"Lo bener-bener bego apa pura-pura bego atau bego bego bego sih?!" Jared menghempaskan badannya ke sofa panjang di kamar Yezreel. Malam ini, Edward, Jared, dan Lucas berkumpul bersama membicarakan sesuatu yang penting untuk dibahas dirumah Yezreel.
"Sumpah ya cara lo itu tadi siang kayak banci!" erang Jared menumpahkan kekesalannya pada sahabatnya yang satu itu.
Yezreel yang sedang membaca komik narutonya langsung menutup dengan kedua tangannya. "Gue gak tau gue harus gimana lagi!" pekik Yezreel.
"Lo banci apa-"
"Stop ngatain gue banci!" Yezreel langsung menarik kerah baju Jared sehingga cowok itu berdiri dari duduknya.
"Jadi apa? Lo pikir cara lo itu cara apaan? Kalo lo cinta ya bilang! Gausah gengsi!"
Yezreel langsung melepaskan kerah baju Jared. Cowok bersurai spike itu langsung menjatuhkan dirinya ke nakas bersprei biru itu.
"Gue punya ide!" celetuk Lucas yang tiba-tiba bersuara. Memang, sedari tadi cowok itu sama sekali tidak bersuara.
***
From: Lucas
Orangtua gue 1 minggu ke eropa! 08:00 p.m party at my house, Kin. Bring your friends too. Also don't forget to bring my babyy-
Aqueena baru saja menerima pesan itu. Matanya yang lentik itu terus mengulang isi pesan itu, sedikit tak percaya. Mereka baru berpesta semalam, dan kali ini ganti lelaki yang menjadi pacar dari sahabatnya itu yang membuat pesta? Hell. Dalam rangka apa? Aqueena menggeleng pelan, pikirannya memberinya jawaban. Tentu saja, untuk lelaki seperti Lucas, pesta tidak perlu memerlukan sebuah alasan. Aqueena rasanya ingin segera keluar dari kelasnya sekarang juga. Namun itu tidak mungkin, karena kelas baru berlangsung kurang lebih tiga puluh menit. Ia mengumpat kecil dengan bibir tipisnya yang dipoles lip balm itu.
Karena kefokusan dan konsentrasinya terhadap kelasnya telah buyar, Aqueena memutuskan untuk tidak menyimak gurunya. Percuma, batinnya. Ia merebahkan kepalanya di atas meja, dan meletakkan satu tangannya di bawah kepala guna sebagai bantal, lalu terlelap. Ia tidak peduli lagi pada kelas yang mendadak mengesalkan ini.
"Kina. Wake up!" suara itu sedikit-sedikit menyusup ke gendang telinganya. Lalu suara tepuk tangan yang ringan terdengar olehnya juga. "Aqueena!" Sedikit-sedikit ia merasa tubuhnya digerakkan, digoyangkan. Bibir tipisnya mengerang sedikit, dan kelopak matanya yang tersapu eye shadow warna hitam dan juga silver terbuka. Retina matanya butuh beberapa detik untuk kembali mendapat fokusnya.
Wajah Nanda adalah wajah pertama yang ia lihat begitu ia sepenuhnya sudah bangung dari tidurnya. Gadis itu mengubah posisinya menjadi bersandar pada kursinya.
"Oh." Keluhnya. "Ngapain kalian disini?" Well, mungkin Aqueena belum sepenuhna sadar. Nyatanya, ia mampu melontarkan pertanyaan bodoh macam itu. Iris matanya memandang dua sahabatnya bergantian.
"Gila! Berapa lama lo tidur gitu?" Natassha melipat dahinya, bertanya keheranan. Tentu saja, gadis macam Aqueena jarang kehilangan kewarasannya. Tapi kali ini? Oh, ya ampun. Apa hanya dengan tidur gadis itu bisa begitu bodoh? Okay, mungkin Aqueena sedang ceroboh. Atau, terlalu menikmati tidurnya.
"Gue gak tau. Kayaknya lama, gue gak ketauan kan?" Gadis itu kembali menguap lebar, lalu meraih tasnya. "Come on." Mereka bertiga lalu keluar dari kelas 2 IPA 2 itu, entah tujuan mereka kemana kali ini. Koridor-koridor sekolah tengah ramai, karena jam istirahat baru saja mulai. Dan saat Aqueena mengintip melalui jendela di koridor, ia tak sengaja melihat Yezreel dan beberapa temannya sedang berjalan ke arah mereka. Gadis itu langsung membelalak, seolah baru saja ditampar oleh musuh besarnya. "Oh. My. Lord. Jesus. Christ!" pekiknya tanpa ampun dan membuat seisi koridor memusatkan perhatiannya pada Aqueena. Ia meletakkan kedua tangannya di kepala dan memasang wajah super terkejutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy Do it Better [completed]
Teen FictionSiapa sih yang tidak mengenal Aqueena Reicheneder? Ingat namanya baik-baik. Gadis cantik penyuka segala hal tentang Bad Boy yang punya hobby nge-stalk mantan, cuci mata lihat cowok ganteng, menjadi troublemaker di sekolahnya dan satu lagi, tidur! Ke...