[EMPAT PULUH LIMA]

21.1K 964 7
                                        

Helena terdiam di tempat nya. Menikah? Dengan Narendra? Tidak mungkin. Ia hanya mencintai Chilleo. Bukan Narendra atau siapapun lagi. Di saat dia dapat berfikir secara realistis pun, dimana ada orang yang mau menikahi seseorang yang tidak mencintai nya? Entah tolol, bodoh atau umpatan-umpatan yang lain mungkin akan segera menyerbu sosok itu di detik pertama ia mengatakan nya. Dan salah satu nya adalah Helena. Dengan nafas yang masih sedikit tersengal, ia menunduk dalam ke arah lantai putih di bawah kaki nya.

"Jalan yang saya tawarkan hanya itu." ucap Narendra pelan, dan kemudian suara sepatu yang bertemu dengan lantai kembali terdengar. Menandakan, bahwa Narendra mungkin sudah kembali ke kursi kebesaran nya di ruangan ini.

"Ren..." ucap Helena pelan. "Kamu tahu kan siapa yang aku cintai? Tapi kenapa kamu melakukan ini?" gumam Helena pelan. Kali ini, sungguh, tidak ada kepura-puraan di dalam ucapan nya.

Narendra menatap Helena pelan. "Because i love you. Karena saya mencintai kamu, saya melakukan ini."

Helena terkejut. "Kenapa kamu mencintai wanita seperti aku?"

"Kenapa kamu mencintai pria yang tidak mencintai kamu?" ucap Narendra menimpali. Membuat Helena sedikit terperangah tidak percaya.

"Ren!" ucap Helena seraya bangkit dari duduk nya. "Kamu dengar aku baik-baik. Semua ini adalah kebohongan. Aku, kamu, semua ucapan ku dan apapun yang pernah aku lakukan untuk kamu, semua nya adalah kebohongan. Tidak ada Helena yang mau belajar untuk mencintai kamu, tidak akan pernah ada!"

Hati siapa yang tidak akan sakit? Baik wanita maupun pria, jika di hadapkan dengan runtutan kalimat itu, tentu akan terluka. Sama hal nya dengan Narendra. Di dunia ini, untuk yang pertama kali nya ia merasakan bagaimana sakit nya penolakan. Bagaimana hancur nya di hadapkan dengan kenyataan dimana perasaan hanya di anggap sebagai sampah. Harapan Ibu nya sudah pupus seiring ucapan-ucapan itu keluar dari bibir wanita yang ia cintai. Semua ini memang berangkat dari keinginan Ibu nya, dan di realisasikan oleh Ayah nya yang mengatakan bahwa ada teman nya yang mau mengenalkan anak nya.

Cantik, satu kata itu muncul di benak nya begitu sebuah foto ada di dalam genggaman tangan nya. Tidak ada yang tahu, bahwa setelah pertemuan mereka Narendra merasakan bahwa ia benar-benar jatuh cinta. Helena yang di kenal nya adalah wanita yang selalu to the point, cantik, pintar, lembut dan memang sedikit cuek. Tapi bukan kah seorang wanita harus menjaga image nya di hadapan seorang pria?

Benar-benar tanpa celah.

Namun sekarang ia tahu, ada satu celah kecil di balik semua kesempurnaan wanita itu.

"Sudah? Apalagi yang mau kamu katakan kepada saya? Kebohongan mana lagi, yang mungkin belum saya tahu?" tanya Narendra pelan. "Karena, saya sudah tahu itu semua sebelum kamu memberitahukan itu kepada saya."

"Brengsek!" umpat Helena kencang seraya menatap geram ke arah Narendra.

