Siang terik kota Bandung sudah bagai pelengkap di setiap jam makan siang nya tiga bulan terakhir. Keputusan nya untuk hijrah ke Bandung sudah benar-benar merubah hidup nya. Namun tidak ada satu hal pun yang di sesali nya. Ini konsekuensi yang harus di tanggung ketika ia sudah dapat memilih jalan nya sendiri.
Begitu pesanan salad dan segelas jus alpukat nya datang, mata nya begitu fokus dan mulai untuk menyantap makan siang nya. Begitu sesuap selesai, seseorang memanggil nama nya.
"Man, makan siang disini juga?"
Yang merasa nama nya dipanggil itu pun menoleh, menatap sebentarㅡmemastikan bahwa dirinya lah yang dipanggilㅡlalu tersenyum kecil. "Iya, ketagihan sama salad buah nya, nih." jawab nya pelan seraya mengangkat mika berisi kan salad yang sudah setengah habis itu sedikit.
Wanita itu tersenyum, seakan mengiyakan pernyataan itu. "Memang enak sih salad disini." ujar nya pelan seraya mengangguk. "Yaudah, gue duluan ya. Mau di makan di kantor soalnya," pamit wanita yang menyapa nya tadi kemudian berjalan menuju kasir, karena seperti nya nomor antrian nya sudah di panggil.
"Oke, Der. Hati-hati." ucapnya pelan dan setelah itu memandang punggung salah satu teman seperjuangan nya itu lamat-lamat lalu setelah itu mata nya kembali ke arah salad milik nya.
Sudah terhitung tiga bulan semenjak ia memutuskan untuk meninggalkan Jakarta. Meninggalkan segala kenangan nya disana. Berharap dengan seperti ini kilasan itu tidak kembali menyergap diri nya. Bandung memang bukan pilihan paling tepat, setidak nya ia bisa memilih tempat yang paling jauhㅡPapua mungkin, tapi disini lah ia sekarang. Berbekal rekomendasi seorang pemegang saham yang datang di acara wisuda nya, kini ia menempati bagian di salah satu divisi di Perusahaan terbesar di Bandung itu.
Lamunan nya membuyar ketika handphone nya yang ia letakan di atas meja bergetar dan muncul satu notifikasi baru di dalam nya. Begitu ia buka, ia tertegun.
Maura Agrianna: Kakak besok Rabu ada acara di Bandung. Bisa kita ketemu?
Tangan nya terdiam di satu titik. Pesan kesekian yang sudah memenuhi salah satu fitur di handphone nya itu terus seperti ini setelah tiga bulan lama nya.
Agairana A: aku masih ada pekerjaan. Next time gimana?
Dan jawaban yang sama, selalu seperti ini. Diri nya bukan sedang menghindari takdir atau apa, hanya saja hati nya mengatakan bahwa sekali nya saja ia menerima hal itu, maka semua nya akan sia-sia. Perasaan nya akan kembali berkecamuk dan bayangan hitam itu akan kembali membayangi nya lagi.
Dan dia tidak akan bodoh untuk yang kedua kali nya.
____
"Manda," ia menghentikan langkah nya di tengah lobby yang tampak ramai begitu mendengar nama nya di panggil.
Dan benar saja, Dafa, salah satu teman di bagian divisi nya itu terlihat berjalan cepat ke arah nya. "Iya, Daf?" tanya nya begitu laki-laki itu sudah ada di hadapan nya dan sedang sibuk mengatur nafas nya yang naik turun itu.
"Di cariin Bu Wana." ujar nya singkat seraya membenarkan helaan nafas nya dan kemudian melanjutkan kembali, "Katanya suruh ke ruangan nya dia, buruan gih." ucap laki-laki yang bernama Dafa itu setelah mengatur nafas nya yang sempat terputus-putus setelah beberapa kali menaiki tangga gedung berlantai dua puluh itu.
Manda terdiam sebentar kemudian tersenyum kecil, "Oh okey. Thanks ya." jawab Manda kemudian menepuk pundak Dafa pelan.
Setelah Dafa berlalu dari hadapan nya, Manda berjalan dengan sedikit cepat menuju lantai tiga. Ruangan Bu Wana, yang tidak lain adalah atasan di bagian Keuangan. Meski sekarang perasaan nya berubah menjadi tidak enak, ia tetap berjalan tanpa berpikir panjang lagi. Setidaknya muncul, tanyakan dan ia akan segera tahu, apa yang akan ia hadapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agairana Amanda
RomantizmAmanda mencintai Daniel, Daniel memilih Maura, dan Amanda menyayangi Maura. Diri nya saat ini hanya sedang berputar di lingkaran cinta yang tidak berujung, diri nya hanya perlu untuk keluar dan membiarkan mereka untuk bahagia. Dan terlebih, kini dir...