[LIMA BELAS]

30.4K 1.7K 46
                                    

Tiara menatap ke arah Bara dengan pandangan bingung, "kamu yakin Bar? Kenapa aku ngerasa kalau yang kamu lakuin itu justru—"

Bara mendesah, memotong ucapan Tiara yang sedikit mencubit hati nya. "Iya aku tahu. Tapi nggak ada cara lain, 'kan?" ucap nya seraya mengusap hidung nya pelan.

Tiara berdecak, mengambil posisi nya di sebelah Bara, kemudian mengusap kepalan tangan kekasih nya itu pelan. "Bar, dengerin aku," ucap nya, "kamu nggak perlu ngelakuin ini 'kan? Biar Chilleo sendiri yang menyadari betapa buruk nya wanita itu. Kamu nggak perlu berjalan sejauh ini, Bar."

"Nggak."

"Apa nya yang enggak?"

"Cinta dia untuk wanita itu terlalu besar. Dia nggak akan pernah sadar, nggak akan."

"Tapi akhirnya apa yang kamu dapat? Apa dia benar-benar pergi? Nggak 'kan?" tanya Tiara bertubi-tubi membuat Bara menoleh dan memandang wajah kekasih nya dengan pandangan tajam, yang sejurus kemudian ia palingkan lagi.

"Tolong kamu bantu saat ini. Aku nggak minta banyak, Ra. Tunggu sampai hari itu datang, dan aku akan turuti semua mau mu."

"Kamu lupa? Helena sudah melihat aku. Dan cepat atau lambat, Chilleo juga akan tahu semua nya. Sampai kapan? Sampai kapan kamu harus mengorbankan perasaan kamu? Mengorbankan harga diri kamu," ucap Tiara dengan notasi yang sedikit meninggi di akhir kalimat, "kamu nggak bisa hanya mengandalkan diri kamu sendiri. Kamu nggak bisa, dan aku..."

Tiara menghela nafas nya, "aku nggak mau kamu terluka sendirian, di saat yang lain nggak tahu apa-apa." lanjut nya yang membuat Bara terdiam, kemudian menoleh.

"Tiara,"

"Nggak, aku nggak bisa."

______

"Man, makan siang nggak?" suara Bima, anak marketing, yang dulu nya berada di satu kampus yang sama dengan nya, sekaligus teman SMA nya itu membuat Manda sontak menengadahkan kepala nya, "nggak dulu, Bim. Ntar gue agak sorean aja, nanggung nih."

Bima melongok ke dalam kubikel nya, "gilaaa, banyak juga yak. Maklum deh, mantan nya kan cowok, kebiasaan kerja agak nelat jadi ya pas dapet cewek, si boss kejar target. Bisaan juga nemu nya elo, Man." ucap Bima yang di balas kekehan kecil oleh Manda.

"Yaudah, lo makan duluan aja. Thanks ya," ucap Manda.

"Ok."

Setelah kepergian Bima, Manda kembali meneruskan pekerjaan nya hingga matahari sudah kembali terbenam, membiarkan malam menggantikan tugas nya.

"Kenapa kamu belum pulang?"

Manda berjengit, sebelum mengucapkan astaghfirullah di dalam hati. "Ini Le—eh, Pak, belum selesai. Mungkin dua atau tiga laporan lagi," ucap nya seraya memasang senyum terbaik yang ia punya. Meski rasa letih itu mungkin tak akan bisa ia tutupi.

"Lanjutkan besok," timpal Chilleo seraya melihat ke arah jam tangan nya, "ini sudah jam setengah delapan."

Yang kasih map bejibun siapa coba, gumam Manda pelan di dalam hati.


"Iya, Pak."

"Yasudah, kamu nunggu apa? Pulang sekarang," ucap Chilleo dengan nada memerintah yang membuat Manda mau tak mau berdiri dan merapikan meja serta mematikan komputer nya. Setelah itu, mengambil tas nya dan mengikuti langkah Chilleo, dengan memperlambat dua langkah di belakang pria itu.

"Kamu pulang naik apa?"

Manda menoleh, "pesan gojek, Pak. Ini ada yang dekat daerah sini." jawab nya seraya mengutak-atik ponsel nya, yang sejujurnya, baru kali ini ia menggunakan aplikasi ojek online tersebut.

Agairana AmandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang