Manda mengempaskan diri nya ke kasur begitu memasuki kamar. Setelah berbincang sebentar dengan bunda nya tadi, ia memang bergegas untuk segera masuk ke kamar.
Ia memang pulang ke rumah bunda nya, karena ia memang belum sempat berpamitan tadi, kecuali saat akan pergi ke kantor bersama Chilleo. Mungkin besok pagi, sekaligus pamit untuk berangkat bekerja.
Untuk saat ini, yang di butuhkan oleh tubuh nya adalah tidur.
•
"Kamu pulang jam berapa nanti? Mau Bunda masak-in apa?"
Manda mendongak, mengambil sendok untuk mengoleskan selai cokelat ke atas roti tawar nya. "Nanti aku langsung pulang ke apart, Bun." jawab nya.
Gerak tangan Griyanti yang sedang mengoles roti pun terhenti. "Kenapa nggak tinggal di sini aja, sih?" tanya nya pelan.
"Lebih deket sama kantor, Bun. Lagian nanti weekend 'kan aku bisa main ke sini." ucap Manda sebelum mengigit kecil roti yang sudah ia lipat.
Sementara itu, Maura semalam memang sudah kembali ke rumah nya bersama Daniel. Karena alasan pekerjaan, yang mengaruskan Daniel untuk berangkat lebih awal ke Bandara untuk terbang ke Lombok.
Griyanti mengangsurkan roti itu ke piring suami nya, dan kemudian menatap putri bungsu nya lekat-lekat. "Yaudah, jaga diri baik-baik. Jangan telat makan, jangan lupa minum vitamin nya. Bunda nggak mau kamu sakit, ok?"
Manda tertawa. "Iya, iya. Nggak bakal di lewatin satu pun," ucap nya setelah menyelesaikan sarapan nya kemudian meminum susu vanilla, yang menjadi favorite nya. "Yaudah, aku berangkat ya, Yah, Bun." ucap nya kemudian berdiri dan mengecup pipi bunda dan ayah nya bergantian.
"Hati-hati."
"Ok,"
•
Setelah memastikan ia tiba di kantor sepuluh menit lebih awal, ia segera berjalan menuju bagian administrasi di lantai dua. Dan setelah bertanya sana-sini, akhirnya ia menemukan sosok yang bernama Nadia.
"Permisi..." ucap Manda pelan, membuat sosok di hadapan nya itu mendongak. "Iya, ada yang bisa di bantu?" tanya nya seraya berdiri dari duduk nya.
"Saya mau buat kartu pegawai," ucap Manda seraya menyodorkan map berisi biodata nya.
Wanita bernama Nadia itu kemudian tersenyum, dan menarik map itu. Membaca nya sebentar, kemudian kembali mendongak. "Ok, bisa di tinggal dulu. Nanti jam istirahat, bisa di ambil ya." ucap nya ramah.
Manda mengangguk, kemudian tersenyum tipis. "Thankyou,"
Dan setelah itu ia kembali berjalan untuk mencari lift, dan berhenti setelah menekan tombol di sana. Manda sekali lagi memperhatikan penampilan nya. Celana kain hitam yang memanjang sampai tumit, baju kain tosca yang ia balut dengan blazer berwarna hitam. Rambut nya sengaja ia tidak pasangi hairnet, karena melihat kebanyakan wanita di kantor ini memang tidak memakai nya. Tidak seperti di Bandung, dimana setiap wanita yang memiliki panjang rambut melebihi bahu, wajib menggunakan hairnet.
Ting
Manda mendongak, dan kemudian berjalan memasuki lift. Setelah memencet tombol dengan angka sepuluh, ia segera berjalan ke bagian belakang dan membiarkan beberapa karyawati lain memasuki lift.
"Gue nggak bisa ikut, deadline nyekik Lin." ucap salah satu dari empat orang wanita yang berada dalam satu lift yang sama dengan nya.
Wanita yang berambut sebahu itu kemudian mendecak pelan. "Gue juga. Bentaran doang, mau cobain sushi nya tau. Kata nya enak parah," ucap nya antusias.
"Deadline gue besok, Nyet. Gila apa gue taruhin itu cuma buat sushi?"
"Nggak seru ah, lagian sekarang Pak Chilleo udah macem kerja rodi tau nggak sih." ucap nya sebal. "Dikit-dikit deadline kamu dua hari, deadline kamu tiga hari. Lah, di kira nya tangan kita macem robot apa," lanjut nya berapi-api. Sementara teman-teman nya yang lain hanya tertawa dan menggelengkan kepala nya.
Setelah lift terbuka di lantai sepuluh, Manda bergerak maju dan bergumam permisi pelan. Dan sontak ke empat wanita di hadapan nya ber-ooh pelan dan membuka jalan untuk nya.
•
Maura Agrianna: Man, maaf ya semalem kakak pulang nggak sempet pamit. Km blm pulang, kakak jg baterai nya low
Manda menarik kedua ujung nya sedikit, kemudian mengetik balasan nya.
Agairana A: no problem. Bunda udh bilang kok.
Maura Agrianna: ok, have a nice day :)
Agairana A: too ;)
Setelah membalas pesan Maura, ia memasukan lagi handphone nya ke dalam tas dan menyampirkan tas nya di kursi berwarna hitam yang kini ia duduki.
Kepala nya bergerak kesana kemari mencari map-map tebal yang kemarin ia tumpuk di bagian sebelah kanan meja nya. Alis nya bertaut, kemudian menanyakan hal itu pada teman di sebelah kubikel nya.
"Mmm, maaf," ucap nya pelan, menginterupsi sejenak pekerjaan perempuan di hadapan nya.
"Iya, gimana?" tanya nya halus. "Itu," gumam Manda pelan. "Liat map-map tebal yang di sini nggak?" tanya nya seraya menunjuk bagian dimana ia meletakan map-map itu kemarin.
Yang di tanya hanya diam awal nya, kemudian menggeleng. "Nggak lihat sih gue daritadi. Udah coba tanya Pak Agus? Biasa nya beliau yang rapi-rapi daerah sini." saran wanita itu.
Manda hanya tersenyum seraya mengucapkan terimakasih. Kemudian ia mengambil langkah untuk mencari Pak Agus, walaupun ia tidak tahu, Pak Agus itu yang mana.
Setelah turun ke lobby, ia berbelok ke arah kanan dimana ia menemukan kata pantry di bagian depan lorong. Dan begitu membuka pintu di hadapan nya, yang ia temukan hanya sosok tinggi tegap dengan kemeja putih yang di padu kan dengan celana kain cokelat.
"Cari siapa?"
Manda kikuk di tempat. "Mau cari Pak Agus," jawab nya pelan.
Lawan bicara nya terlihat bingung. "Pak Agus OB?" tanya nya seolah memastikan, yang hanya di balas anggukan kecil oleh Manda.
Kemudian, lawan bicara nya tertawa kecil. "Kamu cari OB di sini? Pegawai baru ya?" tanya nya lagi.
Manda masih terdiam, mencoba mencerna baik-baik. Dan kemudian lawan bicara nya mendekat, dan menunjuk ke arah label besar di depan pintu. "Di sini bukan pantry OB 'kan?" tanya nya lagi.
Dan saat itulah, Manda merasakan pipi nya memanas. Mata nya melirik ke arah label besar bertuliskan DAPUR BERSIH KARYAWAN, dan kemudian merutuk dalam hati.
"Nggak apa-apa." sela lawan bicara nya. "Nama nya juga pegawai baru, 'kan?" ucap nya geli.
"Kalau mau cari Pak Agus, kamu bisa ke pantry di ujung lorong sana. Yang pintu terakhir, biasa nya beliau ada di sana."
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomanceAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...