Prilie dan Mona terlihat asik memakan beberapa keripik singkong bewarna putih dari toples plastik bertutup orange itu. Sesekali mereka mengobrol-ngobrol sembari menunggu Aqueena yang tadi pergi ke kamar mandi. Siang ini, selepas pulang acara valentine day, Aqueena dan Prilie berkunjung ke rumah Mona. Hanya berdua, karena teman-teman mereka yang lain yang sedang banyak urusan. Entahlah.
Volume musik semaksimal mungkin sukses membuat suasana kamar Mona semakin ramai. Mona, cewek tomboy, pasti tahu keadaan kamarnya seperti apa, kan? Hanya sebelas duabelas miripnya dengan kapal pecah. Tapi entah kenapa, Aqueena dan Prilie betah-betahan setiap kali mengunjungi rumah cewek tomboy itu.
Prilie mendongak dari ponselnya begitu menyadari pintu kamar Mona terbuka tiba-tiba. Ia menyikut lengan Mona mengisyaratkan bahwa Aqueena sudah datang.
Mona menatap Aqueena, lalu mengedikkan dagunya. "Muka lo kenapa ketat gitu? Kayak sempak baru,"
Aqueena melirik Mona, lalu berjongkok untuk berbicara dengan Mona. "Mon, minta softex. Gue dapet," sahut Aqueena. Mona memandang Aqueena sembari menyerngit.
"Sekalian sama kolor lo juga ya. Merah semua itu, Mon." Lanjut Aqueena.
"Eh!" pekik Mona. "Kolor bekas lo taro dimana tadi?"
"Di ember."
Mona yang sudah beranjak dari duduknya mengambil pembalut di lemari pakaian, tiba-tiba melotot. "Ember mana?!"
"Ember kecil di kamar mandi, kenapa?" tanya Aqueena.
"ANJING!" Mona jadi kesal pada Aqueena. "Lo gak liat ikan hias gue disana?! Astaga Kina! Aquarium gue lagi dibersihin makanya gue buat disitu!!" Mona menjambak ujung rambut Aqueena. Lalu gadis tomboy itu menepuk-nepuk jidat Aqueena.
Aqueena yang baru saja menguyah keripik singkong nya langsung tersedak. Terbatuk-batuk karena keripiknya nyangkut di tenggorokan tiba-tiba. "You don't say.." jawabnya dengan wajah bersalah.
Mona menjatuhkan tubuhnya di atas kasurnya yang berantakan dipenuhi baju-baju. Setelah beberapa menit kemudian, ia akhirnya menghela nafas merelakan. "Tai emang,"
Aqueena memandang Prilie, dan Prilie membalas pandangannya lalu mengangkat kedua bahunya. "Maaf deh, Mon. Gue gak tau. Kalo ikannya mati, gue beliin deh, hehe maafin gue ya?" rayu Aqueena pada Mona.
"Hm," jawab Mona menutup matanya. Ia mengambil bantal guling lalu dipeluknya.
Aqueena menggoyang-goyangkan badan Mona. "Maaf ya, Mon. Gue janji gue beliin apapun deh. Mau apa? Somay? Nanti gue beliin, janji. Tapi maafin gue ya?"
"Hm,"
"Ish!" Aqueena mengetuk kening Mona pelan. "Maafin gue lah jing!"
Mona yang merasakan jidatnya diketuk langsung membuka matanya. "IYA BABI IYA!" teriaknya kesal. Sedetik kemudian, Aqueena langsung memeluk temannya itu dengan erat lalu menciumi pipi Mona berkali-kali.
"Jangan dekat-dekat. Ganti dulu sana. Jorok banget jadi cewe,"
***
"Makasih ya, Li." Ucap Aqueena pada Prilie yang sudah mengantarnya sampai rumah.
"Iya, da-dah!" setelah melambai, Prilie lalu menginjak pedal gas mobilnya. Aqueena memandang mobil itu sampai tidak kelihatan lagi.
Aqueena melirik jam bewarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya itu. Ternyata sudah pukul 7 malam. Baginya, pukul 7 malam masih tergolong waktu yang sangat cepat untuk pulang ke rumah di jam pulang anak SMA biasanya. Lalu, Aqueena melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam pekarangan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Do it Better [completed]
Teen FictionSiapa sih yang tidak mengenal Aqueena Reicheneder? Ingat namanya baik-baik. Gadis cantik penyuka segala hal tentang Bad Boy yang punya hobby nge-stalk mantan, cuci mata lihat cowok ganteng, menjadi troublemaker di sekolahnya dan satu lagi, tidur! Ke...