"Len," ucap Narendra pelan. "Kamu tahu, di balik keras nya wanita, ia pasti memiliki sisi kelembutan. Wanita akan menjadi seorang Ibu nanti nya. Dan saya yakin, kamu memiliki itu juga. Saya akan tetap berada di posisi ini. Tidak perduli kamu mau lari atau pergi. Perasaan saya memang hancur, tapi saya tidak akan menghancurkan harapan Ibu saya. Bukan, bukan karena beliau saya melakukan ini. Saya benar-benar tulus mengenai perasaan saya. Terlepas dari semua itu, saya memiliki harapan lain yang tidak akan saya hancurkan begitu saja. Kamu boleh menolak, tapi juga biarkan saya untuk berusaha. Karena saya yakin, usaha yang tulus tidak akan pernah mengkhianati."

Pukul lima sore. Manda berdiri di depan lobby dengan menyilangkan kedua tangan nya. Gerimis masih ada, menandakan sisa-sisa hujan yang muncul beberapa jam yang lalu. Chilleo sudah mengabari nya bahwa ia sudah dalam perjalanan.

"Man, belum balik?" suara Mbak Senda, yang sudah lengkap dengan jas hujan merah nya itu langsung di balas gelengan oleh Manda. "Bareng, yuk? Mbak masih punya jas hujan punya nya suami Mbak. Di tinggal di jok motor." tawar Senda yang lagi-lagi di balas gelengan oleh Manda.

"Makasih, Mbak." ucap Manda pelan dan setelah itu sebuah mobil fortuner hitam memasuki pelataran di depan lobby.

"Ealah, ya pantes nolak. Di jemput pangeran ternyata. Ya kalah lah, motor ku sama yang model gituan!" seloroh Senda seraya tertawa yang mau tak mau juga mengundang tawa milik Manda. Sedikit tidak enak memang, namun bagaimana lagi, diri nya memang menunggu Chilleo kan?

"Udah lama?" ucap Chilleo pelan setelah tersenyum kecil ke arah Senda. "Barusan kok. Ohiya, kenalin ini Mbak Senda. Dia senior ku di sini." ucap Manda memperkenalkan Senda.

"Senda."

"Marchilleo."

Setelah kedua orang itu saling berjabat tangan, Manda pamit. "Mbak, duluan ya. Hati-hati pulang nya, jangan ngebut-ngebut." ucap Manda.

Senda menganggak jari jempol nya. "Siap. Hati-hati ya," balas nya.

Suasana mobil yang hening membuat suara gerimis di luar, menjadi satu-satu nya suara yang ada. Mereka diam bukan tanpa alasan. Keterkejutan itu masih terasa sekali di hati kedua nya. Entah berbeda konteks, mereka sendiri pun tidak mau berusaha untuk mencari tahu.

"Dia nggak melakukan apapun sama kamu kan, Man?"

"Nggak. Kita nggak ketemu lagi setelah tadi pagi. Nggak perlu khawatir, mungkin dia kembali memang benar-benar untuk menjadi yang lebih baik." ucap Manda pelan. Sebenarnya, dia jauh lebih khawatir. Sangat khawatir, jika wanita itu kembali ke dalam kehidupan Chilleo. Bukan tidak mungkin, 'kan kalau semisal Chilleo tahu bahwa Helena tidak sepenuhnya salah, dia akan memaafkan Helena? Ya Tuhan, kenapa sekarang justru diri nya sendiri yang merasa jahat di sini?

"Tapi semua itu baru kemungkinan ..."

"Postive thinking aja. Semua orang bisa berubah, 'kan?"

Chilleo mengangguk. "Oke ... Mmm, akhir minggu ini kamu sibuk?"

Manda menggeleng. "Nggak," ucap nya. "Kenapa memang nya?"

Chilleo tersenyum lembut. "Nggak," ucap Chilleo seraya menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. "Mama mau ketemu. Gimana? Besok malam Sabtu, dinner."

Tbc.

NGGAK CAPEK2 BUAT NGUCAPIN THANKYOU BUAT YG UDH BACA, VOTE DAN COMMENT. ((SEKALI LAGI)), INI SANGAT-SANGAT-SANGAT BERHARGA BUAT AKU. MAKASIHHH! HEHE.

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang