Pagi itu Aqueena langsung duduk di bangkunya setelah meletakkan tas di meja. Ia mengeluarkan benda kotak tipis dari saku roknya. Ibu jarinya bergerak ke sana kemari seperti mengetikkan sesuatu. Ia bahkan tak sadar kalau sahabatnya, Nanda sudah berada di samping nya daritadi.
"Gimana kemarin?" Nanda bertanya pada Aqueena yang sedang asik berkutat pada ponselnya. Sebenarnya gadis itu tidak sepenuhnya memainkan ponselnya. Di dalam otaknya penuh dengan pikiran-pikiran yang nyaris memenuhi isi otaknya. Entah pemikiran yang sudah terancang atau tidak, Aqueena tidak tahu.
"Ya gitu deh," balas Aqueena.
"Nyebelin lo!" Nanda manyun. "Gimana sih?" desak Nanda kemudian.
"Ya gitu lah," ia hanya membalas Nanda acuh tak acuh. Matanya masih terfokus pada ponsel yang ia pegang daritadi. Yang di cueki malah berdecak sebal. Nanda menghela nafas lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Aqueena.
"Dia nya jawab apa?" tanya Nanda.
"Gak aja jawaban."
"Kenapa?"
"Soalnya dia tidur."
Nanda menggerutu sendiri. Kesal melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Aqueena. "Eh, tapi gosip itu benar gak kalau Yezreel berantem sama Reinghard?"
Aqueena mengalihkan pandangannya. Kini ia menatap Nanda dengan serius. "Gue gak tau, Nan. Tapi gue liat kemaren muka Reinghard juga ada lebamnya. Gue gak abis pikir ya itu dua orang anak kenapa sih!" geram Aqueena.
"Mereka suka sama lo, begok." Jawab Nanda penuh penekanan. "Jadi buat apa Yezreel nerima tantangan Reinghard, terus mutusi Gabie? Emang lo sampe sekarang gak mikir apa? Apa kurang jelas semuanya?"
Aqueena mengangkat alisnya, bingung. Tapi Aqueena memang merasa senang dan menang perihal tentang Yezreel memutuskan hubungannya dengan Gabie waktu itu.
"Jadi elo milih siapa?" tanya Nanda.
Aqueena mengalihkan pandangannya ke depan melihat teman -teman sekelasnya memasuki ruangan kelas mereka. Masa sih, Yezreel belum move on? Pikirannya melayang kemana-mana. Membiarkan imajinasi membawanya.
"Kinak!" teriak Nanda tepat di telinga Aqueena. Gadis itu meringis geli karena suara Nanda yang melengking kalau teriak itu menggetarkan saraf-saraf di telinganya.
"Issh, apasih?" tanya Aqueena jengkel. "Geli, tai." Gadis itu mengusap-usap telinganya.
"Lo milih siapa?" Nanda kembali bertanya.
Aqueena mengedikkan kedua bahunya. "Gak tau. Lo tau kan gue mudah suka sama cogan. Kalo Reinghard tiba-tiba jadi unyu gitu, gue bisa baper." jawabnya. "tapi, gue cuma cinta sama Yezreel." Lanjutnya.
***
Senin
Sudah 1 minggu. Masa hukuman skors Yezreel berakhir. Sebenarnya, jika diberi pilihan sekolah di hari senin atau di skors satu minggu, ia lebih memilih option pertama. Baginya, Senin itu hari yang paling terkutuk. Apalagi di jam pertama nanti, dia harus berurusan lagi dengan wali kelasnya menyangkut hukuman itu.
"Sial," umpatnya mengacak-acak rambutnya.
Motor nya sudah ia parkirkan dengan bagus di parkiran sekolah. Ia berjalan gontai menuju kelasnya. Tapi seperti ada yang janggal saat ini. ketika dia berjalan, orang-orang di sekitar melihat ke arah dirinya seakan sedang membicarakan tentangnya. Yezreel hanya berdecak, dan tidak terlalu peduli. Ia berjalan lagi dengan tidak semangat.
"Hai Yezreel!" seru seorang cewek bersuara cempreng dari arah berlawanan. Yezreel terhenyak begitu mendengar cewek itu. Dia melengos berniat meninggalkan tempatsekarang juga. Namun, cewek itu secepat kilat. Lengan Yezreel sudah diapitnya tak tak mau dilepasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Do it Better [completed]
Teen FictionSiapa sih yang tidak mengenal Aqueena Reicheneder? Ingat namanya baik-baik. Gadis cantik penyuka segala hal tentang Bad Boy yang punya hobby nge-stalk mantan, cuci mata lihat cowok ganteng, menjadi troublemaker di sekolahnya dan satu lagi, tidur! Ke...