak suka akan topik pembicaraan yang seperti ini. Tujuan nya hanya meluruskan apa yang sebenarnya terjadi antara diri nya dan Helena, dan Tiara justru mengungkit pembicaraan yang mungkin, tidak saja menyakiti perasaan Chilleo. Namun juga membuat perih sudut hati nya.

"Kita bermain perumpamaan saja. Jika kalian berada di satu rahim yang sama, bukan kah jika saudara kembar mu sakit, kamu akan sakit juga? Karena kalian sangat bergantung satu sama lain saat itu." ucap Tiara yang masih keukeuh dengan pembicaraan ini.

"Tiara, berhenti."

"Tapi semua hal juga dapat berubah dalam waktu singkat. Dan aku, aku hanya mengikuti apa yang Tuhan beri untuk aku. Aku memiliki perasaan dan Tuhan tahu, setiap manusia tidak akan pernah bisa bahagia terus menerus dan oleh sebab itu, rasa tidak suka pasti akan muncul dengan sendiri nya." jawab Chilleo spontan dan tegas.

"Tapi apa yang kamu lakukan saat ini, adalah sebuah kesalahan. Kamu membenci tanpa sebuah alasan yang tepat, Chilleo. Kebencian kamu, hanya akan membawa perselisihan yang tidak akan pernah berujung. Karena apa? Karena kamu justru membentengi kesalahan itu. Kamu membentengi nya, hingga kamu tidak sadar, siapa yang sebenarnya bersalah disini. Karena kesalahan itu berada di belakang kamu, dan kamu hanya terus menerus membenci apa yang ada di depan kamu. Karena tidak selamanya korban adalah korban. Hidup tidak semudah itu, hidup bukan yang tersakiti, adalah korban nya. Tidak seperti itu, Chilleo."

"Tiara, bukan ini yang aku ingin kan. Jadi berhenti." ucap Bara seraya meraih lengan wanita itu. Mencoba untuk membuat wanita itu mengerti, bahwa bukan ini yang ia ingin kan.

"Aku hanya meluruskan apa yang sebenarnya terjadi, dan aku akan menyelesaikan nya sebentar lagi."

"Aku sudah kehilangan banyak hal karena dia. Aku sudah menyakiti orang-orang disekitar ku karena dia, dan apa yang bisa aku lakukan selain aku membenci dia? Tidak ada sama sekali," ujar Chilleo datar dan tanpa ekspresi sama sekali. Hati nya tiba-tiba berkecamuk, seluruh ucapan Tiara seakan-akan berputar di dalam memori nya. Suara-suara itu seolah-olah meminta nya untuk berbuat sesuatu.

"Maaf, aku terlambat."

Chilleo menoleh dan menatap wanita yang dibalut dress putih gading itu lamat-lamat, kemudian tiba-tiba seluruh emosi nya meluap entah kemana. Emosi nya seakan hilang di telan bumi, karena wanita itu...

Satu jam yang lalu...

"Kamu bisa datang kemari?"

Amanda menegakkan posisi nya yang mula nya tidur menjadi bersandar di sofa hitam di depan televisi. "Ini siapa?" ucap Manda pelan.

"Debara. Kamu masih ingat? Kamu bisa datang, bukan? Aku akan bicara pada Chilleo dan aku harap kamu ada bersama dia. Karena seperti nya, hanya kamu yang bisa meredakan emosi nya dengan cepat."

Manda melihat jam yang terletak di atas nakas di ruang tamu, "Apa aku tidak terlalu terlambat?" ucap Manda pelan.

"Tidak, Amanda. Tidak sama sekali."

Setelah perkenalan singkat dengan Tiara tadi, Manda segera menarik diri dan menarik Chilleo untuk keluar dan berbicara. "Kamu baik-baik saja?"

Kamu baik-baik saja adalah gambaran dari seluruh pertanyaan yang ada di benak Manda setelah tahu ada yang tidak benar dengan sikap Chilleo dan feeling nya untuk yang satu itu tidak akan pernah salah. Karena ini adalah mengenai Chilleo dan Bara.

"Wanita itu berkata bahwa aku sebebarnya membentengi orang yang bersalah. Apa maksud nya?" ucap Chilleo pelan.

Suara daun-daun hijau yang di terpa angin membuat Manda bepaling dan merasa tenang, kemudian sejenak seperti melihat dunia baru. "Jelas-jelas laki-laki itu yang bersalah."

Manda menoleh, "Apa selama ini kamu pernah bertanya kepada dia, kenapa ia melakukan hal itu?"

Chilleo menggeleng. "Berbicara dengan dia sama saja membuka jahitan luka itu satu per satu. Dan aku membenci itu, terluka sangat menyakitkan dan aku--"

"Disitu lah kesalahan menurut versi kamu itu muncul. Dan semakin keukeuh kamu menyakinkan diri kamu kalau Bara adalah kesalahan, semakin tebal pula kebencian itu. Kebencian kamu itu tidak beralasan, Chilleo." ucap Manda memotong ucapan Chilleo.

Chilleo menoleh, "Apa maksud kamu? Kamu tahu, kalau dia yang merebut Helena dari aku? Kamu tahu di saat aku sudah hampir menikah dengan Helena, aku harus kehilangan dia? Kamu tahu?!" Chilleo berteriak frustasi di kalimat akhir dan menatap Manda dengan pandangan marah.

Manda mencoba meraih lengan Chilleo namun langsung di tepis oleh pria itu. "Aku tahu, aku tahu Chilleo. Tapi bukan berarti kamu bisa menyalahkan orang lain tanpa kamu tahu apa-apa tentang hal itu. Di benci tanpa alasan juga sangat menyakitkan kalau kamu mau tahu."

"Brengsek. Kalian semua hanya bisa menyalahkan sikap ku tanpa merasakan bagaimana rasa nya berada di posisi ku. Ketika orang yang aku cintai lebih memilih saudara ku sendiri, kalian tidak akan pernah merasakan hal itu!"

Chilleo beranjak dari duduk nya dan berjalan meninggalkan Manda yang tercenung. Dan di langkah ke lima, tubuh nya berhenti dan terdiam.

"Bagaimana jika aku juga merasakan nya? Saat ini. Sama seperti perkataan mu, aku juga merasakan nya."

Tbc.

Jangan lupa vote dan comment, thankyou<3<3

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang