[SEMBILAN]

34.8K 2.2K 13
                                    

Suasana di mobil menjadi hening setelah pembicaraan mereka beberapa saat lalu. Bahkan ketika Chilleo sudah memakirkan mobil nya di basement, ia tetap tidak bersuara. Hingga sebuah suara muncul, membuat Chilleo menoleh.

"Kenapa?" tanya nya begitu mendapati Manda yang sudah memegang safety-belt nya.

Manda menggigit bibir bawah nya dan melirik sebentar ke arah Chilleo yang sudah memandang nya sedari tadi. "Ini, safety-belt nya, aku rasa..." gumam Manda serba salah.

Chilleo sontak memajukan badan nya ke arah Manda dan meraih safety-belt di sisi tubuh Manda. "Saya lupa kalau safety-belt di sisi kiri memang sedikit bermasalah. Sebentar," ucap Chilleo seraya membenarkan safety-belt itu.

Chilleo tidak sadar, sedari tadi Manda menahan nafas nya. Mata nya menatap lurus ke arah hidung mancung Chilleo yang tepat berada di dua jengkal dari wajah nya sendiri.

Chilleo masih berkutat di sana seraya terus bergumam. "Saya udah bawa ke bengkel padahal, tapi masih aja kayak gini," gumam nya terus.

Dan setelah sabuk itu terlepas, Chilleo menoleh dan terdiam. Mata nya menatap penuh ke arah mata hitam yang menatap nya terkejut. Nafas nya tertahan sejenak, dan setelah itu badan nya menjauh. Ia sempat meraup oksigen sebanyak mungkin sebelum berucap pelan. "Maaf."

Manda mengangguk paham ketika Rini, sekretaris Chilleo menjelaskan beberapa hal. Mata nya sempat melirik ke arah Chilleo yang sibuk bergelung di tablet nya. Entah membaca apa. Yang jelas, raut pria itu sangatlah serius.

"Udah sih, cuma itu aja, ada yang mau di tanyain?"

Suara Rini sontak membuat Manda kembali ke alam sadar nya, dan tersenyum tipis. "Ooh oke. Nggak kok, makasih..." gumam Manda pelan yang di balas anggukan kecil oleh Rini.

"Oke, kalau gitu saya tinggal dulu. Selamat bekerja." ucap Rini ramah dan kemudian berbalik ke arah pintu keluar setelah mengangguk kecil ke arah Chilleo.

"Kamu sudah paham semua tugas mu?" tanya Chilleo seraya menggaruk pangkal hidung nya sendiri.

Manda mengangguk. "Sudah."

"Bagus. Kamu mulai kerja hari ini." ucap Chilleo.

Manda menyerngit. "Hari ini?" gumam nya pelan.

"Jam dua, kita ada meeting di Menteng, 'kan?" tanya Chilleo seraya membuka kembali tablet nya dan tiba-tiba suara muncul entah dari mana. Dan setelah itu, Rini kembali memasuki ruangan. Dengan banyak map di tangan nya.

"Ini semua proposal yang akan di ajukan?" tanya Chilleo seraya membuka map-map itu satu persatu.

"Iya, Pak. Sebagian sudah di acc, namun pihak kedua meminta sedikit revisi di beberapa bagian. Jadi, nanti kita hanya perlu untuk menjelaskan bagian revisi saja." jelas Rini yang di balas anggukan kecil oleh Chilleo.

"Oke. Kamu nanti persiapkan presentasi ini dengan sebaik mungkin. Proyek ini termasuk proyek besar. Dan saya nggak mau proyek ini gagal."

"Baik, Pak."

"Kamu yakin mereka membuat janji jam dua, Rin?" tanya Chilleo gusar kepada Rini yang bahkan sudah mengecek jam tangan nya berulang kali. "Iya, Pak. Di e-mail, PT. Hasipura menetapkan pertemuan jam dua." ucap Rini pelan.

"Ini sudah lebih dari setengah jam saya menunggu mereka." ucap Chilleo tajam.

"Selamat siang," ucap sebuah suara dari balik punggung nya.

Ia kenal suara itu.

Rini, yang lebih dulu menyadari kehadiran mereka, sontak berdiri dan memberi anggukan kecil. "Selamat siang," ucap nya lembut.

"Maaf, sudah menunggu lama. Kami ada sedikit masalah teknis tadi." ucap suara lain nya.

Dan begitu kedua orang yang baru saja datang itu menempatkan posisi nya, barulah Chilleo menahan nafas nya. Mata nya menatap tajam ke arah sosok wanita berbalut baju kerja dan blazer berwarna cokelat muda itu. Sial nya, wanita itu hanya menyunggingkan senyum tipis, seolah keadaan mereka baik ada nya.

"Baik, jadi kita bisa memulai meeting pada siang hari ini?" tanya Rini, yang di balas semua kepala di sana, kecuali Chilleo.

Presentasi telah selesai, setelah Rini beberapa kali menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh PT. Hasipura, mereka sepakat untuk menjalin kerjasama itu. Senyum puas terpasang di raut muka kedua belah pihak. Hingga mereka semua beranjak dan berjalan bersisian menuju keluar, suara itu kembali membuat langkah Chilleo berhenti, bukan karena suara saja sebenarnya, karena nyata nya, wanita itu, mencekal lengan nya. Dan beruntunglah karena seluruh orang-orang di sekitar mereka tidak menyadari hal itu.

"Hi, Le."

Sialan!

Kalau saja sapaan itu ada tanpa masalah sialan, mungkin ia akan tersenyum. Atau bahkan menarik wanita di hadapan nya ini ke dalam pelukan nya. Membau aroma shampoo vanilla, yang masih menjadi favorite untuk nya, sepuas mungkin. Mengingat berapa lama mereka sudah tidak bertemu.

Namun kini harapan itu telah pupus, hancur beiringan dengan rasa sakit yang di toreh wanita itu di dalam hidup nya.

"Hi, Le?" tanya Chilleo sakars. "Kenapa kamu tiba-tiba muncul lagi? Apalagi yang sebenarnya sedang kamu lakukan?"

Wanita di hadapan nya itu tersenyum tipis. Menarik ujung bibir nya ke arah kanan dan ke kiri sedikit. Menampilkan sisi angkuh namun lembut di sorot mata nya. Bukan judes, hanya seperti aura wanita yang berintelektual tinggi.

"Memperbaiki sesuatu, aku mau berubah dan mungkin, menunjukan kepada kamu, bahwa aku, tidak seperti apa yang kamu fikirkan." jawab nya pelan, nyaris seperti bisikan ketika wanita itu mengatakan nya tepat di depan telinga nya.

"Jangan bertindak bodoh," ucap Chilleo seraya menjauhkan diri nya. Membuat wanita di hadapan nya, sedikit menegang. "Jangan membuat aku, membuat kamu menyesal! Mengingat bagaimana kamu sudahㅡ"

"Nggak!" ucap wanita itu dengan intonasi yang lebih tinggi. "Aku nggak ada hubungan apapun dengan Bara!" ucap nya lagi, dengan tangan nya yang memegang tangan Chilleo dengan erat.

Chilleo menepis itu keras. Membuat mata wanita itu kembali berair, dan kemudian jatuh satu per satu. "Le, kamu salah paham..."

Chilleo mendengus. "Aku masih memiliki banyak pekerjaan, yang jauh lebih penting." ucap Chilleo seraya berjalan menjauh dan membuat wanita itu tersenyum miris.

Ini bukan Chilleo nya. Chilleo, dalam keadaan apapun akan menomorsatu kan diri nya. Tidak meninggalkan nya seperti ini.

Dan sebuah perasaan perlahan tumbuh di hati nya. Perasaan dendam yang perlahan membesar, menggeser sejenak cinta nya, dan kemudian ia mengapus airmata nya pelan. "Kamu, akan membayar semua ini dengan sangat mahal."

Tbc.

Awal nya, aku berfikir buat hapus dulu semua nya, memperbaiki satu-satu terus nanti di update lagi sehari minimal dua atau tiga part, tapi ... akhirnya, aku lagi-lagi nggak mengikuti "awal nya" haha. Smg, part yang baru jauh lebih bisa tersampaikan ya. Hehe, thankyou!😘

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang