[DELAPAN BELAS]

24.3K 1.5K 19
                                    

Hari minggu, dan hari ini adalah hari bahagia untuk Bara dan Tiara. Dekorasi bernuansa putih dan soft pink memenuhi ballroom luas milik salah satu hotel ternama di Jakarta. Semua terlihat bahagia dan berbagai senyuman terlihat di seluruh bibir orang-orang yang hadir dan memberi ucapan selamat untuk mereka. Tak terkecuali Tiara yang sangat menawan dengan gaun panjang berwarna putih dengan riasan natural yang menunjukan betapa memukau nya wanita itu.

"Saudara kembar kamu datang?" suara Tiara membuat Bara yang sedang meminum soda itu menoleh. Menyerngit tidak percaya laki-laki itu akan datang ke hari bahagia nya.

"Kamu pernah cerita hubungan kalian tidak cukup baik, bukan?" ucap Tiara pelan. Kemudian beranjak untuk mendekati Chilleo yang berada di ujung ballroom dengan segelas orange juice di tangan nya.

"Tunggu, kamu mau bicara dengan Chilleo?" ucap Bara seraya menahan lengan tunangan nya itu. Melihat Tiara yang mengangguk ragu, Bara justru memberi respon lain. "Jangan sekarang. Kita akan menemui dia di akhir acara. Sebentar lagi selesai,"

Tiara mengalah dan kemudian kembali ke duduk nya. Sesekali melirik Chilleo yang hanya terdiam membelakangi mereka dan memilih memandangi pelataran taman luas hotel berbintang itu dari balik jendela besar yang di dekor sedemikian rupa.

"Congratulation, Tiara."

Tiara menoleh dan menemukan Helena yang datang dengan dress panjang yang cukup menunjukan lekuk tubuh nya dan rambut hitam legam yang diurai bergelombang di bagian bawah.

"Thankyou, Helena. Kamu datang sendiri?" ucap Tiara tenang. Seakan-akan mereka adalah teman dekat yang dengan tulus merasa bahagia melihat teman nya, bahagia.

Helena tersenyum kecil. Kemudian melirik Bara yang tampak tidak nyaman dengan kehadiran nya di tengah-tengah meja bundar yang hanya di peruntukan untuk Bara dan Tiara. Sedangkan beberapa keluarga terdekat mereka berada di meja lain.

"Tentu saja. Seperti nya kita harus sering mengobrol untuk lebih tahu satu sama lain, Tiara. Sekali lagi congratulation untuk kalian berdua, semoga kalian lebih bahagia dari sebelumnya. Aku duluan kalau begitu, permisi." ucap Helena seraya menunjukan senyum kecil nya.

"Tidak kah menurut mu hidup berjalan begitu keras? Aku bahkan hampir menyerah dan berniat untuk melepaskan semua hal dalam hidup ku."

Chilleo mendesah malas seraya menggenggam erat gelas kaca di tangan nya. "Hanya hidup mu yang berjalan seperti itu, Helena." ucap Chilleo pelan.

"Kamu mungkin memang benar. Dan aku sekarang sadar, tidak seharusnya aku melepas mereka, karena hanya mereka yang aku miliki. Bukan kah begitu?" ucap Helena kemudian meminum soda yang memang di sedia kan disudut ruangan.

Chilleo menoleh dan menatap mantan tunangan nya itu dengan pandangan prihatin. "Kamu tahu? Dulu, aku jatuh ke dasar laut yang gelap dan sunyi. Lalu kamu datang, mencoba mengeluarkan ku dan aku mengikuti mu. Aku mengikuti mu sampai aku hampir gila dan takut kehilangan tangan yang menarik ku keluar saat itu. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu justru membuat ku terjatuh dan tenggelam untuk yang kedua kali nya. Dan sekarang kamu berniat untuk melakukan kebaikan itu lagi. Apa menurut mu aku akan menerima uluran tangan mu kembali? Maaf, tapi aku tidak akan melakukan nya."

Helena terdiam dan tubuh nya seperti tidak bisa merasakan hal lain, kecuali nyeri di dada kiri nya. "Tapi kali ini, aku akan benar-benar membawa mu keluar. Dan asal kamu tahu, aku di jebak saat itu. Aku dijebak oleh saudara kembar mu. Seharusnya dia yang kamu hukum. Bukan aku, Le. Bukan." ucap Helena lirih.

Aku sudah menghukum nya. Aku sudah sangat membenci nya, asal kamu tahu...

"Dan kamu, masih mencintai aku..." ucap Helena lagi.

Benar... Tapi,

"Kamu hanya belum bisa menerima keadaan." ucap Helena frustasi. Beruntunglah saat ini mereka berada di salah satu sudut ballroom, sehingga hanya segelintir orang yang hilir mudik dan pasti tidak akan terlalu ambil pusing dengan kedua nya.

"Tapi aku tidak akan kembali pada lubang yang sama Helena, karena aku bukan orang bodoh." ucap Chilleo pelan dan lugas. Kemudian berlalu meninggalkan Helena yang masih berdiam diri ditempat nya.

Daniel masih menatap istri nya yang sedang merapikan baju mereka dengan seksama. Besok pagi mereka harus segera kembali ke Jakarta karena Daniel memiliki pekerjaan mendadak yang mengharuskan ia untuk pulang besok pagi. Entah mengapa, mengingat pertanyaan Dhavi membuat sudut hati nya sakit. Melihat bagaimana ekspresi dan reaksi Maura setelah Dhavi meminta maaf atas pertanyaan nya membuat Daniel hanya bisa terdiam.

Mereka dulu memang sangat dekat. Aku juga tahu akan hal itu, jadi jangan terlalu difikirkan lagi.

"Dan?"

Daniel menoleh cepat, memperbaiki mimik muka nya kemudian menyahut. "Iya? Oh sorry," ucap Daniel pelan.

Maura mengulang kembali pertanyaan nya. "Kamu besok pagi mau sarapan dulu? Atau mau cari makanan ringan?"

Daniel menjawab pelan. "Kita sarapan dulu di sini."

Maura menyelesaikan kegiatan packing nya kemudian berjalan keluar. "Oke, aku akan bangun pagi besok. Tidurlah,"

Begitu memasuki dapur, Maura segera masuk ke dalam kamar mandi yang terletak di sudut dapur dan luruh di balik pintu. Senyum palsu nya pudar dan diganti kan oleh airmata yang turun di kedua pipi putih nya.

Menangis adalah satu-satu nya pelampiasan yang sangat tepat untuk mengeluarkan segala uneg-uneg di dalam hati Maura saat ini.

Tbc.

Vote dan comment jangan lupa<3<3<3 thankyou.

A/n: kalau ada yang ngerasa cerita ini begitu random, maka kalian-kalian tidak sendirian awkwk. yah inti nya aja, setiap orang punya perasaan begitu juga chilleo, manda maupun daniel. dan menurut aku kalau disaat ada banyak cast di cerita ini, dan hanya selalu chilleo-manda yang di ulas pasti akan terkesan monoton dan membosankan. jadi anggap aja cast selain mereka berdua itu sebagai hiburan ditengah cerita ahaha. (tp yg banyakan galau maura-daniel ya hmm) +bcs bikin bagian mereka itu yang paling mudah. Kalem ketemu kalem jadi klop wkw+

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang