[DUA PULUH TIGA]

23.6K 1.3K 7
                                    

"Amanda,"

Manda berdiri kaku melihat sosok yang kemarin begitu marah pada nya. Laki-laki itu tampak baik-baik saja, dengan kaos putih polos yang di balut jas hitam dan celana kain senada. "Ya?"

Manda merutuk dalam hati. Ya? Jawaban macam apa itu? Tapi jawaban macam apalagi yang seharusnya ia katakan, jika mengingat bagaimana ucapan pria itu tempo hari.

Chilleo memandang wanita di hadapan nya baik-baik. "Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu. Besok pagi,"

"Besok aku harus bekerja. Kalau kamu ingin berbicara dengan ku, datang lah ke kantor kalau begitu."

"Aku tidak bisa."

"Aku juga tidak bisa kalau begitu. Maaf, aku lelah dan ingin beristirahat sekarang." jawab Manda menimpali.

"Kenapa kamu mepersulit semua nya? Aku hanya ingin kita bertemu besok pagi."

Manda memandang pria di depan nya pelan, "Aku juga hanya meminta kamu untuk datang ke kantor. Apa susah nya? Sebelum semua nya bertambah rumit, lebih baik kamu datang besok pagi. Lupakan masalah tempo hari untuk sementara, aku yakin itu tidak akan susah Chilleo." jawab Manda pelan.

Chilleo tertawa lirih. "Bagaimana kamu bisa mengatakan hal seperti itu? Ini bukan masalah aku, tapi ini masalah kita. Kamu lupa?"

"Tentu aku tidak akan lupa akan hal itu. Tapi seharusnya kamu juga bisa bersikap profesional. Sekalipun masalah kamu ada di hadapan kamu, harusnya kamu tidak melupakan kalau kamu juga masih memiliki orang-orang yang membutuhkan dirimu."

"Sayang nya, aku bukan seseorang yang memiliki pemikiran seperti itu." ucap Chilleo pelan.

Manda mendesah dalam hati. "Aku akan resign dari kantor kamu. Surat nya akan ada di meja kamu lusa. Kamu datang atau tidak, itu hak mu. Berakhir di tong sampah pun, aku tidak lagi akan peduli. Aku akan pergi, sesuai keinginan kamu."

Pandangan nya terkunci dengan sepasang bola mata indah di depan nya, tangan nya sudah dingin entah apa sebab nya. "Setelah ini, datang lagi ke kantor seperti biasa dan anggap aku tidak pernah ada di hadapan kamu. Perhatikan orang-orang di sekitar kamu yang peduli pada dirimu. Asal kamu tahu, bisajadi, orang di sekitar kamu justru lebih menyayangi hidup kamu jauh lebih dari kamu sendiri."

Chilleo seperti jatuh tertimpa tangga lagi. Setelah semua orang benar-benar memutuskan untuk tidak lagi menganggap diri nya ada, kini wanita di hadapan nya pun akan melakukan hal yang sama. Bodoh, hanya kata itu yang terus ia ucapkan pada diri nya sendiri.

Melihat wanita itu berlalu dari hadapan nya pun, ia tidak bisa untuk melakukan apapun. Semua nya seperti di sedot paksa dari hidup nya.

Kali ini, Tuhan bukan hanya mengambil semua nya. Tapi Tuhan, benar-benar mematikan seluruh kehidupan nya. Tuhan tidak memberikan nya kesempatan sekecil apapun lagi. Semua nya benar-benar pergi.

+(+)+

Daniel membuka pintu rumah nya pelan. Ini sudah cukup malam, dan lampu ruang tamu memang sudah redup. Daniel sama sekali tidak berniat untuk menyalakan lampu ruang tamu nya, dan segera berjalan menuju kamar tidur nya. Seluruh kinerja tubuh nya sudah meminta untuk di istirahat kan.

Namun, begitu membuka pintu kamar diri nya berjalan secepat mungkin dan meraih tubuh istri nya yang tergeletak lemah di karpet berbulu mereka. Tangan nya mencoba menepuk pipi dingin Maura yang semakin membuat nya khawatir.

"Maura," ucap nya pelan.

"Maura, bangun."

Daniel segera mengangkat tubuh Maura dan membawa nya menuju ranjang. Tangan nya segera meraih handphone di dalam saku nya, "Halo? Dokter Gary? Maaf menganggu malam-malam seperti ini, aku butuh bantuan mu."

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang