Sembilan belas
From: Yeeeel
Lo kerumah gue. gue mau ngomong.Aqueena melempar ponselnya ke jalan. Mona memungut nya. "Argh!" teriaknya.
"Edo! Tolong anterin gue ke rumah Yezreel. Gue... Guee," tangis Aqueena meledak. Edo, sahabatnya memakluminya. Edo menstater motornya dan membawa Aqueena pergi ke rumah Yezreel.
Hari itu hujan deras. Seakan tahu, kesedihan dalam hati Aqueena.
Aqueena berlari ke pekarangan rumah Yezreel. Edo pamit pulang dan meninggalkan Aqueena sendirian. Edo ingin sekali membantu Aqueena, tapi bagaimanapun juga ini adalah urusan mereka berdua. Edo, segan terhadap Yezreel.
"Buka pintunya Yel! Pleaseeeeee!" jerit Aqueena. Dia menggedor-gedor pintu rumah Yezreel yang terkunci rapat seolah tidak ada celah buat Aqueena untuk masuk.
"Gue mohon, please, buka pintunyaa!!" teriaknya semakin menjadi-jadi diiringi isak tangis. Aqueena menutup matanya sambil terisak. Dia hancur.
Yezreel menengadahkan kepalanya mendongak keluar. Dia memberikan jaket yang notabenenya jaket Aqueena lebih tepatnya. "Gue benci sama lo! Pergii!!" bentak Yezreel. "Ambil jaket lo dan pulang!"
Yezreel menutup pintu itu lagi dengan dorongan kuat. Aqueena semakin terisak. Diluar, dia diguyur hujan yang begitu lebatnya. Hujan menutupi air mata Aqueena yang daritadi keluar tanpa memiliki jeda.
Yezreel merasakan hal yang sama? Tentu.
Dibalik pintu, Yezreel melungsur di lantai. Dia mengacak-acak rambutnya. Dia menangis. Bayangkan, menangis karena Aqueena. Baru kali ini Yezreel menangis karena seorang cewek. "Argh!"
"Yel, pleaseee.. gue bakal nungguin elo sampai keluar. sampe kapanpun itu!" teriak Aqueena. Dia duduk bersungkur di lantai luar rumah Yezreel. Badannya sudah basah daritadi. Dia memeluk jaketnya yang diberikan Yezreel.
Yezreel memerhatikan gadis itu dari lubang kecil didalam rumahnya. Dia menyerah. Bagaimana pun juga gadis itu adalah hidupnya. Dia tidak mau melihat gadis itu menangis. Rasanya seperti hatinya ditusuk mawar berduri.
Dia membukakan pintu rumahnya dan melihat Aqueena menundukkan kepalanya ke atas lututnya yang dilipatnya.
Cowok itu menghampiri nya.
Aqueena mendongak dan melotot terkejut. Yezreel duduk di sebelahnya.
"Yezreel gue gak mau pisah," isaknya disela-sela tangisnya. Yezreel memeluk Aqueena. Hangat. Seakan tak mau melepas. Itu adalah pelukan pertamanya. Aqueena membulatkan matanya seakan ini adalah mimpi. Dia diam sesaat seakan tak tahu harus berbuat apa. Tapi, perlahan dia membalas pelukan itu.
"Maafin gue Yel, itu tadi karna hujan. Edgar ngajak gue pulang bareng, itupun sama Mona, Edo juga. Please maafin gueYel, Gue.. gue.. Gak mau kita berantam. gue gak mau ada katu putus hanya karena masalah sepele kayak gini Yel. gue tau elo cemburu karena gue pulang sama dia, tapi gue- gue-"
Yezreel mempererat pelukannya. "Diam. Gue percaya kok. tapi jangan buat gue marah lagi ya?" katanya lembut.
Hati Aqueena seakan mencoros jatuh. Seakan jantungnya turun ke perut. "Maafin gue.."
Hujan. Hujan menyaksikan segalanya.
"Gue maafin kok. cuma, gue gak mau liat lo bareng cowok lain selain gue. gue mau cuma gue satu-satunya. lo tau kan rasa cinta gue ke lo itu, beda, Kin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Do it Better [completed]
Teen FictionSiapa sih yang tidak mengenal Aqueena Reicheneder? Ingat namanya baik-baik. Gadis cantik penyuka segala hal tentang Bad Boy yang punya hobby nge-stalk mantan, cuci mata lihat cowok ganteng, menjadi troublemaker di sekolahnya dan satu lagi, tidur! Ke...