Pagi ini setelah berdebat panjang dengan Chilleo yang bersikukuh untuk mengantar Manda ke butik, akhirnya Manda bisa sedikit bernafas lega saat memasuki lobby parkir. Belum banyak orang dan masih terbilang sepi. Jadi kemungkinan sangat kecil bagi orang-orang untuk tahu bahwa pagi ini diri nya di antar oleh Marchilleo Guerra. Mengingat bagaimana perbincangan wanita-wanita yang menjadi karyawati di sini saja sudah membuat jantung nya terasa menciut begitu saja.
Kemudian perihal Chilleo yang mengetahui rumah kontrakan nya, ia sudah menjelaskan nya semalam. Ternyata memang benar, orang yang di maksud oleh Arini tempo hari memang Chilleo. "Amanda!" seru seseorang yang berasal dari lorong di sebelah kanan nya.
"Mbak Senda?" ucap Manda kemudian berjalan menghampiri Senda yang tampak bersinar pagi ini. "Kamu baru datang? Cafetaria, mau nggak?" tanya Senda semangat.
Manda hanya mengangguk kemudian berjalan beriringan bersama Senda. "Kamu kok nggak cerita kalau ternyata kamu itu adalah tunangan baru nya Marchilleo?" tanya Senda langsung kepada Manda.
Yang di tanya pun hanya senyum-senyum saja, "Sebenarnya kalau boleh jujur sih, semalam itu ya pertemuan pertama kami lagi setelah beberapa waktu yang lalu kita sempat berselisih paham sedikit," ujar Manda jujur dan lugas.
Senda mengangguk-anggukan kepala nya. "Seorang Marchilleo bisa juga ya berselisih paham. Kalau di pemikiran Mbak ya, dia itu tipikal orang yang akan memberikan apa pun yang kekasih nya mau. Jadi berselisih paham mungkin adalah hal yangㅡ"
Manda tertawa kecil. Terdengar di paksakan. "Tapi balik lagi, Mbak. Saya sama dia pasti juga pernah melakukan kesalahan, bukan? Dan sebenarnya saya paling tidak enak itu dengan Pak Naren, acara nya harus sedikit kacau karena saya semalam."
Senda tertawa pelan kemudian berjalan menuju salah satu stand makanan kecil yang ada di paling ujung dari cafetaria minimalis ini. Begitu kembali, di tangan nya sudah terdapat nampan yang berisi dua mangkuk es buah dan beberapa makanan kecil yang dibungkus oleh mika.
"Wah, Mbak Senda tau aja, saya lagi pengen yang seger-seger gini. Jadi ngerepotin," ujar Manda seraya meletakan tas nya di bangku yang kosong di sebelah nya.
"Nggak ngerepotin kok, kan di bayarin kamu." jawab Senda kemudian tertawa lepas. Berbanding terbalik dengan Manda yang terlihat terkejut, "Yah, Mbak Senda nggak asik. Tapi... Ini beneran saya yang bayar?" tanya Manda dengan berbisik di kalimat terakhir.
"Nggak dong, saya nggak kejam sama junior kok. Jadi, anggap saja ini sedikit penyambutan dari saya." ujar Senda sedikit bangga dan kemudian mereka berdua tertawa bersama.
•
Naren tersenyum. "Nggak masalah. Saya takut nya kalau kamu nggak kenal dengan laki-laki itu. Just it."
Manda mengangguk pelan dan mencoba tersenyum untuk menutupi raut bersalah nya. Bagaimana pun, kejadian semalam bukan hanya membuat nya merasa bersalah dengan Naren. Namun ia yakin, karyawati-karyawati yang menyaksikan kejadian semalam juga pasti sedang ramai-ramai nya membicarakan hal tersebut. Bahkan saking tidak siap nya, Manda sedari tadi hingga selesai jam makan siang pun, diri nya hanya berkutat di balik layar komputer. Nyata nya, diri nya nya menatap monitor atau sesekali mengganti screensaver nya saja.
"Jadi, yang semalam itu adalah kekasih kamu?" tanya Naren membuyarkan lamunan Manda.
"Ah iya," ujar Manda pelan. "Dia memang kekasih saya," lanjut nya kemudian dan hanya mengangguk kecil.
"Oke, kamu bisa kembali bekerja." ujar Naren seraya kembali membuka laptop nya dan mulai menandatangani beberapa pesanan baru yang masuk hari ini.
Baru beberapa menit ruangan itu dalam keadaan hening, telepon Naren tiba-tiba berbunyi. Dan begitu melihat nama yang tertera di dalam layar handphone nya, ia acuh dan kembali fokus terhadap kertas-kertas yang ada di dalam genggaman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomanceAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...